Tuesday, July 31, 2007

Bisikan Itu

Teman hati membisikkan seperti ini :
Tahukah engkau bahwa kedengkian itu adalah iri dikali dua, maksudnya kalau sekedar iri, itu maknanya sama dengan ketidaksukaan orang pada orang lain namun tidak sampai mempengaruhi temannya. Kalau dengki ya itu sudah iri, terus mulut embernya kasak kusuk menjual fitnah dan mirip sales mempromosikan produk berlabel iri. Dan engkau harus tahu, orang seperti ini ada di sekitar kita, pintar memainkan peran dan pintar pula bertukar kalimat layaknya seorang berwajah putih tetapi sebenarnya hatinya busuk. Iri dan dengki itu adalah produk hati yang kurang siap menjalani takdir dan berupaya memahami dirinya dengan semangat 'rak trimo" sehingga nilai dan potensi orang lain dianggap sebagai pesaing dan harus diupayakan untuk ditepikan.
Engkau juga harus paham bahwa dengki yang dimiliki oleh makhluk itu adalah ritme yang harus engkau sikapi dengan semangat: biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu, berjalan dan menikmati karunia yang dilimpahkan untuk disyukuri. Engkau pun bisa mentertawakannya sembari mengatakan, tapi dalam hati saja loh, bahwa nilai dirinya hanya sebatas itu, banci sikap, pengecut dan hanya bisa jualan kalimat tanpa bisa membentangkannya dalam ruang dan koridor kearifan. Perhatikanlah secara lebih teliti : biasanya bahasa tubuhnya selalu gelisah, cari perhatian, ngoceh gak karuan, trus merasa menjadi komandan lapangan, trus kalau argumennya gak diterima mencak-mencak, sampai mukul-mukul meja, selalu ingin mendikte orang lain, meremehkan orang lain. Dan ini yang menjadi label kesehariannya: Keki banget jika ada orang lain mendapat sesuatu entah itu berupa kesempatan atau yang bernilai karunia.
Pesanku singkat saja : nikmati itu sebagai catatan dosa horizontalnya, simak saja perilakunya sembari berdialog dengan hatimu, anggap dia sebagai pemeran yang sedang berpameran ego. Engkau tidak perlu mengunyah kisah ceritanya dengan memamah biak, ngapain juga, simak saja dan ceritakan pada hatimu dan menjadi alinea yang mampu mengukur nilai diri. Itu saja.
****
(Terasa penat menyelesaikan tugas, namun belum selesai jua, dan sampai habis hari, belum juga memuaskan harapan).

Monday, July 30, 2007

Sebuah Paragraf Hitam

Sebuah paragraf yang tersimpan mengatakan
Adalah sebuah manifes yang menjadi ruang pandang
Sekaligus memuntahkan segumpal lendir kue basi
Yang disajikan sebagai menu omongan tak bermakna

Ya, demikianlah siaran pandang dengar
Mendengar guru bermental autis dan berkudis
Mendengar celotehan penjual obat bermental iri
Menyaksikan fragmen yang dimainkan dengan tema dengki
(Kasihan itu terhapus oleh sikapnya yang butek dan keruh)

Bagaimana mungkin bisa sampai seperti itu
Adalah kisahnya jua yang membuatnya merasa ter
Ter (terhebat, terbaik, terpesona)
Tapi bagiku justru seperti ter yang lain, sejenis aspal
Yang diinjak, yang dilalui tanpa bisa meronta
Ruang yang dihirupnya adalah memerankan ego berdaun kaktus
Ruang yang dilaluinya adalah memainkan peran bunglon
Ruang yang dilaluinya adalah menuliskan kalimat dengki berlapis iri

Antagonisnya dikira sebagai peran utama
Protagonisnya dikira sebagai pusat kekuatan diri
Padahal sejatinya mentalnya adalah autisme berbaju khasad
Padahal sejatinya sikapnya adalah belum mampu bijak
Karena keletihan beban
Karena keletihan asa
Karena keletihan harap
Karena keletihan jasad
Autisnya adalah kekalahan pada kelegaan sikap bening hati
*****

