Saturday, March 31, 2007

Melepas Nafas

Tuntaslah sudah yang menjadi kesibukanku sepekan ini, berupaya menyelesaikan sesuai deadline, memikirkannya, membacanya, menuliskannya, mengulanginya lagi, menyempurnakannya, menambahkan editing sana-sini, merapikan kembali, dan menutupnya sembari melepas nafas dalam-dalam.
Ketika semua didesak waktu, maka prioritas penyelesaiannya adalah argo anggrek, yang lain dinomorduakan. Maka melaju terus menuju tujuan akhir dan setelah ditambal sulam sana-sini dengan referensi dan dokumantasi yang ada, akhirnya final lah sudah.
Begitu pun masih seabreg yang harus diselesaikan sebagai bagian yang terlantar tadi. Ya mulailah di jalani lagi one by one, kembali menata yang sempat amburadul, menata ulang yang terpinggirkan dan berupaya kembali menormalisasi jalur yang biasa dilewati.
****

Menuntaskan

Kembali mengulangi ke tujuan untuk melengkapi dan mendetailkan konsep dan farewellnya. Maka aku berangkat lagi menuju Sl3 bersama rombongan dari Jk, seharian, shooting, interview, keliling, jalan, ngomong, applaus, lapar, cari ganjelan, ketemu pisang goreng, karena udah jam lima sore masih belum selesai. Bersama Gd yang juga gak tahan, aku melaju ke sudut tempat dan pesen gorengan dua puluh dan sekejap dihabiskan berdua. Rakus banget kita ya Bang, kata si Gd, anak muda berdarah batak namun sunda banget. Cuek aja lagi, lagian laper banget loh, kataku. Kita berdua tertawa.
Akhirnya selesai menjelang matahari tutup diri, pamitan, maghriban, melaju lagi menuju pulang, keliling dulu, mirip guide, menjelaskan tentang MAJT, tentang kota lama, keliling kota lalu berakhir di Hst. Capek, menyenangkan, tambah ngerti, tambah paham, tambah teman dan selesailah.
****
(Ikut berduka for Ar, ada yang menjelaskan tentang kedukaan itu ketika engkau sampai di simpang jalan tuk berpisah arah karier.. Semoga tabah dengan musibah ini).
(Thanks to Wd yang udah kirim tuntas untuk buku itu. Thanks atas kerjasamanya yang menyenangkan, apalagi senyumnya itu, duh).
****

Friday, March 30, 2007

Yang Terasa

Sebuah kado kupersembahkan untuk anggrek malamku
Yang mampu menidurkan penatku yang hiruk pikuk
Sebuah tanda kupersembahkan untuk anggrek malamku
Yang mampu mengiringi langkah dengan keindahan pesonamu
Sebuah souvenir kupersembahkan untuk anggrek malamku
Yang mampu menjernihkan langkah perjalananku
Maka terimalah dengan senang hati
Duhai pesonamu
(Catatan Perjalanan)
****

Sudah Kucerna

Semua penjelasan itu sudah kucerna dengan cerah hati, dan kabar itu pun sudah dijelaskan dengan jernih oleh decision maker. Maka tidaklah harus aku berkata apa kecuali berkaca hati, bercermin diri. Ada yang harus digelontorkan untuk sesuatu yang kita tidak dapat raih.
Oleh karenanya yang terbaik adalah menjelaskan pada kesimpulan yang belum selesai bahwa dikemudian hari aku harus menata, harus mengecat ulang dan memperbaharui yang belum selesai. Bahwa penilaian adalah konsekuensi dari kompetensi dan itu adalah raport yang bagus untuk dijelaskan sebagai langkah berikutnya.
Nasehat dari lantai sepuluh itu juga sudah pula kuerami dengan semakin meyakinkan diri bahwa menurut kita baik belum tentu dikatakan baik oleh lingkungan. Bisa saja ada yang gak suka, ada yang sirik, ada yang gak senang. Perjalanan itu memberikan catatan advis bagiku bahwa work environment itu adalah cerita tentang kesimpulan diri. Maka senantiasalah aku harus menjadi elemen yang menjernihkan dan menghangatkan.
****
(Catatan Perjalanan)

Mengalir

Ada yang memberi semangat
Ada yang menemani
Ada yang menggarami
Ada yang mengirimi

Semua mengalir
Semua berjalan
Semua terasa
Semua terbaca

(Thanks to Dw yang imut-imut, setia menemani, memberikan tambahan, dan menjelaskan semuanya untuk baiknya rancangan ini).
(Thanks to Lt, Bm, Gd, Wy, yang mensupport banget untuk menjadi yang diharapkan kita semua)
(Catatan 290307)
****

Apa Kabar

Apa kabar Gatsu
Apa kabar lantai sepuluh
Apa kabar, semua menyapa
Apa kabar, semua bertanya

Kabarku baik-baik saja
Kau tak sempat tanyakan aku.. (eit kok jadi lagu)

Kukatakan saja tugasku
Kukatakan saja misiku
Kutuliskan saja yang bisa kutulis
Kurekam saja yang bisa kurekam

Dan bincang-bincang sepanjang itu
Memberi banyak makna kepadaku
Bahwa ada gap, ada curhat ada cerita
Kudengar saja sambil mencerna
Bahwa ada yang gak pas, gak sreg
Kudengar saja sambil menulis
Dan
Itulah yang bisa kutulis
(Catatan Perjalanan 280307)
***

Anggrek Malam

Menikmati anggrek dan mencoba memahami mengapa harus dinamakan anggrek. Kegelapan malam dibalik jendela, melaju, lembut sentuhan, warna malam, biru malam. Perlahan kudapatkan jawabannya, ketika dinihari menyergap dan seisinya lelap. Bahwa rehat adalah senutuhan yang mampu diselimuti anggrek. Anggrekmu adalah cerita perjalanan yang harus diselesaikan sembari menanti fajar merekah.
Maka, lelaplah aku sembari menyatakan selamat malam dan mimpi yang indah kepadanya, aku sedang menikmati indahnya berjalan dan berangan bersama pacuan menuju matahari pagi, bersama anggrek malam.
(Catatan perjalanan 270407)
****

Tuesday, March 27, 2007

Lagu Hati

Menyentuh irama adalah memainkan kalimat hati
menyentuh senar bait adalah melagukan syair dan lirik

Duhai hati
Mengerlinglah sudut matahati menyanyikannya
Mendayu menggulirkan suasana yang membeningkan

Adalah kesamaan pilihan yang menyajikan lantunan itu
Ketika engkau juga memilihkan denting yang menggetarkan
Adalah kesamaan asumsi yang menyanyikan ruang itu
Ketika engkau juga menyajikan kelembutan yang putih itu

Duhai hati
Sentuhlah dengan aura tatap pandang
Tanpa harus berkata
Sembari menyanyikan Ungu :
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
membuatku terdiam dan terpaku....
*****

Monday, March 26, 2007

Menyemai Hari

Menyemai hari dengan berbagai cangkul. Ada ngobrol informal nun di Sl3 sono sebagai bagian souvenir buku, lumayanlah ternyata si ortu wellcome banget. Trus diedit dan diterjemahkan kembali. And then nyebar imel ke beberapa "responden" tuk ngisi rubrik "apa kata mereka", kemudian corat coret sketsa untuk menggambarkan figur yang mau digambar itu. Lalu berbenah tugas another sampai akhirnya mentari senja.

