Tuesday, December 26, 2006

Sebuah Hari Dengan Berbagai Koma

Kabar dari jauh mengabarkan cerita kelancangan yang dihembus dengan angin kering berlagu keroncong. Begitupun pilihan yang disesuaikan adalah berupaya menjelaskan sudut pandang yang telah dijabarkan melalui logika rasional saja, tanpa membawa buih, tanpa membawa ombak, tanpa membawa angin dan sekaligus menampatkan koma sebagai paragraf yang belum selesai.

Cerita dari jauh yang lain juga mengabarkan pilihan yang mengedepankan tanda tanya di awal cerita namun tak lama juga ada jawaban yang melonggarkan ruang pertanyaan. Kalau yang ini kuanggap koma ditengah paragraf dan tidak perlu berlanjut dengan paragraph yang lain. Intinya adalah amanah itu jangan sampai menjadi ruang tanya berkepanjangan yang membuat sejumlah asumsi bermuara rasa tak percaya.

Berita tidak dari kejauhan tentu saja mengabarkan pilihan pada ruang cerita seputar kabar yang dikomunikasikan melalui silaturrahmi aktif pada Fren yang mau menjalani cerita berlapis senyum. Ini juga bagian dari pencahayaan ruang hati untuk tidak lagi menggubris apa yang disebut nuansa cerita seperti dalam buku cerita yang baru kuselesaikan itu. Kalau yang ini bukan lagi koma melainkan sudah menuju titik, sampai di titik dan tidak ada paragraph selanjutnya.

Maka mereka pun tersenyum dengan candaku
Maka mereka pun gak nyangka dengan gaya kalimatku
Maka mereka pun ngerespons apa adanya
Maka mereka pun lebih banyak tertawa dengan ceritaku
****
(Thanks to As, Nt, Dt, Mj, Wk yang memberikan ruang cerita memakai koma pada setitik waktu perjumpaan yang tidak diskenariokan. Dan disitulah nilai surprisenya tanpa harus membaca arah angin).
(Thanks to Yn, ada yang melengkapi kisah hari dengan cerita koma yang kamu sajikan, to be continued ya).
(Mengunjungi yang opname memberikan sinar suasana bathin, bahwa nilai kesehatan adalah prima berkah yang patut disyukuri, sembari mendoakan agar lekas sembuh).
*****

Monday, December 25, 2006

Long Weekend Like This

Monday Blue

Asyik, masih libur, artinya masih bisa bermain dengan kesukaan, tanpa harus terikat waktu. Libur yang menyenangkan walau sesungguhnya banyak yang harus diselesaikan. Dan memanfatkan libur dengan merampungkan hal yang belum selesai. Aku ingin apa yang ada dalam planningku hari ini selesai sehingga tomorrow dapat lebih leluasa mengambil waktu, terutama waktu kerja itu.

Dan untuk yang datang dan pergi, nikmati aja jalan kalian ya, setidaknya bisa menjadi silaturrahmi bagi perjumpaan dimasa mendatang. Moga sukses di jalan masing-masing dan menjadi catatan dalam bekal jalan berikutnya.

Apresiasi hari ini adalah blue, biru, sebuah bentangan warna yang mampu menundukkan keangkuhan sikap. Biru juga adalah selimut langit tanpa batas. Biru juga adalah perlambang batas indra lihat ketika kita tidak mampu menerobos ruang semesta yang maha ini. Monday Blue, aku ingin mencapai harapanku dengan senantiasa menempatkannya pada ruang rasio dan menggapai ruang semesta, ya cita-cita, ya asa, ya stimulus, ya spirit itu. Semoga.
(Thanks to An, berita dari tanah suci membesarkan kabar itu, nikmati aja haji akbar itu sebagai karunia terbesar yang jarang didapat).
*****

Sunday Green

Walking after Subuh, after praying, after tadarus dan membuka gerbang dengan semangat fitness, berjalan seputar rute konvensional, sembari mencoba memahami kesibukan sebelum matahari terbit. Semua tercover dalam benak ini dan mengunyahnya dalam ruang rasio, bahwa semua yang dilakukan itu adalah bagian dari pergerakan, bagian dari rutinitas pagi yang segar. Maka nilai sebuah jalan pagi adalah apresiasi pada kepedulian, apresiasi pada nilai menyambut matahari kesetiaan, apresiasi pada ruang pencarian rezeki yang tersedia.