Sunday, July 29, 2007

Lagi, sebuah aktivitas mengalir begitu saja walau sebenarnya planning di Ahad ini adalah menyelesaikan tugas itu. Tapi lagi-lagi langkah memang kadang harus berbelok karena situasi, ada apresiasi untuk kebersamaan di lingkungan dan berupaya mengantisipasinya untuk persiapan Agustusan. Maka setengah hari sampai menjelang siang adalah menjawab apresiasi itu sembari merapikan ruang halaman dengan sentuhan keindahan.
Kemudian mengisi malam dengan rembug warga, pengennya sih nonton final itu, tapi lagi-lagi sebagai bagian tanggung jawab sosial untuk manfaat bersama, keinginan itu di simpan saja, apalagi sebagai tuan rumah tentu harus menjamu tamu dengan senang kata dan senang sapa. semuanya berjalan oke, semuanya direncanakan baik, ada kepanitiaan, ada kesepakatan, ada niat yang baik dan tentu saja ada dinamika berorganisasi namun yang penting adalah nilai solusinya yang mengedepankan kebersamaan. Alhamdulillah.
****

Incognito

Taman bungaku tak terlihat indah, maka kurapikan dia, kurawat dia dan kumandikan dengan cahaya lantunan sembari membersihkan "daki" yang menempel di ruang wajahnya, menyiramnya dan mengelusnya dengan sentuhan halus serta mengharapkan keindahannya bersemi kembali.
Ya, menyemai dan membersihkan taman bungaku di Sabtu bening ini memberikan makna pada nilai kejernihan langkah, memberi kepuasan, dan tentu saja mengisi waktu dari rentang kejenuhan yang membentang diri.
Sebenarnya ingin menyelesaikan tahapan itu
Sebenarnya ingin menghabiskan bab awal itu
Sebenarnya ingin mengisi yang ditugaskan itu
Agar selesai pada waktunya
Agar purna menjelang purnama bulan
Namun
Improvisasi menatap taman bunga
Membuatku hanyut untuk bercengkerama bersamanya
Dan mengisi separuh hari untuk memeluknya
Ada rasa puas
Ada rasa senang
Walau bermandi keringat
(Dan lunch together pun begitu terasa dan menyantap dengan lahap di tengah keramaian sebuah resto cepat saji, duh nikmatnya dalam kebersamaan membagi hari).
*****
Kuselesaikan target di Jumat akhir pekan ini dan menjawab semua tahapan dengan keseriusan, membaca peta peran dan melahap ruang keseharian dengan menuntaskan untuk sebuah perencanaan yang sudah kusiapkan. Alhamdulillah selesai dengan senyum hati yang mengapplausnya.
Senang hati adalah nilai kepuasan itu
Senang hari adalah nilai langkah itu
Senang hati adalah nilai kesimpulan itu
Senang hari adalah nilai isian itu
(Begitupun tidak seharusnya menyatakannya pada sebutan melambungkan pesan hati, karena ruang itu hanya untuk nilai hati dan nilai hari).
****

Thursday, July 26, 2007

Sejauh Yang Kuamati

Sikap telunjuk lurus kelingking berkait adalah lambang etika yang kurang mengedepankan putih hati, dan selalu menjadi catatan analisis yang menarik apalagi jika ada sub temanya yang berjudul iri. Gampang banget mencari dan menemukan tipikal pribadi seperti ini, misalnya pura-pura menunjukkan sikap baik padahal bahasa tubuhnya menggambarkan sebaliknya. Atau kalau ngomong "teratur tutur bahasanya" tetapi sesungguhnya hatinya berkerikil. Ini yang disebut sikap banci hati dan sekaligus mental iri.
Sejauh yang kuamati ada person yang merasa selalu pandai mengatur irama padahal sejarahnya dulu adalah maling teriak maling, dan pintar menyembunyikan sesuatu, pintar membuat opini dan sekaligus menutupi belang diri sendiri. Pemandangan seperti ini, kata seorang yang berhati istiqomah adalah nomor soal ujian yang berjudul nahi munkar, harus ada kalimat yang menyatakan ; kulil haq walaukana murran, katakan yang benar walaupun teras pahit.
Sejauh yang kuamati jua, sandiwaranya cukup bagus
Sejauh yang kuamati jua, peran malingnya cukup apik
Sejauh yang kuamati jua, kisah sejarahnya menyimpan debu
Sejauh yang kuamati jua, perilakunya bermental iri
(Ada saatnya menyatakan yang benar walau pahit niscaya obat)
*****

Wednesday, July 25, 2007

Rembulan Hati

Isian yang harus diolesi adalah berupaya membelai percakapan imajiner dengan kalimat-kalimat putih, untuk mengecat menjadi putih dan membandingkannya dengan rembulan bening. Bukankah rembulan lambang keteduhan, bukankah rembulan lambang keheningan, bukankah rembulan lambang kedamaian. Dan memandang bulan empat belas hari pada sudut siku pandang adalah menengadah pada langit. Dan mengirimkan ucapan senandung pada semesta adalah hasrat untuk mengembang, adalah bagian dari celah yang hening dan bening tadi.

