Monday, August 25, 2008

Pelukan Ramadhan


Datang lagi penantian dari sebelas bulan sebelumnya, sebuah bulan purnama bulat bundar berdurasi bilangan qomariyah yang mengantarkan sejuta keindahan dan keteduhan nuraini berwajah bening. Sekuntum bunga cinta dan seikat kembang kasih sayang terbuka dan dibuka kembali oleh Allah dengan password untuk orang-orang yang beriman, melaksanakan interaksi kompleksitas ibadah di kelas utama yang bergaransi penuh. Jaminan terhadap tersenyumnya rahmat, berkat dan maghfiroh dipersembahkan kepada wajah-wajah pecinta sejati Al Quran dan Sunnah Rasul.

Adalah bukti kasih sayangMu yang memberikan sekali lagi kesempatan untuk ummat yang istiqomah melantunkan dan menayangkan pembuktian rasa tahu diri sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan spritual. Itulah sebabnya Engkau selalu memulainya dengan Yaa Ayyuhallaziinaamanu, sebagai pembatas dan kelas akselerasi yang Engkau sekolahkan dalam semester keimanan yang terakreditasi mutlak dalam ijazah ketaqwaan bergaransi jannah. Engkau tidak memilihnya dari kelas Yaa Ayyuhannaass karena Engkau memberikan nilai performansi hanya kepada orang-orang yang tahu diri dan bisa mengaca diri berkat taufik dan hidayahMu.

Adalah bukti kasih sayangMu jua yang tetap setia memberikan kesempatan pintu taubat terbuka setiap saat kepada seluruh sosok berlabel khalifah fil ardhi untuk kembali pada fithrah membersihkan semua daki khilaf, lalai dan dosa dengan deterjen pensucian tanpa harus membayarnya dengan kurs dosa yang telah menggejolakkan dan menghancurkan nilai-nilai istiqomah. Adalah Allah pula yang selalu membuka mata hatiNya untuk menerima pengampunan dalam cucuran air mata dan penyesalan nashuha yang mendalam. Bukankah ini karena rahman dan rahimNya kepada makhluk tercintaNya yang bernama manusia.

Ramadhan, begitu meriahnya sambutan yang dipestakan untuk mempertontonkan kesiapan mempersandingkan rangkaian ibadah dan pembersihan noda cela yang tercarut marut dalam perjalanan kelalaian lakon, ketidaksengajaan peran yang menyentuh titik singgung kewajiban hablumminallah dan hablumminannas. Ruang yang dipersiapkanNya membuktikan masih adanya rentang waktu untuk memutihkan pusat rohani yang terbungkus dalam bilik kamar hati dan mengadoninya dengan bahan-bahan baku rangkaian ibadah wajib dan sunnah.

Mendulang galian terbuka dengan kesempatan ibadah yang dipergelarkan dalam Tournament of Ibadah oleh Sang Khalik dengan Grand Slam Ramadhan Open, adalah karunia termegah yang dilaunching secara spektakuler melalui proklamasi wahyu yang dikumandangkan dengan kebenaran firmanMu pada qalam di surat nomor 2 ayat 183. Hanya tinggal mendulang wahai orang-orang yang beriman, tidak perlu lagi menambang dengan galian bawah tanah atau bawah laut. Sudah terbentang dalam lahan sejuta hektar yang dibentangkan dengan anugerah asma Allah diperdengarkan dan dikumandangkan pada kesyahduan dan kekhusyukan ibadah dan i’tikaf.

Bukankah itu sepenggal fragmen yang digratiskan Allah dari berjuta nikmat dan karunia yang dipancarkan tanpa harus membayar dari persewaan hidup yang diperuntukkan bagi hambaNya yang memikirkan nilai-nilai eksistensial keMahaanMu. Tidak ada nilai lain yang dapat disetarakan atau bahkan didaftarkan untuk membungkus rasa syukur menghitung kalkulasi esensial limpahan rahmatMu dalam kesempatan meraih prestasi Ramadhan yang bergelimang medali ibadah.

Lantas, ego apalagi yang akan kau jadikan sebagai alasan (wahai manusia) untuk tidak meminang Ramadhan yang Allah siapkan untuk mencuci bersih kekotoran mesin-mesin hati yang harus ganti oli. Sindiran Allah tersurat nyata dalam Ar Rahman : Fabiayyi aalaaa irobbikuma tukazzibaan, berulang kali disuarakan dalam surat cinta Allah Azza wa Jalla. Hanya orang yang berhati batu dan yang tertutup ruang hatinyalah yang akan memalingkan wajahnya dari keindahan bulan suci penuh ampunan ini.