After that, masih seputar olah raga, berusaha menambah keringat dan membersihkan oli ketidakbugaran yang masih menempel di sekujur tubuh dengan mengayun raket badminton, and then menyelesaikan rutinitas aktivitas, sembari mengedepankan warna hijau, warna kesegaran, warna kesehatan, warna yang mampu memberikan rasa bugar pada sinar mata. Green adalah warna sudut pandang, dan sudut lihat. Dengannya kita mampu menyegarkan kembali kekusutan dan keletihan yang mewarnai ruang indra utama. Maka Sunday ini lebih dominan diisi dengan menyegarkan kembali indra eye. Maka berjalan seputar kota adalah bagian dari penyegaran itu, mampir di Grmd, menikmati ruang baca, kemudian lunch bareng di sebuah lokasi favorit. Juice mangga dan seporsi steak mampu menyegarkan ruang cerna dan ruang relaksasi.
(Kepanitiaan sampai larut, tapi kan tuk kesuksesan next, akhir tahun).
****

Saturday Yellow

Mengisi gelas hari dengan secangkir aktivitas dan didominasi oleh apresiasi menimba materi, menimba modul. Sengaja lebih awal menuju, sesuai deal, agar bisa didiskusikan dan sekaligus difinishing apapun warnanya, dan ternyata warna yang menyenangkan adalah yellow dengan kombinasi jingga dan ungu. Melaksanakan report dengan semangat yellow, sebuah warna yang memberikan kesan kuat pada apa yang disebut kebersamaan dan kesungguhan untuk memotret analisis dengan waktu yang disetting sesingkat mungkin.

Lalu dimana warna jingga dan ungu. Ada tuh, di sisi kebersamaan dan seharian yang lakonnya kali ini menjadi panelis dan banyak question. Itu artinya gak usah banyak konsentrasi, cukup merhatiin materi yang disampaikan, kemudian serius sejenak, lalu cari hal mana yang menjadi critical point, lalu voice kan dengan langgam dan mimik yang seremonial gitu, lalu sampaikan kontennya, lalu lihat aja betapa kelabakan mereka menjawab pertanyaanku dan sekaligus sumbang saranku. Hai, gitu aja kok serius banget, kita kan rekan juga, kita kan temen juga, yang tadi itu sedang bermain peran. Kembali dong ke warna jingga dan ungu tadi ya.
****

Friday, December 22, 2006

Lagu Sepanjang Kampus Bunga

Kampus Bunga
Bunga Kembang Setaman
Bunga Citra Lestari :

Kau tak sempat tanyakan aku
Cintakah aku padamu
Setiap kali aku berlutut aku berdoa
Suatu saat kau bisa cinta padaku
Setiap kali aku menangis didalam hati
Mana Sunny, mana Sunnyku..

(Selamat malam Bunga Citra Lestari)
(Selamat malam Buncis)
(Kau ternyata bukan gadis murahan seperti dia)
(Buktinya kau mampu melantunkan lagu itu, tidak seperti dia)
(Buktinya kau mampu memerankan peran itu, tidak seperti dia)
(Dan aku terhanyut didalamnya, menikmatinya)
****

