Wednesday, February 28, 2007

Sejumlah Kata

Sejumlah kata yang tak terungkap
Adalah menyalin catatan sepanjang asa
Sejumlah kata yang tak terkatakan
Adalah menulis tentang keindahan(mu)
Sejumlah kata yang tak tertuliskan
Adalah menyapa keindahan yang tertata dalam rasa

Duhai
Betapa kuingin berjalan bersama angin
Dan menyampaikannya pada sebuah hati
Dan meniupkannya pada sebuah rasa
Dan menitipkannya pada sebuah nama
****

Lagi Gak Fit

Lagi gak fit, makanya lebih banyak istirahat ketimbang menyelesaikan job. Lagian gak banyak yang harus diselesaikan, karena udah dicicil lebih awal. Aku selesaikan hari kerja dengan mengistirahatkan diri, minum air putih banyak sembari membuat planning untuk hari kerja berikutnya.
Memang belakangan porsi olahragaku agak berkurang karena diisi dengan kesibukan sosial religi yang bersifat dadakan dan insidentil seperti ngurusin warga yang ribut, ngurusin takmir yang kebablasan. Itu setidaknya menimbulkan pikiran yang agak berat untuk mencari solusinya, dan tidak dapat selesai dalam hitungan hari, harus colling down dulu, harus mengendap dulu. Dan sebagai konsekuensinya aku harus juga bisa menahan diri (walau kadang gondok juga) sehingga mengurangi kubugaran diri. Malam ini aku lebih awal istirahat untuk memulihkan kebugaran itu.
(Thanks to My atas berbagi infonya, moga semakin memperdalam catatan diskusi kita untuk kesuksesan bersama).
*****

Tuesday, February 27, 2007

After Meeting

Customer intimacy adalah mencoba memahami perilaku dan situasi cara pandang mitra bisnis melalui pendekatan informal. Maka sebagai bagian dari urutan kegiatan after meeting aku menjalani itu siang ini bersama dua mitra bisnis sekaligus. Banyak hal yang didapat ketika obrolan lunch bak gayung bersambut. Kita memang harus punya banyak bahan untuk menyambung percakapan, apakah itu tentang environment diluar konteks bisnis atau menyisir kondisi perilaku terkini.
Sejatinya yang dicari adalah melepas baju informal dan menggantinya dengan kedekatan individual yang nantinya berguna dalam melanjutkan proses bisnis. Maka satu mitra bisnis yang new tentu akan menjadi value dalam melanjutkan kerjasama antar operator. Maka omong-omong siang ini adalah menggali pesan tersirat bahwa silaturrahmi informal tidak bisa diabaikan manakala kita akan memulai sesuatu bahkan dalam konteks mempererat hubungan yang sudah terjalin. Ada kesetaraan, ada kebersamaan, ada kedekatan. Semua ini akan membantu cerita kemudian yang menjadi komponen keakraban tanpa mengurangi peran yang diemban masing-masing.
Maka aku nikmati lunch ini dengan riang
Maka aku sambut obrolan siang ini dengan riang
Maka aku jalani suasana siang ini dengan riang
Sembari menyatakan dalam hati
Ringankan dan riangkanlah
(Dan hari ini beberapa langkah job diselesaikan dengan apik bersama nuansa hati yang enak dirasa).
****

Monday, February 26, 2007

Kepada Nt

Aku paling gak suka kalau disalahartikan dengan berbagai prasangka, maka ketika itu dialamatkan dan diluruskan oleh telunjukmu kearahku, aku bereaksi. Dan aku juga bisa tunjukkan bahwa aku tidak suka dengan pendefinisian itu. Padahal selama ini aku senantiasa menjaga ritme pertemanan dengan lebih banyak memberikan nilai kepadamu atau kepada siapa saja dengan maksud mempererat jenjang kedekatan dan keakraban. Tapi ketika itu menjadi sebuah pendefinisian dan seolah kamu berada di pihak yang merasa bersih, jelas aku bereaksi. Dan reaksiku adalah membalikkan semua irama yang telah tercipta selama ini, sejauh ini.

Maka ketika kita bertemu di sebuah saat atau di sebuah waktu, jangan harap aku menciptakan dialog, senyum saja aku kunci dengan sejumlah gembok. Maka jangan katakan aku salah ketika kamu menegurku, menyapaku, lantas tak akan ada sapaan lanjutan atau yang setingkat dengannya. Sekali lagi itulah sikapku. Aku merasa dipojokkan dengan argumentasimu, padahal aku merasa telah menjalankan jalinan silaturrahmi dengan senantiasa menggali nilai, menggali angka dan menyemainya dengan senyum dan canda.

Sama ketika siang ini ada perjumpaan itu, kamu yang merasa jaim itu berupaya menegurku. Sorry aja ya kalau kuanggap tidak ada "desir" kata yang terdengar. Dan ketika kamu ulangi lagi, aku sekedar menjawab tanpa ekspresi. Sekali lagi sorry karena engkau telah menumpahkan aku pada sebuah kubangan yang bertuliskan keranjang prasangka. Maka jelas juga sikapku, memamerkan egoku, supaya kamu tahu kalau aku gak suka dengan caramu, sikapmu. Masih berderet barisan temanku, sahabatku yang mampu memberikan nilai senyum pada sunggingan bibir ini.
****

Sunday, February 25, 2007

Seru, Konsentrasi

Ahad Seru

Bagaimana gak seru, ketika didiskusikan dan dimusyawarahkan ada seorang yang merasa menjadi pahlawan kesiangan dan menyatakan keputusan yang sudah dimusyawarahkan beberapa waktu yang lalu dianggap tidak sah karena ini karena itu. Terpaksa aku berdebat hangat dan menyatakan bahwa sejatinya mengurus takmir itu harus didasari dengan semangat Lillahi Taala. Nyatanya dalam praktek selama ini orang itu merasa sebagai "pemilik" sehingga yang lain dianggap penumpang atau belum mampu mengurus.

Akhirnya banyak warga yang ikut berdiskusi menyerang balik orang itu, bahwa selayaknya yang ada di lingkungan yang menjadi barometer manajemen, bukan orang luar. Apalagi setelah diketahui konten ceritanya, tak lain adalah wewenangnya yang dicukur dan dialihkan ke warga yang mampu mengelolanya. Jadi, kelihatan belang yang sebenarnya dan menjadi bahan cerita yang tak habisnya. Dan aku katakan pada yang hadir bahwa kita harus tetap fight dan konsisten mengurus rumah ibadah ini karena kita bertanggung jawab terhadap eksistensinya.

(Bersih-bersih di Ahad pagi bersama warga, berbagi cerita, berbagi canda dan dengan semangat kebersamaan itu aku berupaya menjelaskan beberapa program yang akan dilaksanakan. Dengan semnagat itu pula mereka menyetujuinya. Sambil bekerja bermusyawarah dan menjelaskan, ternyata lebih menyenangkan sembari minum teh hangat dan makan snack pemberian warga).
****

Sabtu Konsentrasi

Konsentrasi itu adalah menyeleksi bagian yang menjadi target selanjutnya, sebagai tahapan menuju penyelesaian akhir. Maka konteks dan kontennya kucoba cerna ketika memulai hari dengan menelusuri bagian materi yang menjadi bahasan dan penjelasan. Maka menjelang senja sudah dapat kugenggam judul yang menjadi bahasan dan penelitian, setidaknya menjadi cover yang dianjurkan, bahwa ada variabel independen, ada juga variabel dependen dan yang lainnya.