Dan jadikanlah senyum bening itu sebagai ungkapan
Dan jadikanlah benang sutra itu sebagai ucapan
Dan jadikanlah keheningan itu sebagai pandangan
Dan jadikanlah kebeningan itu sebagai dendang

Aku inginkan hasrat itu mampu dimandikan bersama harap
Aku inginkan damba itu mampu dicelupkan bersama asa
Aku inginkan ingin itu mampu dikecupkan bersama senyum
Aku inginkan hasrat damba dan ingin itu dimandikan bersama

(Thanks to Ng, semoga bernilai cum laude ya bantuannya itu untuk percepatan penyelesaian yang sudah menjadi target. Makasih ya)
****

Tuesday, July 24, 2007

Ember

Ember, sebutan untuk yang suka nyaring bahasa tapi gak jelas kedalaman maknanya. Biasanya kategori ini dari kaum hawa dan biasa juga ketika kita menyadari ini sebagai cerita seputar kaum hawa. Namun jika sebutan itu untuk lelaki yang suka pamer cangkem, jadi pemandangan yang "menyedihkan" karena mencerminkan sikap gede rasa, gede rumongso.
Sering kuamati fenomena ini, gayanya yang merasa gede itu tadi, ngomongnya seperti air pancuran yang berisik, pantas saja disebut ember, karena ember kaleng kalau diisi air pasti berbunyi heboh. Jarang lelaki yang suka ngomongin temennya dan anomalinya ada pada yang satu ini, padahal sejatinya ruang hatinya itu hanya diisi oleh petualangan menghidupi belang diri termasuk perilaku belangnya selama ini dan memberikan kesan seakan dia yang menjadi protagonis cerita. Lebih tepatnya pengen jadi pemeran utama padahal ya itu tadi untuk menyimpan kepengecutan diri berlapis mulut ember.
Aku kadang merasa kasihan dengan kepribadian yang bermental ember ini, grusa grusu, gak tau sopan santun apalagi memakai grammar dalam bertutur kata. Terus merasa paling hebat dalam tata pergaulan padahal rekam jejaknya sesungguhnya adalah pemetik kembang plastik yang dibungkus dengan seikat kangkung pemicu tidur. Belum lagi kalau bicara ruang sekat, duh mirip komplotan mafia amatiran yang berada di jalur inner cyrcle dan terlanjur menjadi semacam sindikat berbaju seragam, senangnya memfitnah dan membuat opini padahal sesungguhnya telah terjadi pembusukan pada ruang hatinya.
Makanya ketika ada seorang teman yang mendiskusikan tentang dia, langsung kujawab : kita tonton saja seperti sebuah sinetron, judulnya "Preman Bermulut Ember". Sayangnya gak ada produser yang mau menerbitkan jalan cerita itu, jadi kasian deh lu hanya bisa bermain di inner cyrcle saja dan hanya menulis lembaran tanpa paragraf.
*****
(Thanks to Jm, Wy atas bantuan sebaran itu, sebagai bagian dari pertemenan yang saling menyenangkan, saling membantu)

Monday, July 23, 2007

Terukur

Langkahku terukur, maksudnya dari sekian atau katakanlah seabreg rancangan yang disiapkan untuk hari ini, semuanya kuatur iramanya dengan manajemen waktu, menyelesaikan reporting final, kemudian persiapan sebaran kues yang membutuhkan manajemen tersendiri pula, kemudian merevisi kembali bentuk yang paling pas untuk sebaran itu, kemudian merealisasikan amanah yang menjadi tugas jariah diri, kemudian kembali memelototi referensi yang bakalan di rehab untuk kisi-kisi dimensi operasional.

Malam juga demikian, beranjak sebentar untuk melengkapi sarana cetak agar gak mondar mandir, dapat dengan harga sekian dan dicoba walau belum berhasil, kemudian rembug kelola lingkungan dengan pengurus, tentang partisipasi, tentang panitia, tentang penyempurnaan tugas, tentang yang lagi jadi isyu, tentang persiapan agustusan. Selesai sudah larut malam dan larut pula diri dalam kepenatan.