Membuka Jilid Lama

Persinggungan tak berpantai seniscayanya adalah tamparan halus yang mengenai dahan sanubari ketika sekujur hamparan mengidentifikasikan tentang dugaan berlapis semak belukar kalimat tujuan. Dan jalur yang dipilih adalah membuka jilid lama yang selalu menjadi lagu belenggu diri, menafsirkan semboyan tanpa pernah mendengar meaning tema hati di sisi dada. Sejatinya pilihan yang sama adalah selalu berupaya mengelola kebebasan peran, keinginan hakekat, keindahan naluri dan mengejahwantahkannya bersama lakon antagonis yang gampang ditebak.
Oleh karena itu, jaringan yang dicoba dicerna adalah mengambil alih nilai dan mengumumkannya pada papan baca bertuliskan : pusat gerhana hati yang terpilih. Begitupun tidak lagi harus beradu argumen, memilih alternatif dan menyiarkan sudut pandang. Lebih baik mengalirkannya pada siaran langsung jati diri yang selama ini menelikung sumbatan sesak nafas. Maka ketika sambutan yang disampaikan lewat bahasa tubuh diperlambangkan, aku tidak ingin lagi menafsirkannya selain mencoba memeluk diri, memeluk hati dan memberi senyum pada matahati.
Lebih baik begitu
Toh, lakon yang bermain diluar nilai estetika
Toh, peran yang dijunjung bukanlah cermin diri
Toh, aksen yang dikumandangkan berirama fals
Lebih baik begitu, toh..!
*****

Sebait Puisi Untuk Ning

Sometime sua tak terduga
Sesaat menuju koridor pandang luas
"kamu kah itu Ning ?"
Kamu tersenyum
Kamu menyapa
Kamu bersinar
Kamu berbinar

Pada sejumlah kata yang dirangkai
Sebutan yang kau kumandangkan adalah :
"Apa kabar Bang ?"
Sekedar atau sepenuhnya bukanlah sepenting itu
Sepenuhnya atau seadanya bukanlah daya itu

Ketika berpapasan menuju anak tangga
Kau tersenyum lagi
Sayangnya dering telepon menyambutku sesaat
Kau berlalu sembari menyatakan lewat sinar mata
****

Pada Cerita Ini

Menggumpal sekepal benci dan berupaya melontarkannya pada genggaman secarik kertas, menyobeknya dan menghamburkannya pada sebuah gedung berlantai lima. maka berhamburkanlah serpihan kecil kertas-kertas itu, beterbangan disapu angin sepoi, berkeliaran dan menuju rumput hijau dikejauhan bawah sana. Pada cerita ini persediaan kata adalah hembusan helaan nafas dan gemeretak menumpahkan rasa yang selama ini bersenandung menjadi rasa bermerk kecewa.
Apakah lantas perseteruan hasrat menjadi opini berselimut ketidaksukaan. Jawabnya : ya. Couze sudah cukup lama mengumandangkan senandung nyanyian hati, menuliskan lagu hati, menceritakan adonan rasa, menyanyikan bait puisi, mengagumi seraut kisah, mengalirkan butiran kata membentuk noktah kalimat biru malam. Semuanya untuk bingkai yang bernama based on feel. Tetapi bingkai itu selalu berbalas pantun : insyaAllah untuk sesuatu yang tidak berbalas sampiran dan isi.
Maka titik jenuh pada kulminasi koridor hati pun membentang spanduk dengan tulisan : Aa Gym GL, maksudnya Agak-agak Gimana Gitu Loh. Ya untuk apa menceritakan tentang bait puisi kalau ternyata selalu bertemu kalimat tanpa jawab. Untuk apa membingkai catatan rasa kalau ternyata hanya bermain dalam padang fatamorgana.
********
(Selalu ada jawab manakala Ay dan Dt menyimpan hardisk penceritaan tentang suasana cerah dan mendung).
(Maafkan atas segala kelancangan itu, aku sendiri menjadi "titik singgung" yang berada di sudut ruang tanpa cahaya, maafkan pada semua yang bercerita tentang kelancangan itu).
(Begitu banyak yang harus diselesaikan, sampai-sampai tak tahu mana duluan yang harus difinishing).
*****

Thursday, December 21, 2006

Menikmati Cuti

Menikmati cuti adalah menikmati ruang pandang yang lebih luas daripada sekedar lukisan tentang naturalisme, surealisme dan yang sekotak dengannya. Itu sebabnya, kita perlu menikmati hari-hari pandang luas ini dengan melupakan segala sesuatu yang terkait dengan hari-hari rutin.
Aku menikmatinya dengan menikmati hobby, menyelesaikan hari dengan semangat hobby, menyelesaikan hari dengan menimbun kecewa dan benci. Dan menggantinya dengan sebungkus coklat yang mampu menerbitkan selera bercengkerama dan bercerita.
Pada sebuah jalan, ada kerinduan tentang kesukaan pada racikan menu favorit. Maka bergegaslah aku kesana dan membungkusnya sebagai menu kesukaan hari ini, sembari menikmati cuti, sembari menikmati suasana hati.
****