Keangkuhan kita sebagai manusia adalah selalu melihat materialitas keduniaan sebagai target pengukur gengsi keberhasilan mengumpulkan barang titipan. Yang bernama kekayaan, jabatan dan kekuasaan. Padahal disamping sebagai barang pinjaman yang dihibahkan Allah sementara, dia juga adalah amanah yang akan dan harus dipertanggungjawabkan pada hari akumulasi perhitungan.

Keangkuhan dengan label kekayaan, jabatan dan kekuasaan sering menjadikan orang berkacamata kuda dan melihat nilai disekelilingnya hanya berukuran satu dimensi. Padahal hanya dengan ketinggian jangkauan pesawat terbang misalnya, dari jendela kabin kita dapat melihat keperkasaan yang sesungguhnya, alam yang membentang hijau dan biru dengan selimut awan yang melukis kebesaran ciptaanMu. Dimanakah bersemayamnya keangkuhan keperkasaan nisbi seorang anak manusia sehingga buta dan tuli terhadap tanggung jawabnya sebagai khalifah. Hanya ada pada sepotong hati yang merah hati, kalau dia rusak maka rusak pula instrumen kendali diri. Summa rodadnahu asfalasafiliin.

Perjalanan hidup tidaklah sekedar mencermati instink dan naluri biologis, namun lebih mutlak mengapresiasikan air hina yang dipancarkan sebagai sumber eksistensi kehadiran seorang anak manusia yang fithrah di bumi pertanggungjawaban. Untuk kemudian memberi kesaksian ibadah vertikal dan horozontal pada buku dunia yang menjadi batas waktu kehidupannya. Perjalanan yang kita lalui sampai di batas ini dan bertemu kembali dengan bintangnya bulan (Ramadhan) merupakan saat yang tepat melakukan jurnal eliminasi dan closing terhadap setiap transaksi historis dosa dan kemaksiatan yang tidak sesuai dengan accounting treatment aqidah istiqomah. Bersamaan dengan itu marilah kita menjangkau beningnya fithrah dalam meraih kesempurnaan ibadah Ramadhan untuk membuka buku baru yang berjudul Al Fatah (kemenangan).

Selamat datang Ramadhan. Keniscayaan yang Kau hadirkan dalam berkah Lailatul Qadar adalah insentif bonus yang kadar kepekatan nilanya ada dalam genggamanMu. Kami berupaya untuk mencari dan menemukannya, namun bukan untuk menghitung profit margin yang ada didalamnya, karena nilai itu adalah rahasiaMu.

Pencarian kami adalah menjelajah menembus dinding ornamen Ramadhan, menyentuh keperkasaan asmaMu, melantunkan firmanMu, membisikkan doa, menahan beragam keinginan dunia yang tak pernah putus dan tak pernah puas. Penjelajahan kami adalah mencari ridhoMu, mensyukuri rahmat dan karuniaMu, mohon ampun atas segala dosa dan salah. Bukankah dari ridhoMu pula terbukanya semua pintu kerelaan, pintu rahmat dan keselamatan, wahai Allah.

Marhaban ya Ramadhan, wellcome beautiful month. Marilah kita masuki dan nikmati assesment center aqidah ini dengan kebeningan hati untuk memberikan nilai pencerahan iman dan istiqomah. Subhanallah.-
*****

Sesaat Sendiri

Jelajah after mengantar, sepanjang jalan pamularsih, menjelang siang, adalah kehampaan yang merambat naik, menjelajah ruang diri, dan menarik simpul yang mengikat desakan nafas. Duh Gusti, perjalanan panjang mereka, yang kukasihi, adalah hantaran yang mampu menuangkan rasa kesendirian itu, sebentar menghentak dan benar-benar sendiri.

Duhai adinda, duhai ananda, keberangkatan adalah pelukan yang tak mampu diurai dengan bening air mata, tak mampu dituangkan dalam barisan kata, selain adukan hati yang menggugurkan kekuasaaan rasio. Kalian menuju sebuah pusaran , ketika titik kulminasi niat menyenandungkan kepergian sembilan hari yang jauh nun disana.

Pergilah, karena itu adalah perjalanan hakekat
Pergilah, karena itu adalah perjalanan aqidah
Pergilah, karena itu adalah perjalanan niat

Sampaikan salam pada raudah, sampaikan salam pada pusaran tawaf, sampaikan salam pada hakekat keesaan, sampaikan salam pada keagungan yang tiada tara. Dinda dan ananda akan merasakan nilai-nilai yang mengharukan kalbu dan menyematkan tanda perjalanan pada sejuta nilai.

(Catatan 190808)