Alhamdulillah, terimakasih Tuhan, semua dapat berjalan dengan awalan doa kehadiratMu.
****

Sunday, July 22, 2007

Weekend Biru

Menikmati Ahad dengan planning yang ketat, maksudnya bersaing dengan waktu, menjalankannya dengan rangkaian waktu yang sempit. After jalan pagi, breakfast dan reading news paper, terus menyelesaikan materi kues dan sekalian menyelesaikan rangkaian report yang harus oke tomorrow, respons imel dan membaca referensi sekalian membandingkan lagi, di library sampai matahari tergelincir.
Setelah itu janjian dengan keluarga untuk lunch di sebuah rm yang mengesankan, hidangan sesuai selera dan, ini yang penting, suasananya memberikan kehangatan pada senyum yang mengembang, menyenangkan dan tentu saja mengenyangkan. Kemudian ke pusat perbelanjaan yang menjadi langganan favorit, melihat dan membeli tentu saja untuk kedua buah hati yang lincah manja dan membungakan.
Sebuah ahad yang sibuk
Sebuah ahad yang menyelesaikan
Sebuah ahad yang menyenangkan
Sebuah ahad yang membungakan
*****
Mengapresiasikan apa yang disajikan dengan lebih melihatnya sebagai komparasi untuk memposisikan apa yang kuhasilkan. Makanya aku lebih serius untuk menjalankannya, mengisinya dan mengadu dengan argumen yang ada pada sudut pandangku. Ini yang disebut proses pematangan, proses trial and error, proses yang memang mengharuskan kita untuk menjabarkannya sebagai bagian dari pertanggungjawaban nilai.
Dan waktu yang bergulir kunikmati sebagai dinamika, sebagai langkah, sebagai olah daya dan olah pikir serta olah diskusi agar memberikan perbaikan dan kesempurnaan pada langkah berikutnya yang sudah dihadapan.
Dan kunikmati saja
Dan kujalani saja
Dan kucerna saja
Dan keminum saja
Dan kuyakini saja
(Toh semua pembanding itu memberikan nuansa sama di langkah dan jalan)
****

Saturday, July 21, 2007

JELAJAH LINTAS

Kembali menjelajah kawasan regional dengan memastikan jejak arung dengan rute utara, tengah dan selatan, mirip huruf Z. Menyenangkan, so pasti, karena ini salah satu varian yang ksenangi, menjalani dan menjelajah. Tiga hari yang menderu, memacu dan sampai di kisaran puncak kecepatan. Yang pertama lurus langsung di lintas utara dengan varian mendaki di sisi hutan jati dan karet, di puncak ketinggian yang menyapa jarak pandang mencapai sedandang dan gondang.
Indah permai dan mampu menyapu variabel kesukaan yang dikorelasikan dengan identifikasi pada kesegaran menghirup lepas, dahaga yang terhempas.
Indah menawan, menyapa laut jawa dengan buih ombak bagai riak di senandung tengah hari yang terik dan ketingian yang menjulang.
Sungguh merupakan fenomena keindahan ketika memandang semua itu dengan matahati yang lurus langsung dan menengadah.
*****
Lintas vertikal menjumpai kawasan idola dan ideal yang sering kupeluk dan kunikmati. Jalan sepanjang kawasan dan mentransformasikan logika yang bermain pada ekspetasi nilai. Ya selalu begitu meskipun lengkung jalan yang menyentuh sudah kuhafal raut wajahnya. Ekspetasi itu adalah perjumpaan pada titik sentral untuk kembali menggamit asa yang sempat dilabuhkan pada titik nadir. Ekspetasi itu adalah mencoba memahami rute perjalanan pada sebuah tujuan yang kunikmati bersama bayu. Dan respondennya adalah persetujuan pada nilai harapan untuk kembali disandingkan pada pendakian naluri yang diolesi hasrat untuk berkibar. Dan pinggang Merapi terlihat angkuh manakala berhenti di sudut Pakem yang sejuk dan teduh.
*****
Pantai selatan yang indah, teluk Penyu, menyambut dengan deru dan memangilku ketika lunch bareng menjelmakan kepuasan pada rentang pandang yang luas lepas, menemukenali jalinan ombak yang berkejaran menuju titik buih yang berpendar. Sebuah siang yang letih namun mampu membersihkan kebosanan dan kejenuhan.
Duhai ombak kesetiaan
Sampaikanlah pesan yang kutumpahkan pada segelas minuman bening
Sampaikanlah asa yang kulayarkan pada sebuah perahu tanpa dayung
Sampaikanlah senyumku pada sejumlah hasrat yang bermain di angan
Sampaikanlah pada sejumlah pelabuhan yang menceritakan puisi hatiku
Dan perjalanan tiga hari kembali menuju ke titik simpul
Dan perjalanan tiga hari kembali menderu
Membelah Sindoro Sumbing tanpa matahari
Sembari memahami logika yang berkompromi dengan asumsi hening
*****