Terasa, Berjalan

Rabu, Berjalan
Menikmati jalan-jalan sendirian
Menikmati panorama keindahan sendirian
Menikmati pandang alam sepanjang jalan
Menikmati kesendirian sepanjang keindahan
Menikmati jalan-jalan hati sepanjang selatan

Apakah kemudian semua menjadi berjalan
Apakah kemudian semua menjadi terasa
Apakah kemudian semua menjadi indah
Apakah kemudian semua menjadi beban
(Biar aku saja yang menikmati, biar aku saja)
(Biar aku saja yang menjalani, biar aku saja)
(Biarkan aku sendirian, menikmati hariku)
(Biar aku sendirian, menikmati jalanku)
(Perjalanan terasa pada sebuah halte yang tak disinggahi)
*****

Selasa Terasa
Berselimut gak sreg
Berselimut gak suka
Berselimut gak mood
Berselimut gak match
Berselimut gak ngeh

Biarkan selimut itu menutupi ketidaksukaan
Biarkan selimut itu menutupi kebosanan
Biarkan selimut itu menutupi kekecewaan
Biarkan selimut itu menutupi keegoan
Biarkan selimut itu menutupi teras hati
Biarkan selimut itu menutupi kamar hati

Biarkan saja
Sepanjang jalan yang terlewati hari ini
****
(Capek juga menyelesaikan tugas, antara job dan materi TI)
(Capek juga menyelesaikan konfirmasi dan berbagi TK)
(Capek juga berbagi cerita dengan hati, antara kecewa dan benci)
(Capek juga mengapresiasikan sebungkus rasa yang kecewa)





Monday, December 18, 2006

Biarkan Saja

Membungkus rasa benci, muak dan yang sebangsa dengannya adalah mempersepsikan adegan, fragmen, episode yang menunjukkan ketidaksukaan, sebuah lakon yang sangat manusiawi dalam setiap perjalanan hati. Kalau hati ini lagi berwarna seperti itu, benci, gak suka, tentu ada sebabnya (kata nurani). Ya, persepsi dan perspektif itu adalah ketika menyaksikan lakon "murahan" yang ditunjukkan dalam peran sudut pandang, siar pandang dan cara pandang.
Maka biarkan rasa itu mengalir
Maka biarkan benci itu bertahta
Maka biarkan adonan itu menggumpal
Maka biarkan semuanya berkulminasi
Maka biarkan semua berunjuk rasa
Biarkan saja
Biarkan saja
(Aku bukanlah sosok yang mampu menyimpan itu dengan bungkusan berwarna coklat. Kalau gak suka ngapain juga dibungkus, mending ditumpahkan saja, dibuang saja bersama aliran sungai menuju titik dataran rendah, dan lupakan....).
*****
(Begitupun, easy going yang menjadi cara pandangku belakangan ini adalah berupaya menumpahkan semua ganjalan yang ada di hati untuk tidak menjadi beban hati, menikmati takdir perjalanan, menikmati takdir karir dan sekaligus melantunkan takdir hati).
(Di sebuah papan baca di sudut jalan, siang ini ada kalimat tanya dan kalimat jawab dari sebuah koran lokal : Apa bedanya gadis rumahan dan gadis murahan, itu pertanyaannya. Jawaban dibawahnya : Kalau gadis rumahan adalah sosok yang menghargai etika, gak gampangan, gak suka kluyuran, memiliki rasa sayang, peduli dengan sesama dan ini yang penting, menghargai estetika. Kalau gadis murahan ya adalah lawan dari itu).
(Satu persatu job kuselesaikan dengan semangat sisa, maksudnya perlu cuti dulu sekalian refressing, sekalian pemulihan, sekalian penyegaran untuk konsentrasi aktivitas next).
(Thanks to Yn, percakapan kita memberikan makna betapa nilai itu selalu dibangun dengan semangat kebersamaan dan saling mengingatkan).
(Thanks to Ay, selalu saja ada yang baru untuk dikabarkan dan dibagi ceritanya, kadang membuat diri tertawa dengan joke-joke hangatmu).
******