Untuk memahami itu, seharian aku berjuang menelaahnya dengan semangat konsentrasi. Ya, bagian hari ini adalah langkah awal menuju ke tahapan berikutnya, ke tahapan yang menjelaskan bukti fenomena dan menuangkannya pada paragraf ilmiah yang bermanfaat dan semoga aku mampu menjalaninya dengan semangat yang prima. Hari ini adalah awal langkah itu menuju bagian-bagian penting di hari berikutnya. Maka aku berupaya maksimal untuk menyelesaikannya.
****

Friday, February 23, 2007

Invisible Hand

“Aku ingin hatiku menjadi megah seperti rumah ibadah ini”, bisik hatiku ketika menelusuri bangunan megah nan spektakuler berarsitek gabungan tradisional dan modern. Masjid kebanggaan yang besar ini menjadi sangat ramai menjelang Sholat Jumat seperti hari ini. Tidak saja dari dalam kota juga dari luar kota bahkan luar daerah bahkan menjadi pusat rekreasi spiritual yang menjulang.

Sambil bersila mendengar siraman rohani, hatiku juga ingin berbenah, ingin bening, ingin jernih, ingin megah dan mengalahkan segala rasa yang membuatnya butek. Paduan environment ibadah di ruang besar dan luas, dan hasrat hati yang menginginkan kemegahan nan lapang, membantu suasana ruang rasa untuk mengambilnya sebagai definisi mengambil nafas beberapa saat, menghela dan menghembuskannya kembali sebagai buangan kelegaan.

Lingkungan memang dibutuhkan untuk membangun suasana, dan kehadiranku di Masjid Besar ini (walau bukan dalam rencana, melainkan ajakan spontanitas) adalah bagian dari kebenaran hakekat bahwa ada saat manakala kita tidak merencanakan namun jalan itu yang kita jalani. Itu satu tanda bahwa invisible hand selalu memberikan arah bahwa nilai jalan harus diberi angka untuk memberikan makna pada satu catatan diri bahwa ketika ada bagian yang menjadi keruh dan membanjiri, sisi yang lain masih menyisakan titik cahaya dan mengajakku untuk berlari ke arahnya.

Maka ketika lantunan salawat berkumandang diantara dua khutbah dengan intonasi yang setara dengan nada Masjidil Haram, aku terpejam, aku terpaku dan mencoba memaknainya dengan getaran, ya aku bergetar dan menarik nafas sembari menyatakan dalam hati : “Wahai Allah, selalu kudapatkan pelukanmu manakala aku memaknai firmanMu dengan sujud dan titik air mata, maka izinkanlah aku untuk memberikan kemegahan pada hatiku, kebesaran pada hatiku, kelapangan pada hatiku dan izinkan aku untuk cemerlangnya langkahku, perjalananku, rasa kasih sayangku, rasa cintaku, rasa damaiku. Izinkanlah aku untuk membentangkan amanahku yang lebih besar, berikanlah kesempatan itu wahai Allah, amien”.
*******

Thursday, February 22, 2007

Sekali Waktu

Ada hal yang membuat kita sampai di batas dimana kompromi dinihilkan karena ada yang gak bisa diajak diskusi atau mencari solusi. Demikian yang terjadi, warga pada mengadu bahwa asesories cerita sengaja dilebarkan oleh orang itu untuk mengaburkan makna konten yang sesungguhnya. Kontennya adalah wan prestasi, menyalahi kesepakatan dan tidak melakukan kewajiban sehingga pihak lain perlu melakukan paksaan eksekusi.
Awalnya aku berupaya menjadi mediator sekaligus mendinginkan suasana yang sempat panas, namun akhirnya jalan kompomi itu mengalami titik buntu. Warga menginginkan dilakukan cara lain yang bersifat shock therapy. Oke, aku juga bisa lakukan itu dan sebagai pusat pengaduan tentu saja aku harus memihak pada yang mayoritas. Sejatinya hukuman terberat adalah hukuman moral, dikucilkan dari lingkungan dan gak punya tetangga dan atau teman. Tapi orang ini secara historis memang mentalnya amburadul, bermental monyet, gak tau malu dan pintar ber akting.
Nah, karena dia buka front lagi, maka cerita ke depan mungkin akan menjadi babak kedua yang "mengasyikkan" dengan tokoh antagonis yang dimusuhi, dijauhi, dibenci dan dijadikan bahan cerita yang gak habis-habisnya. Demi yang mayoritas aku akan berupaya melakukan segala sesuatu yang bersifat Fight, sekaligus demi menegakkan "adat istiadat" yang berlaku di lingkungan.
****
(Ada yang menyapa, ada yang disapa, semuanya memberikan rasa juice melon yang menyenangkan hati, membuka kalimat dengan ungkapan yang menyentuh. Thanks to My yang mau berbagi cerita. Thanks to Yn yang merasa ada yang kelupaan. Thanks to Da yang selalu mengabarkan cerita apa saja. Berilah hari senyum, berilah hati aura).
****

Wednesday, February 21, 2007

Bukan Mendung Hati

Mendung menggantung, tapi jalanku tidak semendung itu, buktinya aku bisa lancar menyelesaikan satu persatu planning yang memang selalu kubawa sebagai ” tas” kegiatan. Dari rumah kubawa” tas” itu dan kulakukan step by step, terukur dan disetting waktunya, kuselesaikan dan kunikmati sebagai pengisi hari. Lalu berkunjung, berdiskusi, ramah tamah dan permisi.
Dan ketika ada planning lewat imel tuk lunch bareng, aku respons aja, ikutan aja dan ketemulah dengan berbagai senyum, menyapa, menjawab, menanya, membanyol dan semuanya based on keriangan hati tanpa perlu berhitung waktu. Dan karena yang kirim janji adalah yang lagi mensyukuri nikmat, maka kita pun berbagi rasa dan mendoakan agar semuanya berjalan apik.

Perjalanan hari adalah merealisasikan planning menuju bingkai terselesaikannya satu bagian dari sederet bab yang harus diselesaikan sebatas maksimal peran. Semua akan menjadi enak dilakukan jika diawali dengan doa dan keyakinan bahwa sesulit apapun setiap urusan akan mampu ditemukan garis solusinya. Dan ketika itu disinari sebagai sebuah akhir, maka ada rasa senang, ada rasa puas yang melapisi rangkaian bagian itu.
Hari ini aku merasakan itu, mengawalinya dengan keyakinan, menjalaninya dengan benang hati yang menguntai menghias dan membingkai. Ketika semuanya diselesaikan, maka sisa waktu itu adalah memodifikasi hobby, membuka situs populer yang kusenangi, membacanya, memandangnya dan menyapunya sebagai tambahan wawasan.