Monday, July 16, 2007

Plong

Plong dan lepas, itulah fenomena yang kudapatkan ketika semua yang kuplanningkan berjalan dengan alurnya walaupun ada tumpang tindih kegiatan. Deal dengan pembimbing waktunya idem dengan kegiatan meeting tapi kuupayakan untuk menjaga skala prioritas dan kukejar waktunya, ketemu walau agak terlambat, terengah-engah (habis naik tangga manual sebanyak 5 lantai), diskusi, argumen dikit, dan oke bisa dilanjut, maka satu tahapan lagi kulampaui.
Kemudian pending sesaat, dan melanjut lagi dengan aktivitas, merancang untuk next day dan disetujui, kemudian menyelesaikan yang masih tertinggal, dan selesai. So, plong dong rasanya, semua berjalan dengan irama yang dinamis tanpa harus tergesa-gesa. Catatan hari pun menjadi alur air yang membeningkan dan menyejukkan, intonasi nadi juga memberikan lagu kesukaan yang mampu membawa diri pada koridor berirama biru malam.
(Thanks to Drt yang memberikan ruang waktu untuk sebuah tahapan penyusunan, sehingga memberikan keyakinan pada diri bahwa aku dapat menyelesaikan tepat waktu).
****

Sunday, July 15, 2007

Jejak Sabtu-Minggu

Jejak Ahadku dimulai dengan membuka pintu Subuh yang membeningkan, and then bersalawat sesaat sebelum melangkahkan jejak kaki mengayun menuju kawasan rutinitas, jalan-jalan morning mengitari kawasan pusat kota, melepas sinar pandang dan menceritakan pada hati tentang cerahnya hari, cerahnya irama. Ada yang berirama mengiringi musik di pinggir jalan, ada yang berlari-lari kecil, ada yang berkerumun, ada yang jualan, ada yang bercengkerama, rata-rata belon mandi pagi, tapi mampu mengisi hari dengan olah tubuh, semuanya menjadi cakrawala pandang yang menyenangkan.
After that, mengisi hari dengan menekuni revisi, menyelesaikannnya dengan berbagai referensi dan berupaya menyempurnakannya sejauh yang kuinginkan, kemudian capek deh, istirahat dulu ah, kemudian lunch with my family di pusat perbelanjaan terkenal di ujung tol dan sekalian belanja kebutuhan rumah. And then sibuk lagi sampai larut malam, dengan sketsa begini ; nonton bola via tv, lanjutkan revisi, bolak balik, dan waktu beranjak larut sampai akhirnya lepas lelah.
****
Mengisi hari dengan memperdalam galian wawasan, dan memberdayakan ekspetasi terhadap proposal yang harus direvisi. Tambahan bekal Sabtu ini adalah mencoba memasuki kawasan aplikasi yang diharapkan mampu mempermudah proses akhir tugas dan setidaknya mampu menemukenali apa yang disebut proses terkini dari sebuah versi analisis kuantitatif.
Bagian lain adalah mencoba melihat sisi tampil dari made in rekan ketika tampil membawakan dan menguraikan. Ada yang menggebu-gebu namun gak jelas struktur bawaan maksudnya, ada yang kalem dan berlama-lama agar gak ditanya, ada yang kelihatan susah dan gugup duluan sehingga ketahuan grogi pada awal kalimatnya. Bagiku ini sebuah pemandangan "indah" dan sekaligus lucu, bahwa kesiapan yang dimiliki belum menjamin jejak pandang di hadapan akan mampu membawa suasana diri pada ketenangan dan pede, dua hal yang memang harus digenggam dan banyak latihan.
Gambaran hari ini jadi jelas warnanya, menyelesaikan dan merevisi kembali yang belum klop kemudian membandingkan dengan tampilan yang dikumandangkan masing-masing person sehingga aku bisa memposisikan ada di barisan mana aku berada.
****

Friday, July 13, 2007

Ijinkanlah

Ijinkanlah kunyanyikan tembang hati
Relakanlah kulantunkan sepucuk asa yang tersisa
Untuk menjelaskan posisi lekuk nada
Yang bermain di langkah
Untuk menerangkan sisi logika
Yang tertumpah di persimpangan

Bahwa perputaran hari tidak lagi untuk dicerna
Bahwa perjalanan hari tidak lagi untuk dikunyah
Bukankah bisikan jelas sudah mematri hakekat
Bukankah sketsa definisi sudah mengalir ke delta muara

Ijinkanlah kunyanyikan tembang hati
Sembari menghitung sampai dimana langkah
Memberikan kehangatan pada korelasi regresi
Ijinkanlah
****