Ada yang mau pisah, ada yang mau sampai di persimpangan dan wajarlah kalau malam ini digadang-gadang sebagai bagian dari friendship pertemanan yang menyenangkan. Maka bernyanyilah aku, maka bernyanyilah semua, maka bersenandunglah semua, maka berkesanlah, maka bergarislah, maka bergegaslah, maka selesailah.
****

Sunday, March 25, 2007

Langkah-Langkah

Langkah Ahad

Langkahku di hari Ahad ini benar-benar terukur dan terarah, maksudnya sesuai yang kuniatkan dalam-dalam. Maka warnanya adalah kombinasi reading, hearing dan seeing. Warna bacanya dominan banget. Buku-buku bacaan kubentang di teras rumah sejak bagi, bersama lembaran lain yang menjadi catatan penting, lalu ya kubaca satu persatu. Ketika ada jenuh, jalan mondar-mandir di teras rumah sembari menggamit kembang-kembang yang menantang pandang.

Lalu duduk lagi, menyeruput teh manis, lalu baca lagi, konsentrasi lagi. Lalu buat diagram dan mencoba memahami konteks tema yang menjadi bahasan, lalu berdiri lagi, jalan-jalan seputar rumah, lalu baca dan tulis lagi. Tak terasa mentari menjelang Zuhur, kubiarkan catatan dan buku-buku itu berserakan diteras. Lalu istirahat siang sejenak, dan dilanjut dengan berkunjung ke library kampus sampai senja menjemput maghrib. Capek juga, tapi aku merasa banyak mendapat yang kubaca dan kutulis tadi, setidaknya memberikan makna pede dalam langkah penyusunan berikutnya.

Rindu sama tahu pong, maka bergegas aku selepas maghrib menuju langganan yang mangkal di persimpangan Dp dan menikmatinya dengan sekujur rasa, kenyang dan agak sesak karena konsumsinya cukup banyak. Puas, senang lalu kembali dan mengakhiri kegiatan dengan meeting maulid, menjadi ketua panitia, mengorganisir dan sinergi dengan anggota yang lain. Semoga sukses acaranya dan mendapat ridhoNya, amien.
****

Langkah Sabtu

Kusiapkan semua skenario
Untuk memberikan nilai pada konten yang diemban
Setidaknya memberikan yang optimal
Pada sebuah souvenir untuk simpang jalan

Bahwa sebuah buku adalah jawaban
Pada nilai persepsi dan kado perpisahan
Dan mengakhirinya dengan senyum flamboyan
Pada sosok yang menjadi panutan empat tahun

Selamat jalan di batas pisah
Untuk kemudian menjadi titik kulminasi
Yang dijelaskan pada setiap paragraph
Dan diterjemahkan dengan humanisme non formal

Kuusahakan bisa
Bersama formula yang dirancang
Untuk diisi bersama
Untuk diminum bersama
Untuk disantap bersama
Untuk dinikmati bersama
Niscaya

(Makasih atas sambutan riangnya My, ada yang selalu menggairahkan ketika olahan katamu yang digendangi senyum indah memberikan nilai apresiasi pada kebersamaan langkah. Kesamaan ini setidaknya memberikan aroma penyegar kesumpekan dan mengalirinya dengan oksigen embun pagi).

(Menjelajah ruang baca luas Grmd tonight, mencari indeks yang diharapkan ada, dan aku mendapatkannya sebanyak 3 buah. Sebagai sajian persiapan untuk kematangan penyusunan, dan kubayar, dan kubawa pulang, dan kubuka sampul plastiknya dan kuyakini temanya sesuai).
*****

Langkah Jumat

Ada benci bersemayam di hati
Apakah sejumlah pernyataan menjadi catatan hati
Ada merah bersemayam di kalbu
Apakah sejumlah pertanyaan harus disimpan di hati

Maka
Lengkung dan kelok jalan adalah penghibur mata
Mendaki, menghijau, menghampar dan menjelajah
Menuju ke tujuan yang menjadi rencana hari
Menuju ke pelosok yang menjadi traveling diri

Tidaklah untuk ditestimonikan kembali
Terlalu jauh ditelantarkan dalam nyanyian elegi
Tidaklah untuk didengarkan kembali
Terlalu panjang bait yang dilontarkan

Maka
Secarik kertas kugenggam erat-erat
Dan kulipat tipis sembari meniupnya
Dan berseraklah rangkaian huruf yang ada
Dan bertebaranlah segenap aksioma yang tersimpan

Duh,
Pengaduanmu hanyalah siraman sesaat, katamu
Sebaran maknamu tidak pernah dipahaminya, katamu
Dan dedaunanpun mentertawakannya, katamu
Mengapa harus menapakinya sejauh itu, katamu
Mengapa harus, bisikku
Bukankah aku selalu menyiarkan pandang indah itu, katamu
Oh ya, kataku
Maka bergegaslah aku meninggalkan dia

*****

Thursday, March 22, 2007

Agar Kamu Tahu

Kamu adalah cerita opera sabun yang tak terselesaikan manakala memainkan peran yang tak sesuai dengan sinar matamu. Kamu adalah tulisan yang tak terbaca manakala menceritakan cinderella yang tak mampu menaklukkan pinokio. Kamu adalah episode yang tak teruraikan manakala episentrum berita menyentak dan memprotes kata hati. Kamu adalah lakon yang tak terjangkau manakala cerita seputarmu seperti menggenggam air di pancuran, tak dapat ditafsirkan kecuali mengalir.

Maka sudilah kiranya aku menyelesaikan bab akhir dengan ending titanic, dan menurut versiku sendiri, sebab ketulusan itu tidak harus dibayar dengan kesepakatan. Ketulusan itu adalah tema yang memberikan makna argumentasi dan selalu dibenarkan oleh hati karena satu-satunya organ tubuh yang menemaninya adalah hati.

Maka sudilah kiranya aku menyelesaikan dialog imajiner dengan memberikan senyum tanpa harus berkata, sebab senyum adalah hidangan penutup yang menyegarkan ketika kita selesai berbagi suasana. Senyum juga mampu menegakkan kata hati tentang warna ketulusan, karena senyum adalah personifikasi dari ketulusan itu yang ditranmisikan melalui bts teresterial sinar mata.