(Thanks to Wy atas traktirannya, itu semakin mengentalkan nilai persahabatan kita. Also to Ng, Of dan As yang ikut meramaikan suasana percakapan, guyonan dan menjadikannya sebagai penebal nilai pertemanan. Semoga menjadi berkah bagi kita semua dan sekaligus memberikan pencerahan bagi rutinitas hari yang kali ini diselimuti mendung, maksudnya mendung beneran loh).
*****

Tuesday, February 20, 2007

Titik Simpul Itu

Cerita yang kamu kirimkan itu semakin menjelaskan tentang semangat berbagi diantara kita. Bahwa ada titik-titik simpul yang bersemayam dan menjadi kumpulan cerita yang menyenangkan untuk dibagi, diaduk-aduk dan dijadikan ramuan penjelas aroma. Ya aroma yang menjadi air mandi untuk dimandikan pada kebugaran keindahan. Maka apapun itu sesungguhnya adalah suara nurani yang membangkitkan naluri untuk memberikan altar karpet merah menyambut kedatangan romantisme kembang setaman. Kusimak saja lantunanmu, kudengarkan saja titipan kata dan kalimat yang disuarakan itu, kujalani saja irama melodi yang menghias stasiun hati untuk kemudian ditiupkan kembali melalui bait jawaban. Kehendakmu adalah spirit, maka berlarilah sekencangnya, kataku. Kehendakmu adalah dukungan, maka berdirilah dengan semangat lincah, kataku. Kehendakmu adalah menjelaskan senyum, itulah kelebihan yang kamu miliki, maka berikanlah dengan ketulusan yang layak. Kehendakmu adalah menjelaskan karier yang cerah didepan, maka raihlah menjadi keindahan yang membungakan. Kehendakmu adalah berbagi rasa, maka gabunglah menjadi kebersamaan yang mengembangkan bunga.
“Makasih ya, aku akan selalu mengingatnya”, katamu mengakhiri.
“Thanks again and happy always today and tomorrow” , kataku menutup.
****
(Ikut prihatin atas musibah itu ya My, ada duka ada lara, tapi aku yakin kamu mampu menjalani semuanya dengan tegar walaupun suaramu saat ini bergetar menjelaskannya).
(Ngobrol santai ba'da Isya dengan sesama jamaah memberikan makna bahwa ada sesuatu yang harus diubah lagi agar tidak meletus di kemudian hari. Maka kujanjikan akan ada pertemuan this week, secepatnya, agar tidak berlarut dan menjadi jernih kembali. Semoga menjadi bening kembali, itulah harapanku).
****
****

Monday, February 19, 2007

Menikmati Hati

Menyapa hari dengan semangat hati yang jernih
Menyapa hari dengan spirit rasio yang bening
Menyapa hari dengan dinamika rasa yang pelangi
Menyapa hari dengan sinar matahati yang putih

Maka aku nikmati hari dengan kepastian
Maka aku nikmati hari dengan keyakinan
Maka aku nikmati hari dengan interaksi
Maka aku nikmati hari dengan matahati

Selayaknya aku basahi nadi
Selayaknya aku basahi hati
Selayaknya aku basahi nuraini
Selayaknya aku basahi cahaya hati

Aku ingin mengunyah langkah dengan menyatakan pada diri bawa keyakinan pada sesuatu yang menjadi catatan hati adalah mencoba menelusuri boulevard dan menceritakannya pada dialog imajiner yang membungakan rasa tanpa harus membacakannya pada sejumlah testimoni. Aku ingin menikmatinya dengan bunga hati yang berwarna pelangi.
*****
(Met Ultah tuk yang merayakannya, moga makin bijak, moga makin wisdom, moga makin bening, moga makin putih dan menjadi kesempurnaan pada bulan empat belas hari).
(Thanks to My atas gathering informalnya, semoga memberikan nilai tambah pada semua yang menjadi catatan suasana. Dan memberikan asesories pada bingkai fragmen yang dikemas apik).
*****

Sunday, February 18, 2007

RING

Ring Satu

Sabtu dan Ahad adalah menikmati ring satu bersama keluarga. Dan aku memang lagi libur kuliah. Menyenangkan dan menjalani hari dengan melepaskan atribut rutinitas dan atau aktivitas yang kadang memberikan adrenalin dan keletihan. Sabtu dan Ahad ini kunikmati dengan shopping and lunch bareng keluarga, belanja kebutuhan bulanan di swalayan populer di kota ini, menikmati McD, menikmati RM Sdrn yang terkenal itu, mencuci sinar pandang dan tentu saja membelikan dan memberikan sesuatu yang diminati oleh my wife, si sulung nan cantik dan si ragil nan tomboy. Ya permintaan mereka kupenuhi semuanya dan diatas semua ini ucapan terimakasih dengan bahasa kemanjaan terlontar. “ Makasih ya Pa” kata mereka. Aku senang dan karena ini kawasan ring satu, maka nilai senang itu tentu juga bercampur bahagia dan bangga.

Di kawasan ring satu ini segalanya kutumpahkan, rasa sayangku, rasa kasihku semuanya kuberikan pada bentangan ruang responsibility. Ring satu ini adalah rentang teritori yang total menjadi wilayah mutlak kedekatan dan kebersamaanku. Ruang komunikasi dan sinergi menjelaskan hakekat tanggung jawab itu. Maka perintahnya adalah : Mari kita jalani dengan kecerahan hati dan kejernihan pandang. Aku menikmati dua hari yang ceria, aku menikmati dua hari yang cerah dan jalan-jalan di ring satu adalah keindahan membagi kebersamaan dan keteduhan.
******
(Alhamdulillah secara musyawarah, dinamika warga yang sempat panas selama seminggu ini berhasil kudinginkan dengan memberikan solusi, teguran dan peringatan agar persoalan internal hak dan kewajiban diselesaikan dengan kondusif, bukan malah melibatkan warga yang lain. Setidaknya decision malam ini memberikan kejelasan pada konten persoalan yang mestinya diselesaikan dengan koridor perjanjian. Bukan malah melebarkan masalah ke asesories yang gak perlu).
(Catatan Ahad)
****
Ring Dua

Menulis bagiku adalah kawasan ring dua yang mampu mengolah unjuk hati, unjuk rasa, unjuk senang, unjuk duka, unjuk jengkel, unjuk sayang, unjuk rindu pada some one or some thing yang menjadi center of attention. Maka ketika aku suka, kutulislah rangkaian kisah kesukaanku, yang memberikan persepsi dengan kompulasi baris kata membentuk perspektif kalimat. Aku tuangkan, aku ungkapkan, aku rasakan, aku nikmati.

Bagiku menulis tentang rasa dan rasio adalah pintu gerbang untuk menjalankan perintah hati dan mengumumkan pesan rasa dan rasio dengan kesanggupan menyatakan tutur hati menjadi tutur tulis. Aku senang manakala kuselesaikan satu artikel, aku senang manakala kuselesaikan satu bait puisi, aku senang manakala kuselesaikan satu cerita pendek atau novel, aku senang manakala kuselesaikan dengan kompromi hati yang jernih.