Thursday, July 12, 2007

Binar Ultah

Sebuah ulang tahun dengan senyum matahari jam dua belas, dan ketika dirayakan bersama anggota keluarga di sebuah rumah makan siang ini, doanya sederhana, baca al fatihah dan kita pun menyantap hidangan yang sudah disajikan dengan cepat. Kukecup wajah my wife demikian juga dengan kedua buah hati yang berbinar indah dipandang dan menggemaskan. Dan suasana lunch begitu menyenangkan dan tentu saja mengenyangkan sebab sajian rumah makan ini adalah yang terbaik dari sisi selera dan suasana.
Suasana melintasi ruang rutinitas memang diperlukan untuk memberikan catatan pada warna hari, warna hati dan warna pipi memerah dengan bumbu penyedap seulas senyum, secangkir guyon dan segelas nasehat. Gabungan aneka rasa ini setidaknya siang ini mampu kugoreng dan kusajikan dengan sejuknya suasana, cerahnya sinar nurani dan bingkisannya adalah sebuah ucapan mesra : selamat ulang tahun mama.
(Thanks atas souvenir ultahnya, seorang sahabat selalu mengingatkan arti sebuah hari yang bernama ulangan tahun, ulangan umur, ulangan usia dan selalu menambahkan nilai yang menghangatkan)
****

Wednesday, July 11, 2007

Special Thanks

Spesial thanks buat kamu yang selalu memberikan bingkisan atau apapun itu, cerminannya adalah sebuah nilai melebihi sekedar tali silaturrahmi yang mengembangkan. Hari ini sejumput bingkisan itu adalah untuk sebuah tanggal esok hari yang sengaja dititipkan dan diselaraskan.
Ucapannya adalah untuk sebuah hari jadi yang digaris tebal pada setiap kalender, tidak hanya itu, karena ingatanmu yang begitu kental pada segenggam persepsi dengan sejumlah ucapan yang terdengar merdu : mempererat tali persaudaraan dan perikatan pada nilai pertemanan yang panjang. Kamu sampaikan itu seperti sebuah tradisi yang kali ini tertuju untuk my wife, untuk sebuah ulangan titik kehidupan yang baru, ulang tahun.
Terimakasih banget ya
Dan nilai itu ada pada sudut hati terdalam
Lukisannya adalah pada keikhlasan jalan bersama
Catatannya adalah pada kearifan peran bersama
Tulisannya adalah cerita sepanjang jalan
****

Tuesday, July 10, 2007

Jalan Hati

Jalan diri hari ini adalah memetik hikmah
Jalan diri hari ini adalah menyiram zuhud
Jalan diri hari ini adalah menepi kerikil
Jalan diri hari ini adalah menyapa bukit hijau

Jalan hati hari ini adalah memahami KUN
Jalan hati hari ini adalah menghayati FAYAKUN
Jalan hati hari ini adalah mengunyah ruang dadda
Jalan hati hari ini adalah mencerna tikungan diri

(Sembari menikmati silhoutte Sindoro yang perkasa dari sisi Timur dan Merapi yang gagah menjelang petang, matahari mampu memberikan sinar pandang yang mengagumkan, dan sengaja membisikkan sesuatu pada jalan hati : bukankah aku dan dia menjadi saksi istiqomah pada rangkaian perjalanan berbilang tak berjejak, dan sesungguhnya pada kejernihan dan kebeningan nurani-lah jawaban yang mampu memberikan nilai cum laude pada setiap jalan hati dan jalan diri).
****

Monday, July 09, 2007

Kaliadem, Adem hati

Satu dari lima hari yang menyenangkan itu adalah menikmati udara sejuk di pinggang gunung Merapi dari sisi Kaliadem. Tidak terlalu direncanakan memang namun nikmatnya traveling adalah menikmati apa saja yang bisa dinikmati, dijalani dan di approve sebagai bingkisan sinar mata untuk mencari kesegaran nurani. Maka berjalanlah aku, maka berjalanlah kami menapaki batu-batu dan pasir yang berserakan yang melambangkan keperkasaaan itu. Semakin berjalan, semakin aku merasakan nikmatnya kebesaran itu sekaligus mematut-matut diri untuk tahu diri dan mengaca diri.

Ketika akan pulang, pengen mampir sekedarnya, syukur-syukur bisa ketemu Mbah Maridjan dan ini juga langkah kanan ketika Ashar tiba si Mbah jadi Imam, aku dan keluarga jadi makmum, kusalami dia, tatap matanya menyorot tajam, lalu tersenyum dan mempersilakan kami menuju rumahnya yang sederhana itu.