Maka sudilah kiranya aku menyelesaikan bacaan pustaka dan menjadikannya sebagai konten tesis yang mengiris hati. Bahwa referensi apapun tentang cerita dan kisahmu adalah hipotesis yang tak mampu menjelaskan kesimpulan. Yang kutahu adalah, nilai ceritamu adalah analisis regresi tanpa formula matematis sehingga yang diumumkan adalah seputar tingkah pola, yang tak terpola. Yang kutahu adalah nilai estetikamu tidak lagi menampilkan inner beauty selain langkah jinak-jinak merpati. Matahatiku tidak ingin menyambut personifikasimu, karena aku lebih suka menjemur diri bersama matahari yang setia terbit dari timur.
****

Ide Farewell Itu


Ada yang menyenangkan ketika planning itu dicetuskan sebagai ide untuk farewell. Senangnya adalah aku diikutkan dalam tim penyusunan buku untuk SSA, tentang kiprahnya, tentang the founding father, tentang ketegasan berbalut njawani, tentang flamboyan, tentang sejuta prestasi, tentang perpisahan, tentang tigaratus enampuluh derajat. Maka aku setuju saja jika nanti harus berbagi waktu untuk sekian hari, berkutat dalam penyusunan itu. Maka dering siang ini dengan lanjutan imel kusambut hangat dan kurespons cepat, sekalian buat frame yang harus ditulis, diberi imbuhan kalimat sastra jurnalistik, gaya yang memang menjadi primadonaku. Sepanjang traveling aku episentrumkan kekuatan daya untuk membuat framenya, interiornya, asesoriesnya dan tentu saja kontennya.

Maka kusiapkan semuanya
Maka kurancangkan semuanya
Maka kufokuskan semuanya
Maka kukonsentrasikan semuanya
Maka kujalani semuanya

Maka harus berbagi waktu lagi
Maka harus berbagi fokus lagi
Maka harus berbagi nuansa lagi
Maka harus berbagi sketsa lagi

(Thanks to St, berbagi silaturrahmi lagi sembari mengingatkan tentang kisah perjalanan, tentang napak tilas dan tentang bagi-bagi hari manakala kisah cerita harus dilalui dengan semangat kekeluargaan).

(Dealnya dirancang lagi ya Fren kalau memang next week perlu ketemu mengapa tidak, kumpul lagi dong groupnya, katanya ada ya yang mo ultah tuh).

Wednesday, March 21, 2007

Sikap

Sikap yang ditunjukkan
Mestinya adalah membagi seikat kalimat
Sikap yang dipastikan
Mestinya adalah menganugerahkan hakekat
Sikap yang dituliskan
Mestinya adalah menyetarakan dialog
Sikap yang ditampilkan
Mestinya adalah menyederhanakan peran
Sikap yang dipertontonkan
Mestinya adalah memperindah senyuman
Tetapi bukankah itu maunya aku
Tetapi bukankah itu pengennya aku
Tetapi bukankah itu hasratnya aku
Padahal tidak harus selalu maunya aku
Padahal tidak harus selalu inginnya aku
Padahal tidak harus selalu karena aku
Maka biarlah peran-peran itu melakoni dia
Maka biarlah senyum itu melakoni dia
Maka biarlah hakekat mengikat dia
Toh, sikap adalah cerminan
Pada seikat hati yang bernyanyi sumbang
Biarlah....
(Kekasih hati adalah ungkapan yang tak pernah diwarnakan)
(Kekasih hati adalah cerita yang tak pernah dilanjutkan)
(kekasih hati adalah dialog yang tak pernah diumumkan)
(kekasih hati adalah sketsa yang tak pernah diselesaikan)
***
(Menyapa dan disapa dengan hangat menyambut sinar hari yang menggelontorkan daki hati, debu hati. Thanks buat Da and then Di, and last one My. Kadang ada percakapan yang menyinggung aura sekaligus mampu menyajikan menu yang menyenangkan kamar hati. Kunikmati saja dengan riang hati).
****

Tuesday, March 20, 2007

Mengubur Penat

Mengubur kepenatan dengan memukul dan memukul sampai akhirnya berkeringat, berlari dan berteriak sembari menumpahkan daki sumpek. Maka permainan tenisku malam ini adalah beupaya memukul sekeras –kerasnya untuk mengeluarkan energi yang tersimpan dan gak berguna. Berlari dan mengembalikan bola dengan sedikit kejelian dan keakuratan. Tapi yang penting adalah mampu mengeksploitasi keringat sampai harus ganti baju tiga kali. Maka lepaslah penat itu berganti dengan bugar, maka lepaslah keringat itu berganti dengan ringan. Ya ringan terasa sembari nonton empat mata, dan tertawalah aku, dan tertawalah hatiku (boleh jadi mentertawakan diriku sendiri, boleh jadi mentertawakan hatiku sendiri.).

(Thanks full for My atas dukungan dan bantuannya. Kayaknya banyak deh yang sudah diberikan kamu untuk kesuksesan jurusan kita. Banyak yang kudapat dari hasil diskusi kita, tambah wawasan, tambah makna, tambah proses dan menjadi masukan yang penting untuk next nantinya. Kamu itu sudah cantik, lincah, pintar dan murah hati untuk berbagi wawasan. Sungguh menyenangkan berbagi situasi dengan kamu).

(Selalu berhati-hati ya ananda, nikmati traveling kamu dengan senang hati, walau kamu gak sehat ketika akan berangkat, mudah-mudahan dapat mengisi kesenangan berbagi rekreasi dengan teman-temanmu).

****

Monday, March 19, 2007

Dua Traveling

Traveling Hati

Monday ini berkonsentrasi penuh dengan traveling hati sembari menyelesaikan tugas proposal yang agak ketinggalan. Maka kunikmati hari dengan suasana hati yang berkeliling, mengelilingi lintasan aura, bersenandung tentang irama jazz, menyuarakan hasrat tanpa harus bercakap, membisikkan hati dengan bait kehijauan hakekat.

Kunikmati hari
Kujalani waktu
Kudapati hati
Kupeluk nurani
Kuselesaikan nyanyian
Kusiapkan naskah

Tak terasa waktu menjadi berarti ketika hampir seluruh yang kutargetkan dapat kuselesaikan malam ini. Dan semboyan yang menjadi traveling hatiku hari ini adalah menyanyikan suasana dengan denting melodi sembari mengayunkan penyelesaian tugas.

(Met jalan ananda, hati-hati selalu, semoga traveling dan perjalananmu menyenangkan dan selalu dalam perlindungan Allah. Kemanjaanmu memberikan nilai kedekatan dan baru kurasakan ketika engkau jauh, pergi bersama menikmati rekreasi bersama sekolahmu yang ramai itu).
*****

Traveling Keliling

Sesuai jadwal maka kunikmatilah jalan-jalan memandang kesegaran, jalan-jalan keliling lintas timur, jalan-jalan penyambung silaturrahmi, merealisasikan janji, melepaskan amanah, menjalani family day. Seharian pada Ahad yang menyenangkan, menghangatkan kembali perjalanan napak tilas, memperhatikan suasana, menjelaskan rangkaian perjalanan dan memastikan untuk menghadirkan nilai kekeluargaan pada titik simpul yang pernah disulam.