Ring dua ini memberikan makna padaku bahwa kawasan ini menjadi teritori privacy yang kumiliki, kukelola dan kunikmati berdasarkan persepsiku. Aku tidak merasa perlu memintakan persetujuan siapapun terhadap hasil karya yang kuhasilkan. Untuk artikel misalnya, tidak perlu minta lampu hijau dari siapapun. Berdasarkan moodku kukirim saja dan ternyata dimuat, ya alhamdulillah. Gak dimuat ya gak papa, tapi hampir seluruhnya dimuat, artinya memang tetap menjadi santapan tema pada setiap periode.
(Catatan Sabtu)
****
Ring Tiga

Rekan kerja itu adalah sisi langkah pada keseharian interaksi yang mampu memberikan suasana kedekatan, keakraban, dinamika dan cara pandang. Di keseharian rutinitas ada proses penggabungan realisasi komunikasi dan sinergi dengan bumbu penyedap guyonan, ledekan, canda dan bahasa informal.

Begitupun bagiku ada sisi privacy yang menjadi rambu sampai dimana batas tata cara penerimaan kedaulatan dalam konteks kebersamaan dan kesepahaman. Sedekat apapun, rekan kerja itu adalah kawasan ring tiga yang tentu saja secara pertautan rantai kesamaan cara nilai dan persepsi tetaplah menjadi “orang lain”. Jadi dasar yang diambil adalah mengejawantahkan sikap pandang untuk tetap menjaga jarak agar tidak menjadi sisi yang mengenakkan di depan tutur sapa tapi senyatanya tidak di belakang diri.

Aku merasakan itu. Ada rekan yang secara tata gaul baik banget namun sebenarnya di belakang aku, tidak sejernih yang dibayangkan. Rekan seperti ini adalah tipe orang yang merasa superior dan seakan dialah yang TER ( terbaik, terpandai, terpintar, terhebat etc, etc). Sewotnya adalah tidak boleh ada orang lain yang lebih baik darinya. Bahasa terangnya adalah : gak senang liat orang senang or senang liat orang susah. Nah menghadapi tipe rekan seperti ini, aku mencoba melihat realitas kondisinya dan setelah kupelajari, semua itu based on keletihannya menghadapi rutinitas persoalan yang ada didepan yang tak berubah, menjadi beban diri, beban hati.

Ada lagi yang berlaku seperti priyayi, sok wibawa, sok merasa gak butuh teman. Nah tipe teman seperti ini yang aku juluki seorang yang gagah gemulai. Dan setelah kuselidiki dengan rekan yang pernah bersinergi dengannya memang gak jauh beda dengan yang aku persepsikan : selalu memandang remeh rekannya dan selalu memandang rekannya salah melulu, Cuma dia yang benar. Dan ternyata latarnya adalah seorang yang pengecut, jomblo seumur hidup, egois karena gak pernah berbagi kasih dengan pasangannya, merasa single fighter, gak butuh perempuan yang lembut mengasihi. Jadilah dia sebagai orang yang bernilai banci, banci dalam segalanya. Kalau ada dinamika dalam sinergi kerja, gak berani ngomong di meeting formal, tapi main dibelakang, ngomongin bahwa dia yang benar, temannya yang salah. Aku merasa kasian dengan rekan ini, kasian dengan kehidupannya yang abnormal itu, banci, pengecut dan sok priyayi lagi padahal mentalnya lontong sayur.

So, bagaimanapun rekan itu adalah kawasan ring tiga dan aku harus tetap menjaga ritme gaulnya agar menjadi batasan yang wajar, tidak ingin terjebak dalam wilayah kedaulatan privacy dan tidak gegabah menjulurkan komunikasi informal. Rekan seperti yang kugambarkan itu ada di keseharian rutinitas. Dan mereka ada di depanku. Aku tertawa bercampur kasian, kasian deh lu.
(Catatan Jumat)
*****

Thursday, February 15, 2007

Pengen Jernih

Bodo ah, hari ini aku pengen rileks aja, peduli amat dengan kerjaan yang gak pernah abis-abisnya. Maka santai aja aku golak golek di meeting room sembari sesekali menerima telepon atau sms. Aku pengen santai, pengen ngenol kan pikiran, pengen jernihkan rasio, pengen damaikan rasa. Maka cuek aja dengan lingkungan, seharian berkurung, seharian bersendirian. Dan menjelang sore agak lumayanlah suasananya.
Ya, kadang kita perlu jernihkan aura
Ya, kadang kita perlu beningkan ruang rasa
Ya, kadang kita perlu putihkan kelabu warna
Dan hari ini, kepenatan itu terasa banget
Dan hari ini, kubuang semua rutinitas
Dan hari ini, kuinginkan semuanya berlabel relaksasi
***
(Thanks for Nf, gak nyangka ruang canda yang kita bangun menjadi bagian dari menu percakapan yang bersambung terus).
***

IMEL VALENTINE ITU

Ketika IMEL ini ku send :

Kan sesuatu yang wajar ketika ucapan dan ungkapan memberikan sentuhan pada ruang kamar hati, pada sebuah hati, pada sebuah nama. Dan rangkaian ucap dan tutur kata itu lebih indah dari seikat kembang.
Maka biarlah tutur ucap dan bait kata menjadi seikat kembang
Maka biarlah yang kirim bunga si Rudy saja
Maka biarlah yang lain melongo aja
Maka biarlah yang lain menjadi saksi
Bahwa pernyataan sikap rasa adalah keindahan kasih sayang itu
Bahwa pernyataan etos rasa adalah kasih sayang yang indah itu
---
Maka RE nya jadi berbalas pantun :

Kalo aku yg jadi mbak Tuty,
bunganya juga khusus..
bunga deposito minimal..
rd
----
Pagi yg indah,
ketika seikat kembang dikirimkannya
olehnya kepadanya..
ih ih ih..dia dia dan dia..
(aku juga lah) cembokur
huuuuuhuuu,
air mataku
ber-(cucur, apem, surabi, panekuk,dadar gulung
bolu-bronies kukus, )an dan kue-kue basah lainnya..

bgmanapun trimakasih
u/ kiriman artikelnya.

Bca
---

Setiap hari adalah hari kasih sayang untuk kita semua, bukan ???
Tapi kalo pak Bang Jack waktu itu ngucapin selamat valentine's ya...ndak apa2 tho ??
Makasih ya Bang....
Semoga Allah selalu menjaga tali silaturahmi kita agar tetap terjaga dengan penuh kasih dan sayang ya....
Jangan lupa kalo main ke Bogor, call me...ntar saya mau koq jadi guide...he he he,
mba Suci mau belanja apa aja hayooo...saya anter ke tempatnya, mba Santi gimana dah cuti ?? Kabari kalo lahiran ya...oya mba Anif, seritifikat ada di saya, Insya Allah kalo saya ke GSD mampir ke LT 6 ya....
Mas Rudi, bunga khusus ngga ada yang mau kasih soalnya....he he he
----
Tutie

Nah ketahuan sekarang,....ternyata diam-diam ada yang mencuri start dengan mengirim SMS. HAyo siapa itu......?

Jpd
-----
Yang SMS Valentine menurut prasangkaku............antara Om JACK & Cak HERU...? ngomong-ngomong udah di Delete belum.....? cuma ngingetin sebelum kena razia.......
----
Tuh...kan...., apa kataku ...Si Puitis udah bangun....ya ga'...