Kinahredjo adalah lambang kesederhanaan yang memberikan pelajaran tentang persahabatan dengan alam. Warganya yang ramah, selalu menyapa, bergelut dengan keseharian yang sederhana tapi menentramkan. Sungguh sebuah pemandangan yang menyejukkan manakala keseharian itu menjadi layar yang kutonton dengan ruang hati, merenungkannya sembari memaknainya sebagai sebuah cermin diri.

Sekali lagi kujabat tangan si Mbah, yang selalu apa adanya, omongnya yang lepas, guyonnya yang lepas, senyumnya yang lepas, sederhana namun memberikan makna kekuatan bathin yang luar biasa. Kami pun pamit sembari melepas dahaga diri dan menyiram pandangan sekitar dengan wajah dan sinar mata teduh. Si Mbah memberikan banyak pelajaran tentang keteduhan hati, tentang kesederhanaan peran, tentang apa adanya, tentang makna hidup sesungguhnya.

*****

Sunday, July 08, 2007

Saturday, Catatan Itu

Konsentrasi untuk persiapan tampil, kuupayakan sebaik mungkin, se pede mungkin agar bisa menghasilkan sebutan yang bagus, dan kupelajari, dan kuhayati, dan kurenungkan agar bisa menjadi yang terbaik. Dan ketika waktunya menjelang, ada grogi sedikit namun setelah giliran tampil pede itu muncul dan mengalirlah semuanya dengan gayaku sendiri, kubahas, kuceritakan, kudeskripsikan, kujelaskan dan kutampilkan dengan segenap kemampuanku.
Kujawab semua ketika sejumlah tanya dan argumen dikemukakan, dan semuanya mampu kujelaskan dengan argumenku pula dan ini yang menyenangkan, semuanya berada dalam koridor akademis, tetap mengedepankan obyektivitas, sebuah catatan yang menjadi reward bagi pembelajaran intelektualitas diri.
****

Lima Hari Yang Menyenangkan

Sejumlah hari dirangkum dan dinyatakan dengan predikat sangat menyenangkan sehingga menjadi bagian yang mampu memperbaharui parfum hati. Betapa, menikmati suasana yang hijau segar, ada yang datang, sudah lama dinanti, ada yang membawa kabar, ada yang menceritakan, ada yang membanggakan, ada yang menghangatkan, sesungguhnya membagi hari adalah cerita yang mampu dirangkum dalam episode bilangan lima kali matahari terbit, memberikan cahaya hangat pada setiap senyum yang dilontarkan.

Menjelajah kota karena memang diinginkan oleh yang datang dari tanah seberang, menjelaskan, membandingkan dan menyatakan. Kemudian menjelajah traveling lingkaran utara selatan, kembali menjelaskan dan mendefinisikan, menyinggahi, mengunjungi dan menawarkan sebuah paket yang mampu dikecap bersama. Dan kita pun menyanyi bersama mendapatkan suasana kedekatan dan keakraban, sebuah nilai persaudaraan yang mampu dibangun dengan berbagai cerita.

Kugariskan saja nilai yang kudapat
Kucatat saja sebutan yang kuperoleh
Kutulis saja predikat yang kusandang
Kucoret saja angka yang kudekap

Mengganti suasana dengan cerita berlandas primordial karena yang berkunjung adalah sebuah nilai yang kunanti, kutunggu dan kuinginkan. Maka matahari pun kusambut dengan nyanyian, untuk memastikan bahwa lima hari ini adalah cerita berbungkus pita biru yang disandingkan dengan souvenir rasa kangen, rasa hangat dan menyatukannya dengan senyum mengembang. Sungguh menjadi catatan garis tebal manakala bagian paragraf yang digaris menjadi senandung lepas yang menyatakan betapa sesungguhnya melayani dan memberikan sesuatu adalah nilai dari catatan sepanjang hari. Aku menjalani itu dan mencoba memahaminya sebagai bagian dari pembelajaran hakekat keniscayaan.
*****