Sunday, December 17, 2006

Highlight Weekend

Ahad Sibuk
Sibuk ni yee. Emang iya, urutannya gene : Jam 03.00 religi malam sampai subuh, kemudian bersih-bersih in front of rumah and mobil, kemudian olahraga ringan, terus breakfast pagi sambil baca SM dan JP, sekedar baca judul, gak ada yang menarik. Lalu kerja bakti, kumpul warga, saling komunikasi, saling bercengkerama, tidak terasa hari menjelang siang. Kemudian Zuhur, lunch dan dilanjut dengan search hewan qurban di luar kota, negosiasi, oke, tanda jadi, jalan lagi, lunch lagi, terus pulang sudah hampir habis maghrib.
Begitupun
Selalu ada yang menjembatani
Manakala perlu decision together
Sehingga transparansi adalah jawaban terbaik
(Semoga aku bisa menjalani tugas ibadah dan sosial ini dengan baik)
(Semoga aku bisa menikmati rasa kecewa ini dengan tetap tersenyum)
(Semoga aku bisa melewati rasa benci ini dengan tetap tersenyum)
*****

Sabtu Serius
Mencoba menekuni dan menyibukkan diri dengan reading and writing di perpustakaan kampus, mencoba memahami metode riset, mencoba memahami kumpulan artikel, mencoba memahami kumpulan klipping, mencoba memahami modul. Kata orang sih, upaya menyibukkan diri ini juga baik sebagai obat kecewa, sebagai pelampiasan rasa disharmoni, sesuatu yang menjadi catatan sepanjang akhir pekan ini.
(Alhamdulillah, satu persatu TM dapat diselesaikan, tapi selalu saja ada lagi tugas lain manakala materi baru diselesaikan. Kok jadi repot gene yah.)
*****

Friday, December 15, 2006

Ubah Kecewa Jadi Benci

Ubah kecewa jadi benci dengan membeli sejumlah resep dan indikasi agar menjadi sesuatu yang mampu menyembuhkan. Begitu setidaknya simpul jalan yang ingin dirangkai. Mengapa, karena kecewa adalah ungkapan dari sebuah kondisi yang membuat kamar hati menyuarakan aroma berwarna kelabu. Daripada harus bermain di lapangan kecewa mendingan sekalian diadoni dengan benci untuk memastikan sikap, menjelaskan ketegasan dan menunjukkan kekurangsukaan pada apa yang disebut arogansi attitude. Ya, lebih baik begitu..
(Ketika mengendarai mobil menuju kampus this evening, ada voice dari siaran radio populer dengan question interactive. Penyiarnya nanya : Kalau ada gadis yang dipeluk seorang pria di sebuah tempat yang banyak orang melihatnya dan si gadis diam saja, gak risih gitu, maka apakah sebutan yang bisa diberikan padanya?. Terus telepon diseberang sana bilang : Gadis murahan !!. Terus penyiar bilang lagi : Anda salah, yang benar adalah Gadis bisu, tuli dan tak punya rasa peduli. Aku tersenyum mendengarnya sembari mengatakan: idem dito, dan semakin menyimak lagi ketika Bunga Cinta Lestari melantunkan lagu sound track Cinta Pertama. Bagus nian vokal gadis itu....)
(Thanks to En, mau nolongin tugas dan mencopy yang bisa dicopy. Itu baru namanya temen yang mau membagi waktu).
*****

Kecewa

Today, aku kecewa
Tonight, aku kecewa
Siang ini aku kecewa
Sore ini aku kecewa
Whats wrong
Ya gak papa
And then
Ya kecewa aja lagi
Makanya
Kunyanyikan lagu:
Tonight I celeberate disappointed my....
****
(Morning menikmati traveling alone, menikmati suasana yang menyenangkan sepanjang jalan)
(Aku nyerah deh dengan TM yang seabreg itu, tolooong dong..)
(Sekujur tubuh terasa letih, capek hati, capek diri, kurang tidur, ya memang kurang tidur).