Sf
----
Jangan bangunkan yang lagi tidur loh
Biarkan yang tidur terlelap dan tersenyum
Biarkan yang tidur bermimpi dan berangan
Biarkanlah....
Mm
----
Yo mustiiiiiiii......, kadang2 gitulah sayangku.....sok puitis....sok manissss....sok...sok...opo yo...perhatian gichulah..., padahal yang puitis udah ada sendiri loh ....itu tuh Bang Jack...
As
----
Ocle2...., yang penting kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan bila kita akan ketemuan jalani aja seperti air yang mengalir gak usah dipaksa2 waktunya...ok salam kangen aja buat semua.....

Ty
****

Tuesday, February 13, 2007

Kabar berselimut salju itu menyejukkan dan memberikan rentang cairnya nilai beku yang sedepa ini menjadi ruang pertanyaan tanpa kalimat tanya. Adalah perbedaan suasana itu (katamu) yang menjadikan sudut tutur ucap dan bagi celah cakap tidak seirama untuk dituangkan, setidaknya ketika itu. Maka sapaan silaturrahmi yang dikumandangkan jelang sore adalah mempertemukan kembali silhoutte dan sekaligus menganulir anggapan yang tak beralasan. Dan diujung gagang engkau katakan sejumlah cerita, dan diujung sana engkau ceritakan sejumlah kisah, dan diujung itu engkau katakan berbagai ungkapan. Dan aku tekun mendengarkan, dan aku tekun melantunkan, dan aku tekun menyimak, dan aku tekun mengapresiasikan.
“Met valentine ya”, kataku mengakhiri.
“Makasih ya, kamu selalu mendahului”, jawabmu lembut.
******
(Ikut berduka ya Tik, atas berita duka itu, semoga tabah dan ujian kesabaranmu, dan aku yakin kamu mampu melewatinya dengan kedekatan nuansa ibadahmu).

(Thanks to Rd, curhatmu menjelaskan kebersamaan dan keterbukaan yang putih, dan aku ikut mendoakan semoga jalan yang kamu rintis untuk membangun bahtera itu mendapat ridhoNya, istiqomah dan berjalan sesuai planning.. Bukankah kamu sudah menetapkan pilihan itu, sejauh ini menurutku dia sangat cocok untuk kamu).

(Thanks to Ln, morning view dan sapaan hangat kamu semakin menjelaskan kedekatan kita. Kamu adalah sepupuku yang selalu memahami penceritaan dan berita keluarga, selalu ceria dan mampu memberikan nilai solusi pada setiap persoalan. Kamu seorang dokter spesialis, tapi menurutku lebih cocok menjadi konsultan solusi. Pagi ini aku menyambut sapaanmu dengan riang, dan kamu mengakhirinya dengan tawa renyah, khas kamu).

(Sorry untuk dealnya Fren, yang gak bisa kupenuhi because banyak yang harus diselesaikan. Tetap semangat aja dan biarkan angin menyejukkan nilai pertemanan kita yang dibangun diatas kebersamaan. Lain kali kan masih ada waktu yang membentang).

Monday, February 12, 2007

Puisi Senin

Menyambut Monday dengan menata deal this week yang repotnya hampir semuanya bertabrakan waktu. Deal dengan group milis katanya sih mau lunch bareng, ada yang syukuran tuh, deal yang sempat tertahan lama karena gak ada waktu yang pas. Ada juga planning to Sltg, deal bisnis dengan mitra bisnis, hari yang sama lagi.
Ada janjian juga mau ngumpulin naskah tugas bareng this week, bisa diulur dikit itupun kalau waktunya sama, kalau gak ya cancel. Ada lagi yang ngajak diskusi riset gimana enaknya, gimana simpelnya, waktunya juga bareng, datengin pakarnya, ada beberapa pilihan, ikutin aja sekalian dapet informasi sebanyak mungkin. This week juga. Ada lagi rencana meeting Takmir, cari solusi, musyawarah, ada aja yang gak sreg, gak mau berubah, gak mau maju, hanya pake cara-cara tradisional, padahal udah disepakati loh.

Itu semua yang ada di hadapan fokusnya this week, belon lagi yang biasanya insidentil tema, yang ikut ngeramein suasana detik menit. Belon lagi yang harus diselesaikan, suka-suka jadi bikin lama waktu selesainya. Begitupun, lapisan semua new activity itu adalah memberikan nilai tampilan yang berakar wisdom pada semua step, tidak terburu-buru, punya sikap, punya tahapan dan insyaAllah bisa dijalani dengan kejelasan solusi dan decision. Insya Allah).
*****
Kaliadem, Sebuah Mendung

Adalah mencuci bongkahan noda berdaki debu
Adalah menatap pandang lurus sudut pandang 30 derajat
Adalah menyaksikan kekuatan dan kekuasaan yang perkasa
Adalah meyakini kekerdilan yang selalu dibumbui kepongahan
Adalah testimoni tentang kemahaan

Pudarlah perlahan
Bersama titik yakin yang mendatangi jalan-jalan mendaki
Bersama titik pasir yang membentang jalan-jalan di pinggang
Pudarlah sejalan
Bersama keyakinan yang menghayati pemaknaan hakekat
Bersama keinginan yang mengarungi kehijauan dan kepekatan
Pudarlah seiring
Catatan hati adalah menggaris ruang luas nan menawan
Catatan hati adalah menghias dinding ornamen nan bening putih
*****

Sunday, February 11, 2007

Plong, Ringan

Ahad Traveling
Bersama keluarga, menikmati suasana traveling yang sungguh menyenangkan, membagi bersama, menjalani bersama, mengunjungi yang ditargetkan dan semuanya dapat direalisasikan dalam perjalanan 12 jam. menikmati panorama Kldm, menelusuri Abrk Plz, berikan souvenir surprise, menjelajah kota cyber dan mencoba memahami makna perjalanan dengan langkah ringan.
Aku menikmatinya dengan hati bening
Aku menikmatinya dengan nadi jernih
Kujalani semua dengan ringan dan santai
Kujalani semua dengan damai dan indah
(Matahari dan matahati menjelajah panorama dan memberikan senyum pada sekujur nadi hatiku).
****
Sabtu Usai
Plong juga rasanya begitu keluar ruang, menyelesaikan exam yang kuanggap paling difficult. Rasanya ada beban yang lepas, ringan dan melayang. Bersama rekan lain sembari lunch bareng pada ngegosipin cerita seputar didalam ruang tadi. Ya, lewat lagi satu tahapan itu, dan dengan begitu setidaknya ada waktu luang lain yang kumanfaatkan untuk menulis lagi. Thanks to all friend yang selama ini bagi membagi, bahu membahu, sama-sama membutuhkan, sama-sama memahami, sama-sama tertawa, sama-sama bercanda. Konsentrasi di step berikutnya membuat kita "dipisah" buat sementara. Semoga sukses di langkah masing-masing.
*****