Dan sambutan pun begitu membahagiakan, ada sajian yang khas, ada obrolan historis, ada tanya ada jawab, ada nasehat ada resapan, ada lunch bareng dengan menu penyemangat rasa dan lidah, ada perubahan, ada kebijakan yang pasti. Begitu mempesona, ada hamparan sawah hijau menjelang panen, ada cerita tentang kisah perjalanan, ada surprise dan semuanya diolah dalam tembang kalimat diiringi suling senyum yang merekah.

Di kota yang lain, sebuah suasana juga memastikan kedekatan persaudaraan yang begitu dekat. Ada cerita tentang next day, ada cerita tentang situasi terkini, ada sajian yang menyenangkan dan tentu saja diakhiri dengan dinner bersama. Sebelum pulang aku pesan seperangkat meubel untuk perabot rumah. Hampir seluruh perabot rumahku pesannya dari keluarga ragil yang memang jadi pengusaha meubel sukses di kota ukir ini, tentu saja harganya harga keluarga. Maka sekali lagi aku bersyukur, abis kalo beli perabot jati dari luar, duh harganya pasti selangit. Nikmatnya punya keluarga besar dari segala macam profesi, ada yang pengusaha, ada yang pengacara, ada yang militer, ada yang pengajar, ada yang profesi , ada yang biasa-biasa aja. Semua itu karunia Tuhan yang Maha Bijaksana.

****

Saturday, March 17, 2007

Ambang Batas

Logika yang dikumandangkan Sabtu ini adalah menelusuri hampir semua referensi dan mengaduknya dalam lembaran kertas, menuliskannya lagi, membacanya lagi sampai akhirnya diambang titik jenuh. Sementara siang menjelang dan mataku letih. Aku berhenti dan mengamati rekanku yang lagi asyik menulis dan mengambil referensi biru.

Ya, ada ketibaan yang gak disangka manakala ingin menyelesaikan dengan percepatan melebihi tolok ukur. Jadinya ya seperti ini, ada batas kulminasi, ada batas ambang yang mengharuskan aku tidak harus memforsir untuk segera selesai. Maka sejenak aku tertegun dan mengamati sekeliling ruangan penuh bahan referensi. Akhirnya kukemas yang kubawa dan segera meluncur pulang dengan iringan rintik hujan.

Capek juga ya, padahal semangat tetap prima namun ada yang harus dijaga agar tidak melewati ambang batas. Bukankah besok masih ada. Dan sementara ada di persimpangan aku mempersiapkan traveling tomorrow untuk realisasi janji sekaligus menyampaikan amanat. Ya aku harus istirahat, setidaknya ada 3 program di hari Ahad yang harus kuselesaikan dan itu tentu memerlukan fisik yang prima jua. Aku ingin istirahat.
****
(Thanks to Ek yang ikut menemani di ruang baca, sekaligus memastikan langkah yang sudah tersedia).
(Thanks to My yang mampu menjelaskan dengan kehangatan suasana dan ini bagian dari pertemanan yang menyenangkan, saling memahami dengan kedekatan persuasif).
****

Melakoni Jalan-Jalan Rasio

Membasuh dan mengisi ruang rasio dengan memasuki ruang baca, ruang luas menuju jendela yang memberikan tambahan bekal, tambahan daya. Aku nikmati suasana itu hampir setengah hari, memaknai jalan pikiran yang tertulis, memahami alur pikir yang didokumentasikan dan sekaligus menggali referensi untuk pemahaman kerangka olah pikirku. Ya, ruang yang paling pas itu ada disini, sebuah ruang luas, sejuk dan terkesan sedikit kusam namun mampu memberikan inspirasi untuk konsentrasi dan memfokuskan diri untuk mengambil dan menyalin sekalian menerjemahkan reviewnya. Walau banyak yang terkumpul di ruangan, namun suasana hening, masing-masing menekuni obyeknya, menjadikan suasana benar-benar khusyuk dan menimbulkan gairah untuk berlama-lama didalamnya.

Mengisi malam dengan menjelajah ruang baca yang lain, Grmd JM untuk mencari magazine kesayangan, Angkasa, dan ternyata sudah nongol. Ada juga buku-buku baru, best seller, ada juga buku kembang yang beraneka, ada yang bahas aglaonema, adenium, euphorbia, dan lain-lain. Sekedar baca kemudian beranjak menelusuri bagian lain. Di swalayan Mthr, ada juga yang dicari, ketemu, buah-buahan wajib seperti sirsak dan belimbing untuk di juice sebagai menu malam. Aku memang sedang coba untuk tidak dinner dan menggantinya dengan juice buah-buahan ini. Kecuali pada waktu-waktu liburan, bersama keluarga dinner di luar untuk membeli suasana.

Dan seperti bisa ditebak, dua bacaan kuhabiskan Jumat malam ini sampai akhirnya terlelap. Membaca memang bagian dari konsumsiku, dengannya aku makin bisa memahami sentuhan pola pandang dan pola rasa bagaimana membangun dan mempersepsikan argumentasi sebagai bekal diskusi atau apalah namanya. Maka jangan heran kalau perabot rumah tanggaku sebagian diisi dengan jejalan pustaka, dokumentasi untuk mengolah daya pikir dan spirit rasio. Rasanya kok menyenangkan ya, dengan kombinasi baca dan tulis, sebuah hobby yang menyatu di sisi rasa dan rasioku.

Maka puisiku hari ini adalah melakoni jalan-jalan rasio, menyenandungkan jalan-jalan rasa dan menyerulingkan nyanyian beroktaf tinggi (terinspirasi lagunya Gita Gutawa). Dan semuanya ada dalam nyanyian hati. Aku tidak ingin menafsirkan apa-apa, aku tidak ingin mengapresiasikan apa-apa. Aku ingin nyanyikan ruang rasaku dengan berbaris puisi, kubacakan dalam hati dan kutuliskan dalam hati.

Thursday, March 15, 2007

Intervening Abstrak

Cerita yang hendak dijelaskan adalah mempersandingkan variable intervening dengan fenomena abstrak yang dianalogikan sebagai pencarian titik temu dalam menafsirkan aura. Kuingin jelaskan bahwa kesejatian peran adalah menjalani langkah dengan susunan sudut absolute bersama cermin tigaratus enampuluh derajat. Jadi tidak usah menyetel sikap dan memutarnya dengan gelombang FM karena dari jauh pun sudah tergolek spanduk bertuliskan : not for intervening. Segepok kisah sudah dituliskan, semangkok kuah penyedap rasa sudah pula dituangkan. Dan jawabannya adalah sekedar dicicipi sebagai penyedap pandang di kebun bunga.