Sebuah Malam Yogya

Catatan Dinihari

Bukannya aku sok jaim atau apalah namanya Fren. Tapi sungguh aku gak mood kalau disuguhi adegan karaoke dengan pemandu yang “jualan badan”. Bagiku, niat itu adalah sebatas murni untuk menghibur diri dengan menyanyi setelah seharian penat melakukan aktivitas dengan mitra bisnis. Dan karena ini adalah ajakan dari mereka, sebagai rekan tentu aku penuhi ajakan itu. Tetapi ketika di ruang kaca pada sebuah pub di Yk aku dipersilakan memilih pemandu, aku tolak secara halus tanpa harus mengecewakan mereka. Dan jadilah itu, aku jadi “jomblo” dan mereka berpasangan, berduet, menari dan bernyanyi. Lantas apakah ini yang disebut keharusan manakala kita tidak ingin memilihnya. Lantas apakah ini yang disebut ketidaksamaan manakala kita tidak ingin ada yang menemani. Lantas apakah ini yang disebut dengan kepantasan manakala pemandangan didepan adalah sebuah live tengah malam.

Maka kunyanyikan saja lagu yang bisa kunyanyikan
Maka kuacuhkan saja sinar pandang yang remang-remang
Maka kudiamkan saja suasana yang tidak menyenangkan itu

Apakah kemudian ini yang disebut dengan tatacara
Apakah ini kemudian yang disebut dengan tatakrama
Apakah ini kemudian yang disebut dengan kelaziman
Apakah ini kemudian yang disebut dengan kepatutan
******
(Sudah kulaksanakan tugas dengan sepenuh hati, dan dapat diselesaikan lebih awal)
(Sudah kuuupayakan sejumlah argumen rasa, begitupun yang tergambar adalah sketsa tanpa cerita)
(Yogya, kerinduan itu adalah menemani jalan-jalan sepanjang pedesterian, memahami rintik hujan sembari menyebar titik pandang ketika dinner menjadi sesuatu yang menyenangkan.)

Wednesday, December 13, 2006

Mikirin Up Next

Traveling lagi, kali ini jalur yang sering dilalui, so gak ada menariknya selain menjalankan disposisi. Di dalam kendaraan justru lagi mikirin seabreg planning setidaknya seminggu ke depan yang seperti gado-gado itu. Setidaknya ada 3 tugas learning yang harus selesai before Saturday, and then to Yogya tomorrow until Friday juga tuk menyelesaikan compare.
Kemudian ngurusin kepanitiaan qurban yang mulai on the spot, kemudian lagi next Sunday ada kumpul warga beresin yang sudah disepakati, and finishing semua job next week. Terus, punya rencana ambil cuti aja lagi akhir pekan depan, refressing gitu sekalian traveling, jalan-jalan, ada yang mau dilepas ke tanah suci, ada yang mau dikunjungi, ada yang mau silaturrahmikan.
Akhirnya, setting planning itu di insyaAllahkan saja(kayak menanti jawaban sms yang kalimatnya selalu berbunyi : insyaAllah), sembari menata ulang rancangan dalam konteks waktu yang padat. Semoga dapat dijalani dengan semangat ikhtiar dan menjadi catatan-catatan yang perlu dicatat.
Akhirnya letih membayang ketika sampai di rumah
Akhirnya tak lama kemudian lelap di peraduan
Tanpa mimpi lagi
(Sembari berdoa untuk selalu dibangunkan pukul 03.00 dinihari)
****