Friday, February 09, 2007

Isian Hari


Ghosh JM, malam kemarin, kunikmati aja jalan-jalan belanja ini sekalian memenuhi permintaan si ragil nan tomboy. Kubiarkan dia memilih, memilah dan mencocokkan ukuran yang pas untuknya.
“Yang ini Pa”, katanya manja sambil menggelayut, aku tersenyum melihat laku caranya itu. Sementara di sulung nan cantik mencoba asesories yang lain dan berupaya untuk menarik perhatianku untuk membelinya.
“Boleh saja sayang” ujarku meyakinkan.
Kuamati keduanya, buah hatiku yang berangkat remaja, manja dan banyak maunya itu. Si sulung jika ada maunya selalu berupaya merayu dengan kalimat dan tingkah yang gampang ditebak. Berusaha mencuri perhatian dan kemudian mengutarakan keinginannya. Lain lagi dengan si ragil, selalu blak-blakan jika menginginkan sesuatu tetapi pada saat yang bersamaan selalu merasa “tahu diri” untuk tidak memaksakan kehendak. Sama ketika dia lihar price yang tertera, dia gak maksain untuk beli padahal semahal apapun aku akan berupaya memenuhi keinginannya itu. Dan ketika kubayarkan tunai, si ragil merasa senang banget dan berkata manja :”makasih ya Pa”. Aku tersenyum dan kuraih pipinya.
Jalan-jalan sepanjang jalan, mengitari pusat konsumsi, mengelilingi outlet, menjelajah Grmd adalah isian hari untuk menyamakan ruang kebahagiaan, berbagi, bercerita dan menambah wawasan. Di Grmd, bisa baca yang perlu dibaca, bisa lihat referensi tanpa harus beli , dan yang dibawa pulang adalah majalah wajibku “Aks”, majalah bulanan yang menjadi apresiasi bacaanku. Ada rasa letih, ada rasa senang, ada rasa suka yang mengantar sepenggal jalan-jalan belanja bersama keluarga.

(Sepanjang hari, menikmati aneka campur aduk, konsentrasi ke modul, disisipi menjalani hobby pagi, kemudian aktivitas rutin, kemudian konsentrasi lagi, sejenak rehat, sejenak menghapus alinea job, dan mencoba menggali sentuhan lukisan abstrak yang tersimpan di ruang baca. Menjalani hari dengan keaneka ragaman campur sari).
(Sepohon angin yang menderu itu, seniscayanya adalah penceritaan yang diolesi garis tebal berwarna abu-abu. Nilai kecekatan highlightnya adalah mencoba mencari titik simpul.. Biar orang menafsirkan apa, terjemahan bahasa hatiku adalah mengurainya menjadi alinea kejernihan berlapis kebeningan).

****

Thursday, February 08, 2007

Menderu dan Menerpa

Sepohon angin kering menderu dan menerpa sekujur diri serta memberitakan cerita tentang kekurangpantasan, tentang kekurangjelasan, tentang pernik yang bersinggungan dengan papan estetika bertuliskan rambu etika. Perlukah harus dijelaskan dengan beberapa alinea bahwa semua itu tetap berada dalam kontrol sikap dan tidak sejelek apa yang disudutpandangkan itu. Bahwa kemudian ada perbedaan cara pandang, sejauh masih berada pada koridor kepantasan, sah-sah saja dan tidaklah menjadi catatan bergaris tebal. Tetapi ketika kemudian melampaui hotmix yang seharusnya, perlu jua aku jelaskan bahwa semua aneka prasangka itu tidak sebopeng yang dianggapkan, tidak semendung yang disangkakan.

Kali saja ada yang menjadi hiperbola dalam menanggapi posisi diri ini. Kali saja ada yang menjadi kurang bersahabat dengan metode pertemananku. Aku tidak melihat itu sebagai sesuatu yang tidak pas, bagiku cara gaulku adalah berupaya menempatkan nilai kedekatan dengan personifikasi pertemanan yang bernuansa keakraban. Dan itu menjadi standar luas, sekaligus memberikan kuantitas pertemanan yang luas. Teman-temanku banyak dari segala lapisan dan strata, dan diantara semua itu tentu ada beberapa yang masuk kategori cantik menarik.
Dan semuanya adalah bagian dari alinea kisah yang memberikan warna dan pernik pelangi di keseharianku. Semuanya menyenangkan, ada group milis yang selalu menjadwalkan lunch berkala, ada milis CMI, ada milis KbsKs, ada kelompok MM, ada boulevard girl, ada CC group, ada yang kumpulan personal. Dan meminjam ungkapan seorang teman, banyak teman banyak rezeki, sudah pula terbukti. Ada yang kirim bingkisan, ada yang kirim kado, ada yang barter buku, ada yang inget oleh-oleh dan lain-lain. Artinya jadi juga bagian rezeki yang diamini sebagai berkah. Atau ada yang ngajak lunch bareng, atau ada yang ngajak diskusi, atau ada yang traktir jajanan, atau berkaraoke, atau sekedar bercanda via milis atau telepon. Semua itu adalah fragmen yang senantiasa mewarnai jalan-jalan hariku.

Lantas, nilai apa yang harus dicocokkan ketika ada angin kering menderu dan mengabarkan berita kelabu atau sekedar april mop. Aku tidak ingin menanggapinya apalagi harus beradu argumen. Etika gaulku tetap memegang nilai, cara pertemananku tetap menjalin silaturrahmi dengan kedekatan personal, bukan sekedar formalitas. Jadi biarkan saja angin itu menderu dan aku hanya ingin menyatakan pada sejumlah ruang, pada sejumlah halte, pada sejumlah pohon bahwa tidak ada yang mesti di tipp ex dalam catatan cerita, dalam langkah kisahku. Bagiku semuanya adalah dalam kontrol diri, dalam basis standar etika. Begitu pun tidaklah aku ingin berdebat panjang tentang cerita jalan kisah ini sebagai pembenaran subyektivitas.
Yang jelas tidak ada yang melewati batas, tidak ada yang menyinggung titik singgung. Kalau ada yang menjadi tidak pas pada setitik langkah, mungkin saja dia merasa menjadi protagonis yang tak dicat ulang. Tetapi apa memang perlu dicat ulang, temtu tidak jawabku ringan. Dan biarlah anjing menggonggong kafilah berlalu. Biar orang mau bilang apa, sejatinya akulah pemilik hatiku, dan aku yang mengetahui ornamen perabot didalamnya, kamar hatiku, ruang hatiku, rasa hatiku.

(Thanks to Rd, Jf yang tetap semangat ketika kita bercerita tentang kebersamaan past tense, bahwa kemudian berangkai menjadi cerita balas-balasan via milis, itu menandakan ada yang cantik di seputar tema cerita kita).

(Thanks to Ty, sapaan pagi mengantar spirit bekerja dan menandakan ada nilai pertemanan yang menggaris dan membentuk kelugasan berbalas cerita, berbalas pantun, dan tentu saja kebersamaan beberapa saat).