Aku segera berangkat menuju halte berikutnya, menjalani kehijauan tanpa harus berlalu lalang, menjalani keseharian tanpa harus membuka ruang. Perjalanan tidak harus selalu memfasilitasi ruang, bisa jadi full time menikmati keindahan, kesegaran dan daya pandang panorama yang mampu menuliskan sejuta kata penuh karunia. Yang terakhir ini adalah bagian yang menjadi titik sentral, dan menuangkannya menjadi pesona baris berbaris, bait berbait dan garis bergaris.

Aku segera berlari menuju konsistensi point of view, dan perlahan meninggalkan barisan pesona yang mampu meluluhlantakkan sinar pandang, siar pandang dan cara pandang selama ini. Perlahan, seperti sebuah close up shooting sinetron, perlahan dan menjauh lalu menghilang dan digantikan dengan cahaya pandang berikutnya yang (mampu) memukau dan memaku, terpana, terpukau. Aku ingin gantikan itu, aku ingin tukarkan itu, aku ingin pindahkan itu dan membungkusnya kembali bersama perjalanan langkah yang kujalani sampai dibatas ini.

(Surprise juga dengan kedatangan seorang sahabat yang dituakan, penyambung silaturrahmi, pemeliharaan persahabatan, dan menjadi titik jumpa yang menyenangkan bersama keluarga. Insya Allah nanti akan ganti kunjungan).

(Menjalani hari dengan konsentrasi untuk menyelesaikan beberapa planning yang sudah digenggam sejak mentari mengantar sinarnya, dan alhamdulillah semuanya berjalan baik, sukses dan yang penting menyenangkan ruang fikir dan ruang sanubari).

Wednesday, March 14, 2007

Supaya Engkau Tahu

Supaya engkau tahu
Aku tidak suka dengan warna yang kau pilihkan
Supaya engkau tahu
Aku tidak suka dengan bait yang kau sodorkan
Supaya engkau tahu
Aku tidak suka dengan senyum yang kau kiaskan
Supaya engkau tahu
Aku tidak suka dengan langgam yang kau perankan

Mengapa ?
Karena aku suka dengan keindahan taman bunga
Karena aku suka dengan bait-baitku sendiri
Karena aku suka dengan thanks with smile
karena aku suka dengan langgam kesederhanaan

Maka
Aku akan tinggalkan halte menjelang senja
Aku akan tinggalkan halte satu warna
Aku tinggalkan hati yang tak punya kamar
Aku tinggalkan hati yang tak punya pintu
Aku tinggalkan hati yang tak punya nada
******
(Menjelajah library, tuk temukan cara, akhirnya kutemukan, walau belum selesai tapi setidaknya sudah kutemukan metode dan melanjutkannya di hari berikutnya).
(Thanks to fren yang ikut menemani suasana sehingga kita bisa sama-sama paham dengan step yang kita lalui, dan beginilah tahapan itu, kita nikmati aja).

Tuesday, March 13, 2007

Dua Dering

Dua dering mengumumkan jingga dan merah
Dua ranting mengabarkan gemeretak
Dan sepoi angin menjadi tidak semerbak
Dan jelajah hari menjadi panggung tanpa penonton

Apakah kejelasan dan cara pandang harus diulang
Apakah hipotesa dan asumsi mampu diatasi dengan senyum
Apakah tidak harus diletakkan pada lemari pendingin dulu
Apakah tidak harus meneteskan dingin embun dulu

Hempasan buih ombak datang bergulung beraturan
Dan kesetiaannya adalah selalu mengabdi ke pantai
Dan kesetiaannya adalah selalu berlari ke pantai
Dan kesetiaannya adalah selalu memeluk pasir pantai

Maka
Asumsi yang menjadi horison di titik timur
Adalah logaritma yang menjadi formula jawab
Asumsi yang menjadi kulminasi di timur
Adalah diferensial yang menjadi pola tanya(mu)

Dua dering menceritakan putih dan kelabu
Dua-duanya adalah peniti hati yang berkancing
Dua-duanya adalah fragmen yang tepercik cat air
Dua-duanya adalah cerita tentang protagonis bening
****
(Traveling yang melelahkan, namun masih mampu menikmati pegunungan cadas di kejauhan, dan bentang sawah yang menghijau. Duh, kontras banget dengan yang kuasumsikan selama ini, indah ternyata.)

Monday, March 12, 2007

Ketika Langit Melukis Biru

Senandung tembang mengiringi detak dan detik, mengiringi ayunan dan helaan, membawanya ke langit cerah yang melukis biru. Sekelumit siar cakap mendentingkan suasana, mengabarkan rindu pada pada keteguhan alur, dan membawanya pada perahu yang bertuliskan : sampaikanlah pada halte terakhir yang ada di sudut siku, kabarkan pada semua persinggahan bahwa buih dan percikan adalah hempasan yang menyatakan keinginan.

Sejumlah aliena tidak pernah mengalir apalagi berbunyi menyatakan tema, karena ada bungkus keengganan untuk berlaku tutur dan mencoba bisu karena langit telah melukis biru. Cetusannya adalah riak air yang menuju rutinitas, melewati detak dan detik, melalui lalu lalang tanpa berkata, menyiapkan persimpangan yang dilalui setiap petang. Aku menikmati lukisan biru, lukisan langit dan lebih berkata nyaring padanya, pada keluasan, pada keniscayaan, pada kepuasan, pada pengakuan, ketimbang melukis di pasir pantai, ketika ombak datang, sirnalah ungkapan hati, ungkapan suka, ungkapan cinta.

Lukisan langit adalah pengakuan tentang eksistensi, lukisan langit adalah pengumuman tentang harmoni, lukisan langit adalah penjelasan tentang keluasan dan keleluasaan pandang, pandang mata, pandang hati. Ya pandang hatiku, ya sinar hatiku yang mampu menjelaskan pada sejumlah kisah untuk dipersaksikan pada lukisan langit. Pengumuman itu adalah semburat rasa yang membuncah dan mengantarkan figura pernyataan untuk dilepaskan dan dilontarkan pada persamaan bait dan syair lagu.

Sembari menikmati keindahan biru langit, kusimak dan kusemai lirik-lirik lagu yang mampu menggetarkan ruang hati dan menikmatinya di kesendirian keteduhan, karena aku ingin membirukan hatiku dengan getar nada dan mempersandingkannya dengan persamaan hati. Sebuah Senin yang membeningkan, sebuah hari yang mengantarkan, sebuah saat yang menggetarkan.