Monday, July 02, 2007

Kupastikan

Secara pasti aku dapat selesaikan beberapa step yang kutargetkan, setidaknya menambah tebal apa yang kutulis untuk dipresentasikan, dan yang lebih enak lagi ternyata perubahan itu setelah kusampaikan di oke kan saja oleh otoritas sehingga menambah keyakinanku untuk mampu kuselesaikan dua hari ini. Demikian juga dengan target yang lain, kuselesaikan hari ini sehingga ada rasa plong di hati dan berbuka puasa bersama keluarga petang ini juga merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.
Bukankah itu merupakan iringan langkah yang menyenangkan, membungakan dan membeningkan, ya tentu saja, yang penting kuniatkan saja bahwa yang menjadi planning hari ini, esok atau lusa kupastikan dengan nawaitu bahwa moga-moga semuanya berjalan lancar, jernih dan lurus. Masih terngiang lontaran kalimat bermakna itu: Seekor katak yang tuli ternyata mampu mencapai puncak gedung mengalahkan opini dan argumentasi negatif tentangnya.
(Alhamdulillah, karunia limpahan itu semakin memberikan makna tentang rezeki di bumi Allah Yang Maha Kaya, bukankah semua ada ditanganMu tentang apa saja, dan evidence yang paling nyata adalah kesetiaan matahari untuk terbit dari Timur dan menghangati semua makhluk bumi yang dilaluinya).
****

Prisma

Menjalani pagi cerah dengan walking, jalan santai menuju pusat keramaian kota, dan seperti biasa ada yang dibeli, yang digemari dan menjadi menu mingguan. After that, menghampiri sarapan pagi di kawasan Tmbl yang banyak penggemarnya itu. Lumayanlah rasanya lagian sudah lama gak menghampirinya. After that memilih rute untuk menyapa pemandangan salah satu sudut kota yang masih hijau, menuruninya dengan perlahan dan mampu menampilkan sinar pandang yang bening cerah seperti cerahnya cuaca Ahad hari ini.

After that, menyapa taman bunga dan membersihkannya sembari berpeluh ria, lama tak menyambanginya sekedar melihat dan menatap, banyak yang harus dibersihkan, banyak yang harus dibelai agar menjadi segar, dang ganti suasana ini mampu memberikan nilai keringat tengah hari yang menyehatkan.

After that, ya istirahat
After that, bersilaturrahmi dengan toko buku terkenal, mengunjunginya, membaca on the spot dan tak lupa membeli yang sudah direncanakan.
After that, ya capek deh
After that ya tidur dong
After that, pulas
*****

Awalnya agak malas juga untuk melangkah mengikuti dan memenuhi undangan itu Sabtu ini, namun kucoba juga untuk menjelmakan kehadiranku, dan ternyata ruang luas yang mampu menampung banyak kursi itu sudah terisi penuh, namun aku masih dapat tempat juga di sisi kanan. Dan ternyata seorang guru besar terkenal mampu menghidupkan suasana hatiku dengan sedotan perhatian dan kematangan empirik dengan bebarapa analogi mampu membangunkan kelesuan nuraniku.

Banyak yang disampaikan dan tema itu sendiri adalah bagian dari catatan yang sudah banyak kutemukan diberbagai sudut perpustakaan, namun gaya pencerahan yang dimiliki pakar kenamaan itu memberikan suntikan adrenalin pada semangat hati. Iya juga ya, bergegas dong menyambut matahari dan berlari seperti sejumlah katak yang hendak melompat gedung tinggi. Bahwa penceritaannya yang jelas itu dengan kesempurnaan mengalihkan dan menggantinya dengan kesegaran adalah daya tarik yang menjadikan general college sebagai yang terbaik sepanjang yang kuikuti selama ini.

(Banyak yang harus diganti ketika mengikuti arahan, maka setelah itu aku mencoba mensiasati waktu yang tersisa untuk menyempurnakannya. Soalnya minggu depan harus tampil, dan aku ingin semuanya berjalan lancar dan berhasil).
(Thanks to Hr yang mau berbagi halaman untuk sekedar membandingkan dan membedakan, dimana sih bedanya dan setelah kubanding dengan yang lain, banyak juga bedanya, trus yang mana yang harus ditampilkan, itulah sejuta tanya yang menggelayut hati).
*****

Menelisik yang belum terkatakan
Mengungkap yang belum tersentuh
Membaca yang belum ditulis
Mengatakan yang belum terbaca

Adalah bagian pengindraan yang membuih
Adalah bagian pengimbuhan yang berakhiran
Adalah bagian pencitraan yang tercurah
Adalah bagian penelusuran yang tersimbah

Dan
Jalan dihadapan adalah meneliti langkah
Jalan dihadapan adalah menelisik ruang
Jalan di hadapan adalah menelikung bukit hijau
Jalan dihadapan adalah menuruni ngarai hijau

(Menanti kedatangan sampai Jumat ini tuk menyambut dengan pelangi akhir hujan, adalah yang menjadi curahan pada one moment dari sekian banyak liku persimpangan yang didapat. Maka nilai selamat datang menjadi garis yang diulang-ulang untuk menyatakan betapa sukacitanya ruang perjumpaan itu).
*****