(Thanks a lot for My, apresiasi tentang penyeleaian tugas itu mampu menanamkan rasa kebersamaan menjadi personifikasi kekuatan dan sekaligus ruang untuk argumen finishing. Sekali lagi aku berterimakasih banget sama kamu).
*****

Wednesday, February 07, 2007

Ruang Luas

Ada ruang luas yang menyertai langkah sepanjang hari. Ada ruang luas yang mengiringi langkah perjalanan hari. Ada ruang luas yang mengitari diri sepanjang sinar matahari. Ya, itulah bingkisan yang terbuka dan menyenangkan manakala ruang luas itu mampu melegakan asa, mampu menyejukkan irama dan mampu meneduhkan rasa.
Ketika ruang luas itu menyapa diri, sambutan yang diberikan adalah memainkan pertimbangan dan argumentasi untuk dijadikan formula aktualisasi dengan mengedepankan rasio dan realitas. Tidak lagi bermain di ruang berandai-andai. Maka lugaslah jalan dihadapan, maka luruslah langkah menjelang, maka tuluslah irama langkah menjemput nilai.
Aku sampaikan pesan pada ruang keluasan hati, bahwa aku akan bertimbang rasa, bahwa aku akan menimang rasa untuk senantiasa berhati-hati dalam meminang hasrat, dalam meminang aura dan berupaya mendefinisikan kembali layout rasa dan rasio. Aku sampaikan pesan bahwa konsolidasi pada genggaman nilai adalah konsentrasi untuk membangun estetika, kombinasi antara baris dan bait puisi hatiku.

(Thanks to Kw atas bantuan softcopynya, berguna banget dan memberikan kecepatan waktu untuk penyelesaiannya. Jadi ada lagi ruang keluasan yang menyertai aktivitas hari ini. Selesai satu, hadapi yang lain.)

(Thanks to My, berita dan sapaan hangatmu menambah ruang keluasan hati pada hari aktivitas yang boleh jadi berangkai nilai kesibukannya. Selalu ada yang bernilai indah ketika ruang keluasan itu menyongsong dengan sambutan sapa dilapis senyum : "apa kabar?", katamu manja).
****

Tuesday, February 06, 2007

Kalau Aku Sunggingkan Senyum

Kalau aku sunggingkan senyum, kalau aku bingkiskan senyum, jangan artikan aku suka langkahmu, jangan artikan aku suka gayamu, jangan artikan aku suka langgammu. Tidak lagi untuk menyuarakan semburat aura rasa, tidak lagi untuk membersitkan hasrat, tidak lagi untuk menyanjung nada, tidak lagi untuk menyanyikan hati. Yang aku lakukan adalah semata membeningkan sinar mata untuk tetap menjaga ruang rasa yang penuh pernik.
Silaturrahmiku kutumpahkan pada sesiapa yang senantiasa mengetuk pintu, menyapa hangat dan menyambut tatapan kata dan kalimat untuk diperdengarkan dengan melodi kebersamaan. Tidak pada keangkuhan, tidak pada ambivalensi, tidak pada ambiguitas, tidak pada kesombongan, tidak pada “artikel pribadi yang merasa menjadi cinderella”, tidak pada sesiapa yang melintas di boulevard.

Perfromansi sikap adalah membangun kesetaraan pada etika, memelihara nilai, dan membungkusnya dengan pita merah bertuliskan “tidak untuk diceritakan lagi”. Sudah kubungkus, sudah kutendang, sudah kubuang, sudah kutenggelamkan bersama rantai nilai yang disebut : ternyata hanya ada pada ruang tanpa suara, tanpa nada. So, this is my way dan kuputarkan haluan hati untuk menyambut setiap sapaan dan tatapan pada nilai estetika yang mengedepankan nilai harmoni dan rasa yang sama. Ternyata banyak yang wellcome, ternyata aku ada di kerumunan nuansa yang mampu membungakan hati, menghangatkan matahati.

(Thanks to Wy, atas bingkisannya yang gak diduga itu. Pertemanan kita bernilai estetika, saling menghargai dan memahami baik dikala suka dan suka. Sejatinya kita adalah cermin nilai itu).
(Alhamdulillah, ada solusi yang membahagiakan hati ketika seraut rupa mampu bertukar dengan nilai kebersamaan yang dibangun di landasan jati ulin, sepannjang jalan. Maafkan langkah diri).
(Thanks to rekans CMI, joke via milis membuatku tersenyum simpul pada pertigaan hari. Kita kompak-kompak aja ya).
****

Monday, February 05, 2007

Ketika Jadi Benci

Sampaikan pada sejumlah pohon, sampaikan pada segumpal awan, sampaikan pada segulung ombak, katakan pada bintang, katakan pada matahari, katakan pada bulan, katakan pada semuanya, toh tidak akan memberikan perubahan pada nadi hati untuk membungkus benci dan menendangnya ke comberan butek. Biarkan saja angin mau mengatakan apa, biarkan saja air mau menyampaikan apa, biarkan saja deru mau menderukan siapa, tidak ada yang dapat memperjelas keteguhan hati ini kecuali bermonolog pada diri sendiri.
Tidak ada lagi yang harus diungkap, tidak ada lagi yang harus diceritakan. Pertemanan itu tidak bisa dipatahkan oleh teriakan, pertemanan itu tidak bisa dianulir oleh umpatan, pertemanan itu tidak bisa dirubuhkan oleh cemooh, pertemanan itu tidak bisa disekat oleh fitnah. Biarkan aku dengan caraku, biarkan aku dengan langkahku, biarkan aku dengan isian hari dan mengisinya dengan puisi yang menyenangkan hati, yang membungakan rasa, yang membuncahkan nada.

Puisi hatiku adalah senandung yang senantiasa menyanjung keindahan, kecantikan, kerupawanan, kenyamanan, keteduhan, kelembutan, dan senantiasa pula kubingkai bersama voice of my heart, sejak dulu, ya sejak dulu. Maka ketika ada gemuruh yang melontarkan deru, maka ketika ada teriak yang melontarkan riak, biarkan saja, sekali lagi biarkan saja.
Jalan hatiku adalah meyakini apa yang kunikmati, menikmati hari dengan nadi hati termasuk ketika jadi benci sekalipun. Ketika jadi benci, hati tersiram cuka, rasa menjadi perih, kujalani saja, kuarungi saja bersama matahariku, bersama matahatiku. Kunikmati benci menjadi adonan cuka dan menikmatinya dengan duka hati. Bukankah itu juga puisi hati.
***
(Ikut bersedih atas musibah kecelakaan itu ya, semoga tabah dan tetap menyanjung kesabaran).
(Ikut berduka cita, selamat jalan sobat, innalillahi wa inna ilahi rojiun, semoga jalan bening mewarnai langkahmu di kekekalan nan abadi. Aku benar-benar kehilangan sosok fren yang penuh bersahabat, sejak dulu, sejak kita sama-sama bertetangga).