****

Sunday, March 11, 2007

This One

Memandikan Hasrat

Memandikan hasrat dengan meminjam tatapan matahari dan menjemurnya untuk mendapatkan kehangatan. Sepanjang Ahad aku ingin dapatkan kehangatan itu. Maka aku berupaya meyakinkan diri bahwa cahaya yang sesungguhnya adalah dari inner diri dan mengekspresikannya dengan liputan benderang hari, meyakinkan bahwa sesungguhnya kehangatan itu adalah anugerah yang harus disiram ketika hati menjaminnya dengan sinar kelembutan. Aku mandikan hasratku, aku mandikan matahatiku, aku mandikan aura rasaku, aku mandikan cerita hari ini dengan sabun mandi yang mewangi, melembutkan dan mengharumkan.

Album hari ini adalah menceritakan pada bilik hati bahwa aku mengadopsi ruang kebersamaan, keseksamaan dengan menggalinya dari sisi dialog, menghabiskan hari dengan melantunkan kedekatan pada buah hati, pada kemanjaan yang menyenangkan, mengajak memainkan bahasa dengan dentingan irama, dan mengakhirinya dengan membagi hati, membagi suasana, dan memeluk keselarasan pada dua buah hati yang berceloteh tentang dunianya. Aku rasakan itu sebagai pengisi hari, pengisi hati yang membeningkan.

Betapa kebersamaan itu mampu mengbirukan aneka warna
Betapa kebersamaan itu mampu mendekatkan aneka rasa
Betapa kebersamaan itu mampu menjelmakan kemanjaan
Selamat malam ananda
Pastikanlah kebersamaan ini menjadi titik lindung
Yang meneduhkan dan menidurkan
****

Gak Sreg

Menghadiri general college, mestinya materinya menarik dan berbobot tentang proaktif, entrepreneur dan membangun persepsi kewirausahaan. Namun karena disajikan bernuansa sekuler, seakan dunia ini menjadi yang utama dan mulai dari awal acara tidak menunjukkan suasana religi minimal ngucapin assalamualaikum, ada kesan seperti menyepelekan audiens yang sebagian besar muslim. Maka separuh waktu kutinggalkan dan bahkan aku gak mau teken daftar hadir untuk administrasi. Bukan apa-apa, gak sreg dengan suasana yang memamerkan keberhasilan tetapi ada misi lain yang coba dibahasakan dengan gaya bahasa halus. Untuk yang begini ini aku memang sensitive karena bagiku aqidah itu adalah harga mati sekaligus lakum dinukum waliyadin. Aku ingin dalam setiap forum formal akademis atau apa saja minimal mempunyai warna religi, menghormati yang mayoritas, sekaligus menjaga toleransi. Tapi memang kampus bunga ini didominasi oleh” driver” yang berwarna seperti itu.

(Banyak tugas yang harus dieksekusi, mikirin waktunya, bagaimana solusinya, bagaimana mendiskusikannya, mampukah kuselesaikan, masih ragu dan bimbang, masih perlu mengendapkan diri, setidaknya itulah warna pikiranku sepanjang hari Sabtu ini).

(Ada rindu pada bunda, pengen ketemu, cari waktu yang pas, secepatnya, untuk melebur rindu menjadi curahan, untuk melebur rindu menjadi pelukan, untuk melebur rindu menjadi ungkapan).
****

Feel New

See new
Hear new
Feel new
Begitu sapaan yang halus, lembut dan menghanyutkan. Aku terkesima dengan quality service sebuah centre of service megah di jl P ketika berkunjung for buy salah satu produknya yang laris manis N73 ME Jumat malam ini. Ya tidak hanya kalimat yang tertera besar di beberapa sudut ruang pamer yang luas dan elegan tapi juga pembuktiannya yang menjelaskan semua makna kata–kata itu. Deskripsi pelayanan, sambutan yang hangat, tidak sekedar basa-basi, memberikan makna yang dalam tentang nilai pelayanan.

Aku biarkan customer carenya berbicara dan berdiskusi dengan si sulung nan cantik sebagai kado pembuktian untuknya. Ku sapu pandanganku ke seluruh ruang pamer produk, kebersihannya, interiornya, arsitekturnya, semuanya terkesan wah dan menyenangkan. Pusat pelayanan ini sejatinya adalah pusat penyiraman mutu pelayanan dan dengan metode tutur tinular, akan dibuktikan kemudian kisah perjalanan pelayanan yang konsisten, terukur dan mampu membetahkan sekaligus memelihara customernya. Mottonya pas dengan kondisi terkini dan tomorrow : see new, hear new, feel new.
*****

Thursday, March 08, 2007

Ah, Sebodo Amat


Ah sebodo amat dengan meeting internal atau apalah namanya, yang penting aku ingin nikmati suasana jalannya, suasana travelingnya dan suasana asesoriesnya. Maka sepanjang materi lebih banyak mempasifkan diri, gak banyak kasih pendapat atau usulan atau apalah namanya.
Sejatinya aku ingin ringankan ruang brain, ruang pikiran, dan mengisinya dengan memandang lepas, menatap pegunungan di balik kaca, hijau, segar sementara awan gelap bergelantungan seakan hendak menyergap seluruh kehijauan itu.
Tapi, peduli amat dengan suasana itu, aku ingin bentangkan dan kosongkan semua jalur yang menuju ke jalur brainku, pikiranku. Kusenangkan saja nurani, kuriangkan saja hati sanubari sembari menyeleksi situasi yang mampu membangkitkan gairah kebersamaan dan membaginya bersama.

Dan kudapatkan itu
Dan kuraih suasana itu
Dan kugenggam asesories itu

Bahwa bentangan jalur memberikan keluasan pada kebebasan ekspresi, memberikan nafas segar untuk membebaskan diri dari formalitas dan menjemputnya di sisi simpang yang menunggu dengan seulas senyum.
Aku nikmati perjalanan diri, aku nikmati perjalanan hari, aku nikmati perjalanan hati dengan caraku, membagi ruang dialog antara rasa dan rasio dan kemudian menerbangkannya pada deru angin yang bertiup kencang, sembari mengatakan : aku bebas euy...!!

(Maaf to My, dealnya gagal maning, seperti kayuhan pedal sepeda, gak pernah sejajar pedalnya, gak pernah klop waktunya, ada saja yang mengirisnya. Ntar deh disetting lagi waktunya, tapi ya itu tadi, tugasnya dibatasi time loh, harus ketemuan secepatnya).
****

Wednesday, March 07, 2007

Dua Puisi

Puisi Cinta

Puisi itu adalah noktah cahaya yang dengannya aku bisa melagukan nyanyian kesukaanku dan menyiraminya dengan embun hati yang jernih dan bening. Puisi itu adalah lantunan irama hati yang dengannya aku bisa berjalan diatas angan, diatas awan dan menyampaikannya pada sebuah pohon, pada sebuah asa, pada sebuah halte, pada sebuah nama. Puisi itu adalah nyanyian kamar hati yang diceritakan dengan gemerlapnya keindahan melewati terminal rasa dan membunyikannya tanpa harus bersuara.