Tuesday, December 12, 2006

Terpesona

Traveling hari ini sangat menyenangkan apalagi aku terbebas dari urusan yang namanya driver, sehingga bebas aja mandangin pesona, mandangin pemandangan, terpesona nian. Betapa tidak, jalur yang dilewati adalah sebagian Pantura kemudian belok kiri dan dimulailah pesona-pesona yang membuat aku terkagum sekaligus terkesima.
Jalan mulai menaik, tikungan tajam, serba hijau, sawah berbaris membentang, berderet, bahkan bertingkat. Tanaman holtikultura menyebar merata, kehidupan masyarakat khas desa yang religi, sepanjang jalan di pinggang barisan pegunungan itu, kaum hawanya hampir semuanya memakai baju kerudung, khas muslimah. Masjidnya bagus, indah dan tertata nilai artistiknya, kehidupan warganya terkesan makmur, dan tentu saja sehat bugar dengan alam hijau penghasil oksigen yang segardan melimpah.
Lebih dari itu, barisan pohon pinus dan tanaman khas pegunungan menghias seakan memberi senyum padaku dan mengatakan : selamat datang di lingkungan segar tanpa polusi. Ya, benar-benar segar, sepanjang mata memandang, kehijauan, suhu udara yang adem, hembusan angin semilir membuat pandang mata dan celah hati menjadi bugar, bersinar dan bersenandung, betapa alam nan ramah memberikan semua secara gratis kepada kita.
Betapa naturalisnya dikau
Betapa indahnya pandang yang kau berikan
Betapa teduhnya sinar yang kau siramkan
Betapa dinginnya sentuhan yang kau berikan
Aku suka dengan bentanganmu
Aku suka dengan lukisanmu
Aku suka dengan kesegaranmu
Aku suka dengan kedamaianmu
Aku suka dengan kebeninganmu
Aku suka dengan keteduhanmu
*****

Monday, December 11, 2006

Itulah Aku

Catatan itu adalah noktah yang mampu memberikan ragam suara hati, menyelami kedalaman hakekat dan menyentuh pada sebuah titik yang beraroma sanubari. Itulah sebabnya "pengumuman sanubari" selalu membawa aura semesta rasa yang dimiliki setiap orang, dan mencoba memahaminya dari sudut pandang diri. Dan dalam frame itu pula apa yang disebut Curhat dalam bentuk goresan adalah pusat pengaduan yang memberikan sinopsis jalan rasa, jalan nurani yang diungkap dengan mengikutsertakan suasana rasa itu.
Aku lebih suka mencurhatkan suasana rasaku dalam ungkapan monolog yang sejatinya adalah melampiaskan tekanan hati, melepaskan dahaga feeling, memuntahkan sejumlah kata dan dirangkai untuk membentuk kalimat yang episentrumnya ada di ruang rasa itu sendiri. Maka energi yang terlontar adalah kepolosan sikap dan rasa, sesuatu yang memang menjadi koridor emosi rasaku. Maka ketika ada sesuatu yang mampu mengaduk-aduk koridor rasa itu, selalu kulukiskan dalam rangkaian kata sebagai "penyembuh" rasa yang bergejolak. Kalau pun tidak kuungkap melalui kosa kata, sering jua kulontarkan melalui tutur ucap suara dan cenderung tembak langsung atau blak-blakan.
Itulah aku. Ruang rasa yang kumiliki sejatinya adalah "perkawinan" antara dimensi ketegasan dan romantiisme, dua hal yang kucoba cerna: memang itulah yang kumiliki dalam pewarnaan ruang hati, dan menjadi "takdir hati" dalam menjalani setiap episode yang kudapati. Aku memang selalu menginginkan suasana romantis dalam mengedepankan olah rasa.
Maka ketika ungkapan tentang keindahan, ungkapan tentang rasa suka, ungkapan tentang rasa sayang, ungkapan tentang ketidaksukaan, ungkapan tentang kebencian, ungkapan tentang keinginan, ungkapan tentang harapan selalu kulontarkan lewat kalimat inovasi yang mampu menjelaskan suasana hati, atau melalui ungkapan suara yang kusampaikan secara terus terang, tembak langsung kata orang. Dan memang begitulah suasananya, dan aku adalah bagian dari suasana itu. Dan aku menikmatinya, dan aku menjalaninya, dan aku mengapresiasikannya dengan apa adanya.
****
(Dealnya di deal dulu Fren, lagi pada sibuk neh, gak papa ya, ntar juga oke kok)
(Senyum dan canda "mereka" memberikan suasana ceria pada hati, kadang kita memang mampu menikmati suasana itu melalui canda dan tawa, Thanks ya).
(Thanks to Dw, moga sukses dengan learningnya, ....................)
(Tahapan awal sudah berjalan, next kepanitiaan itu moga sukses menjalankan misi ibadahnya, amien).