Sunday, February 04, 2007

Sunday Nice

Sunday Nice
Sunday Flower
Mentari bersahabat
Matahari hangat
Matahati bersinar
Menyinari langkah hari dengan bunga
Melangkah hari dengan menatap bunga
Menjalani hari dengan menghias bunga
Meniti hari dengan membungkus bunga
(Jalan-jalan ke pameran bunga, melihat pandangan, melihat macam ragam, dan memandang sepuas pandang, begitu indahnya bunga-bunga itu)
(Jalan-jalan ke taman bunga, menyaksikan rangkaian keindahan yang asri, satu dua bunga kupetik dan kuperindah untuk halaman rumah. Menjadi warna warni taman bungaku)

****

Catatan Pelangi

Sabtu Sibuk

Namun ketika semuanya berjalan sesuai layout, maka menjalaninya adalah kenikmatan seperti berjalan di jalur tol, gak ada hambatan. Konteksnya adalah menyelesaikan jadwal exam, dan asesoriesnya adalah diskusi, dan komunikasi intensif. Semua berjalan lurus, sementara cuaca mendukung untuk tidak harus merasa berkeringat.
Semua berjalan seperti nyanyian hati, bernyanyi, tak ingin bersusah hati, tak ingin mengingat lagi, tak ingin menyatakannya lagi, tak ingin menuliskannya lagi, tak ingin apa-apa lagi, tak ingin menyimpannya lagi. Semua sudah dibungkus dan dibuang ke palung laut Majene, biarkan disimpan disana bersama Adam Air, terpendam bersama perjalanan waktu. Semuanya berjalan seperti nyanyian hati sembari mengatakan salam echa, eh capek deh, emang gue masih mikir, ya nggaklah. Semuanya berjalan seperti nyanyian hati, biarkan hati menyanyikannya dengan senandung yang disenanginya tanpa harus berhenti di halte, tanpa harus berhenti di terminal. Biarkan melaju menuju jalan rasanya sendiri, dan aku akan memgolah dan mengelolanya agar tetap bersenandung riang.
****
Exam Lagi

Ganti warna, istirahat sebentar, buka halaman lagi dan mengapresiasikan apa yang akan diujikan, sholat Jumat, lunch, persiapan dan relaksasi lagi. Dan ketika saatnya tiba kunikmati aja suasana gali olah jawaban soal. Seperi biasa, adu argumen jawaban, serius, dua rius, diam, hening, tak kuhiraukan sekeliling dan selesai. Alhamdulillah ada rasa puas karena soal tidak begitu menyesakkan buah pikir. Semua berjalan baik, dan melegakan.
(Sorry to Ar, gak sempat silaturahmi karena mepetnya waktu, tapi aku meyakini bahwa silaturrahmi seperti yang di Yk itu akan memberikan nilai persahabatan yang utuh. Kita pernah menjadi sesama warga, kita pernah bertetangga, dan kita pernah menyatakan makna sebenarnya silaturrahmi itu).
****

Menikmati Suasana

Bukan karena keinginan tetapi karena keharusan yang menyebabkan jalan cerita Thursday menjadi nikmat sekaligus menyenangkan. Kurikulum menjabarkan tugas untuk on the spot, menggali informasi sebanyak mungkin dan tempatnya adalah beberapa titik di kita kembang. Maka seharian kita menikmati suasana, maka seharian kita menikmati keakraban, maka seharian kita menjelajah kota, maka seharian kita mencuci sinar pandang, maka seharian kita mengkonklusikan jalan cerita. Ada rasa puas, ada rasa happy, ada rasa gembira, ada rasa kebersamaan. Dan cerita itu dibungkus kembali dalam analisis yang menjadi titik akhir kegiatan.
Malam menjelang, dan aku permisi, pamitan lebih awal kembali karena harus menyelesaikan exam yang menunggu esok. Diizinkan, dan kembali menghampiri Harina malam dan menikmati perjalanan bersama keletihan dan pulas, sepulas-pulasnya.
****

Napak Tilas

Menikmati kampus corporate adalah menjalani napak tilas yang kesekian ketika awalnya adalah sebuah kisah menggali ilmu untuk dimasadepankan. Ya, kunikmati sembari menyatakan dalam hati, masih seperti yang dulu, masih searah dengan yang dulu, masih sejalan dengan yang dulu, masih sesuai dengan yang dulu. Ada anak tangga pedesterian, ada taman bunga, ada keteduhan, ada keasrian, ada kesejukan. Sembari menapaki dataran yang mendaki, kukatakan pada hatiku bahwa siklus perjalanan ini memberikan makna bahwa ada saatnya aku menikmati suasana sembari menapaktilasi rangkaian cerita lalu, menerawang ke masa lalu dan menyatakan bahwa semua adalah bagian dari garis yang melintas di depan mata telinga.
Sungguh, warna perjalanan Wednesday adalah menempatkan sudut siku indra untuk dikomunikasikan kembali dengan perlambang, dengan suasana, dengan garis jalan, dengan catatan usang dan menjelaskannya pada kamar hati : kembali menegaskan ingtatan sebagai jawaban perjalanan.
(Senangnya hati bisa ketemu Bunda walau sesaat, berpelukan, kusimak keriput wajahnya, ada rasa senang dihatinya, ada rasa bahagia di gurat wajahnya. Doakan ya Bunda, doakanlah selalu anakmu ini untuk perjalanan yang tak diketahui dimana dan kapan batasnya. Bunda tersenyum mengantar ketika rintik hujan belum reda).
****
Spirit Training

Adalah membagi wawasan, membuka cakrawala, mendengar informasi anyar, diskusi bersama dan ini yang penting, ketemu sesama rekan baik yang old maupun yang new dan menjalin tali silaturrahmi. Dan aku menjalani itu dengan semangat prima walaupun letih membungkus.
Membagi wawasan, menceritakan logika, menjelaskan sudut pandang, menjaga argumen dan meraih konklusi adalah cerita sepanjang hari yang mampu memberikan keluasan cara pandang dan nilai pandang. Ya itulah fragmen Tuesday yang tidak pernah diduga dalam rancangan aktivitas karena rancangan awalnya justru konsentrasi di exam untuk weekend ini.
Jadi bagi waktu, sempatkan lagi buka halaman modul, biarkan yang lain berjalan, biarkan yang lain menikmati. Biarkan kota kembang seperti tak dinikmati, setidaknya hari ini.
****
Harina Trouble

Sebenarnya aku ragu dalam memilih transportasi, pengen naik night bus or train. Akhirnya kupilih yang terakhir dengan harapan bisa tidur barang dua jenak gitu. Namun ketika sedang pulas di Crb ada gangguan perjalanan karena Ka yang didepan anjlok. Diangkur bus sing elek, bumel, dinihari, ngantuk, jengkel dan menyebalkan. Hanya sejam, terus disambung naik Harina yang lain, dan akhirnya kesiangan.
If I choice a bus may be akan lebih baik, tapi itulah pernik perjalanan yang kurang menyenangkan, Begitupun dinikmati aja, sembari menyatakan jelas dalam hati, keragu-raguan adalah bagian dari kekurangnyamanan itu sendiri.
(Thanks to My, bagi-bagi tugas, tau kesibukanku, sama-sama sibuk tapi toleransi, gak seperti member yang lain, blas gak mutu, mau terima bersih, mau enak e dewe. Ya sabarkan hati, konsekuensi jadi ketua ya gini ini, legowo aja, menyabarkan hati).
(Senangnya mendapat ciuman hangat dari si sulung nan cantik di stasiun, sementara si bongsor jaga rumah dan juga cium pipi mengantar keberangkatan).
(Catatan Subuh)
***