Sejuta ungkapan dikemas dengan semburat pipi memerah, bibir tipis nan basah, keindahan tatapan, rambut sebahu yang tergerai. Tidak perlu harus bercakap dan berdialog karena ungkapan itu adalah dialog imajiner yang bermarkas di titik singgung inspirasi kegairahan hati. Maka elemen utama yang menjadi catatan tanpa titik itu adalah pesona yang dibangun dari sosok diri dan mengantarkannya ke depan pintu gerbang sebuah kebun bunga nan indah warna warni. Maka suara puisi itu adalah mengapresiasi keindahan anthurium jenmani, pesona aglaonema tiara atau romantisme anggrek bulan. Puisi yang tercetus itu adalah letusan magma yang mengalir dan membasahi sekujur diri, kemudian menyuburkan rerumputan, memberikan kehangatan dan bumbu kasih sayang serta cinta sepenuh hati.

Dan kunikmati saja aliran-aliran yang membasahi itu
Dan kunikmati saja letusan-letusan yang menggelora itu
Dan kunikmati saja kehangatan yang menyelimuti itu
Dan kunikmati saja ruang kasih dan cinta sepenuh hati

****


Puisi Sepanjang Jalan Selasa

Lurus bergaris empat tidak menampilkan tulus
Lengkung gelombang menafsirkan goncangan tak bertepi
Melaju seratus empatpuluh memberikan sendok adrenalin
Melewati dadakan yang tak terduga, diimbuhi helaan luas
Menjalani catatan yang dirancang dengan barisan keheningan

Hening
Menikmati sembari mengaliri dengan ruang pandang jelajah
Melakoni situasi dengan mengubur segumpal baris dan bait
Menerangi ilustrasi bertuliskan kesamaan karakter berjemur diri
Menyeberangi lintasan tanpa menunda senandung yang disemayamkan

Berhenti
Menyirami dahaga yang diseret keinginan untuk segera tiba
Menyuapi rasa yang diselenggarakan keinginan untuk mengisinya
Mengunyah adonan pilihan dan mempersilakan masuk ke ruang cerna
Menghela keringat dan menyeruput kehangatan dengan titik koma

Tidak ada yang disemayamkan pada kejelasan cahaya jalur cepat
Tidak ada yang disuarakan pada kecepatan mengarungi garis demi garis
Tidak ada yang dipersepsikan selain membathinkannya dalam hati
Tidak ada yang dipersimpangkan selain menuju titik akhir cerita
Tidak ada yang dicatatkan pada titik-titik pencahayaan itu
Tidak ada yang dikoridorkan pada sejumlah kanal yang diluruskan
Tidak ada yang dinyanyikan kecuali nyanyian sepanjang jalan

(Maaf beribu maaf, ada yang gak klop, jadinya deal yang dirancang minggu lalu sebagai janji tidak kesampaian karena bertubrukan waktu. Aku mohon maaf pada all fren yang mempunyai jadwal Selasa Siang ini, gak sempat ikut gabung, padahal sudah kuiyakan. Sekali lagi maapin aku ya).

Monday, March 05, 2007

Langkah

Melangkah dengan seutas persepsi dan melanjutkannya dengan perspektif, meyakinkan diri untuk tetap bermandikan cahaya ultraviolet dan membangun assesories yang mampu menjawab kata hati. Kata hati adalah simpul paling indah yang mampu menolehkan dan menaklukkan sulaman bertuliskan : sebungkus senyum pada sebuah saat, ketika naluri meyampaikan ucapan tanpa kata. Cukuplah dengan jarak pandang, cukuplah dengan sinar pandang, dan untaian itu telah mampu menceritakan tentang sejumlah kisah, sejumlah sketsa, sejumlah fragmen dan aku tidak ingin menggarisnya pada sebuah persimpangan.

Maka mengalir saja tanpa harus berbunyi
Maka melangkah saja tanpa harus berisik
Maka membisikkan saja tanpa harus menyanyikan
Maka mengalir, melangkah, membisik, menyanyi tanpa harus berbunyi, berisik

Matahari tersenyum padaku sembari mendekatkan kehangatannya yang menghangatkan. Matahatiku tersenyum pada sejumlah langkah yang mengalir, mengaliri nadi-nadi, menjelajah ruang segala rasa tanpa harus bercerita. Ya bercerita dengan hati adalah melantunkan syair dengan sinar kehangatan yang membungakan. Bunga hati adalah kehangatan melantunkan syair, bernyanyi dalam hati, bersenandung tanpa suara. Dan langkahku adalah iringan dan irama itu.

(Ikut sedih ya My, ceritamu yang panjang itu berbungkus kesedihan, bahwa celah hari yang kamu titi hari-hari ini memberikan siraman untuk selalu tabah dan sabar. Aku yakin kamu sanggup menyelesaikannya dengan sebungkus kepastian, bahwa sinar terang akan hadir pada hari perspektif, melalui optimis yang kamu miliki. Kamu adalah sosok yang selalu optimis dan ceria, maka tunjukkan pada dunia kamu mampu mengatasinya).

Sunday, March 04, 2007

Akhir Pekan Jingga

Walking, Silaturrahmi

Walking in the morning, Sunday, dengan langkah santai menuju pusat keramaian aktivitas olahraga di Mgs. Berjalan, bercakap, melangkah, memandang, banyak yang dipandang, ada yang berjalan sepertiku, ada yang berlari, ada yang bergandengan, ada yang duduk melongo, ada yang bermain bola, ada yang melirik, ada yang cantik, ada yang manis, ada yang bloon, ada yang ndeso, ada yang sekedar cuci pandang.

Setelah berkeliling tiga putaran, menuju Spl sekedar beli penganan kesukaanku untuk bekal sarapan, cucur warna coklat. Aku fanatik banget dengan penganan ini, abis enak sih dan pas dengan lidahku. Maka setelah sampai di rumah, itulah sarapanku bersama keluarga, sambil diskusi, sambil mengunyah, sambil membaca koran minggu, sambil mengganggu si tomboy yang manja.

Ketika menghadiri undangan keluarga, maka jabat tangan bersama seluruh anggota keluarga adalah sesuatu yang menyenangkan, bercakap-cakap, membagi cerita, membagi silaturrahmi. Itu adalah nilai tambah yang tidak saja untuk merekatkan nilai keluarga tetapi juga kedekatan yang menjadi fundamen bersaudara. Maka senanglah hatiku dapat berbagi suasana sehingga memberikan setangkai atribut pada apa yang disebut nilai handai tolan.

Ada yang ingin dilihat untuk pembanding, maka bergegas aku ke JM tuk melihat yang ingin kubeli, memastikan berapa pricenya dan mencoba memilihnya. Sayangnya suasana terlalu hingar bingar, ramai banget, maklum ada hari religi, ada barongsai, ada hiruk pikuk, tapi karena targetnya adalah mencari sesuatu yang diidamkan, ya konsentrasi ke itu saja, kemudian karena lapar, mampir ke Kfc, lunch, sembari menghilangkan penat.

Sore pun kututup dengan membelai bunga-bungaku, menyiraminya dengan kelembutan, membersihkan yang kurang layak pandang, dan menata layout potnya. Ya aku merasa ada kepuasan manakala aku mampu memelihara dan menyayangi bunga-bungaku.
****

Lalu

Aku sambut Saturday dengan menata kembali prosedur titik mulai langkah, wake up pukul 03.00, lalu minum air putih satu gelas, lalu berwudhu, lalu Qiyamul Lail, lalu bertadarus dan memanjatkan doa harapan. Sembari menunggu subuh membaca apa yang bisa dibaca, lalu ke Masjid, menjadi Imam sholat Subuh, lalu menyambut matahari dengan aktivitas gerak badan, olahraga, bersih-bersih dan tentu saja bersihkan diri dengan mandi segar.

Lalu mengantar 2 remaja cantik manis ke sekolah masing-masing dengan senyum dan cium pipi, lalu breakfast bersama my wife di teras rumah. Menunya nasi putih, telur dadar, kecap manis dan segelas susu segar, tambahannya adalah membaca koran pagi. Duh nikmat banget, pikiran ringan dan segar sambil memandang komunitas bunga warna warni di halaman teras. Lalu menuju kampus, menggali lebih serius karena ini tahapan yang penting banget untuk penyusunan berikutnya. Lalu bersenda gurau dengan sesama teman, lalu lunch bersama sembari berdiskusi tentang next step, lalu masuk lagi, senyap sesaat dan seperti biasa selalu diakhiri dengan tugas seabreg dan harus diselesaikan satu minggu ke depan.

Lalu maghrib menjelang dan mati lampu lagi. Maka setelah mandi dan maghrib, daripada bergelap ria mending ngajak keluarga jalan sepanjang kota, menuju Ad Stbd, lalu dinner together, shopping sesaat dan lihat pameran bunga. Duh sayang ya gak begitu jelas karena malam dan gerimis. Lalu kembali, letih, cuci kaki, wudhu, Isya dan go to tempat tidur, dan lelap gak pake lama gak pake mimpi. Hari pun berlalu.
****

Saturday, March 03, 2007

Catatan Jumat

Menyanyi, Menyapa

Lagu Iwan Fals itu adalah evergreen, setidaknya bagiku, mungkin juga banyak orang sependapat denganku. Dengan syairnya kita bisa mempersamakan kondisi yang ada pada lingkungan kita, dengan syairnya kita bisa mempertemukannya dengan situasi yang bermain disekitar kita. Khusus albumnya yang “kuhabiskan” siang ini dengan bernyanyi sendirian adalah evergreen yang mampu membawa suasana hati ke depan ayunan keindahan, rasa yang mendayu dan melantunkannya bersama irama hati.

Bernyanyi adalah membentangkan cakrawala hati, membuka pintu brain sisi kiri dan menyuarakannya pada keindahan rasa itu sendiri. Maka ketika ada rasa letih pada rutinitas, lagian udah lama gak uji suara, aku buka saja karaoke sendirian di ruang, dan mempersamakan irama hati dengan lantunan suara Iwan. Iwan adalah salah satu icon kesukaanku disamping Ebiet, tapi bukan berarti aku gak suka yang lain. Masih ada Ungu, masih ada Nidji, juga suara Letto yang mewakili kontemporer.

Secara persamaan nada ketika ruang hati mempadankannya, maka syair yang dicetuskan itu adalah penceritaan tentang ruang hati, kata hati dan perlambang untuk disuarakan pada sejumlah testimoni. Dengan begitu lepaslah ikatan rasa dan terbanglah menuju keluasan dan kelapangan. Aku rasakan itu tanpa harus menjelaskan pada seseorang atau setiap orang. Aku rasakan itu tanpa harus berbagi rasa pada sepotong hati. Aku rasakan itu sebagai proklamasi nada hati tanpa harus mengatakannya pada sebuah nama.

(Ada yang disapa, menyambut permintaan imel, ntar aku kirimkan, kabar lain, baik aja, makin bersinar ya, ah bisa aja, emang iya, jadi perhatian loh, oh ya, pinter sih, buktinya persentasinya memukau, sudah terbiasa, biasa aja lagi, udah dulu ya, gak bisa lama-lama, thanks ya, jangan lupa, senyum yang khas, menyenangkan, aku tunggu ya).

(Ada yang menyapa dari ujung Timur, maka kutepikan dan kuhentikan laju my car, kembali menyapa, mengabarkan cerita, menceritakan kabar, lama gak kasih kabar, apa kabar, kapan datang kesini, sekalian kunjungan keluarga, ada yang terasa, ada yang tak usah dikata, ada tawa ringan, ada kedekatan, ada kesamaan, ada ucapan, ada yang tak terucap. Oke deh, salam aja ya, salam apa, salam apa aja, salaman juga boleh. Selalu ada yang mengesankan dari “perjumpaan suara” denganmu di sore yang baru disiram hujan, sore yang bening).
*****

Thursday, March 01, 2007

Dua Kabar

Dua kabar memberikan nilai
Pada sebuah judul, memastikan langkah tuk menyatakan
Pada judul yang lain, mengirimkan ucap dengan sejumlah kosa kata
Dua kabar menyampaikan bingkisan bersampul
Memberikan sentuhan lembut pada titik cerita yang dibukukan

Pada perjalanan hari
Kejutan yang diperoleh adalah mencoba mewarnainya
Untuk kemudian dikelir lagi dengan padanan kata
Yang menjadi perekat nilai pendekat rasa
Yang menjadi penjelas pandang mata

Senyumku adalah penceritaan kisah
Senyumku adalah pelantun bait
Senyumku adalah penggambar rasa
Senyumku adalah pelukis nada

Maka istirahatku siang ini adalah menjelaskan senyum
Maka istirahatku siang ini adalah menggambar senyum
Dan membawanya pada relaksasi ketenangan raga
Dan membawanya pada penceritaan tanpa dialog
****
(Thanks to Da atas bagi-bagi fragmennya, bentang jalanmu di depan kubayangkan sebagai cerah cemerlang, sebagai orang pertama yang merintis dan mendapatkannya, aku ikut senang dan bahagia).
(Thanks to My atas olah highlightnya, sukses ya atas kepercayaan yang diberikan itu, dont forget, tetap hangat dan selalu smile ).
(Tuk group milis, dealnya kusambut hangat, next week aja ya sekalian menjadikannya sebagai titik temu yang menyempurnakan).
*****