Sunday, December 10, 2006

Cerita Berita

Sunday
Mempersiapkan materi tuk pertemuan RT sekalian membentuk panitia Idul Qurban. Banyak yang ingin disampaikan, banyak yang ingin dikomentari, banyak yang ingin disolusikan. Aku ingin dua-duanya berjalan dengan baik, maksudnya menjadikan RT sebagai lingkungan yang asri dan sekaligus religi. Moga-moga cita-cita ini dapat diwujudkan.
Maka ketika malam ini ada pertemuan itu, respons positif, aku pun senang sehingga rangkaian program insya Allah dapat berjalan dengan baik.
****
(Menikmati traveling, menelusuri jalan-jalan selatan, mampir mencicipi makanan kesukaanku, jalan lagi sampai kemudian hari menjelang petang).
(Ketika menjembatani suasana hati, menafsirkan langkah yang kudapatkan, keinginan yang belum kuraih, perjalanan langkah yang masih tersendat, sementara orang begitu mudah memperolehnya. Lantas aku pun bertanya pada bilik hati : akankah kudapatkan sebuah tangga yang memberikan sinar cerah, memberikan sinar terang untuk langkahku yang berikutnya. Hatiku tidak berikan jawaban, karena aku tidak butuh jawabannya).

Saturday
Lebih berkonsentrasi dengan penyelesaian TK, TI dan THE yang ketika ditinggal jadi menumpuk. Tapi ya itu tadi, jadi bingung mana yang diprioritaskan lebih dulu karena sama-sama memiliki limit waktu one week ke depan. Namun tuk menyiasati "sumbatan" itu, tak lupa pula menikmati hobby sekedar membagi waktu dan menjadi waktu selingan, rutinitas pagi, jalan-jalan pagi, bersih-bersih front liner rumah sekalian distribusi aktivitas, pake ditulis segala, supaya gak lupa, maklum aja sudah jadi kebiasaaan sejak lama.
****

Friday, December 08, 2006

Catatan Yang Tersimpan

Menuju pengharapan sebisanya
Menelusuri lengkung pinggang pegunungan menuju
Menjalani ritme tanpa harus berandai-andai
Sekaligus menikmati mata rantai yang jarang dilewati
Sekaligus menikmati lukisan hijau membentang luas

Kemudian tiba
Menjelang sore
Biasa-biasa saja
Tidak harus mengolah jikalau dan bagaimana
Mengikuti irama, langkah tanpa beban
Menjalani suasana sembari meyakinkan diri

Persinggahan ini adalah keindahan
Persimpangan ini adalah keanggunan
Kemudian
Menjalani sisa hari dengan persiapan traveling
Menikmati sisa hari bermain dengan mendung
Memandang suasana senja bermandi keramaian

Tidak ada yang dapat kujelaskan
Tidak ada yang dapat kukatakan
Tidak ada yang dapat kuungkapkan
Selain menikmati episode surprise
Yang kau tunjukkan bersama keceriaan
Yang kau tunjukkan bersama kecerahan
Aku nikmati saja
Tanpa harus berandai-andai
Dan kita pun menikmati halte sepanjang malam
Selamat malam kota kembang....
(catatan perjalanan)
*****

Rindu Kampus Bunga

Lama gak menyinggahi kampus bunga, malam ini ditengah rintik hujan, ada kerinduan tuk menikmati suasana harmoni, suasana learning, suasana pandang dengar. Maka bergegas aku memacu kendaraan ditengah jalan yang ramai lancar dan kotor oleh sampah sisa hujan yang terhanyut.
Dan ada rasa harmoni itu
Dan ada rasa learning itu
Dan ada rasa beda itu
Dan ada rasa canda itu
(Duh, seabrek tugas sudah diambang penyelesaian)
(Duh begini ini, ditinggal two week jadi segerobak)

Tapi itu kan konsekuensi
Yang penting happy menjalani semua jalur-jalur itu
Yang penting suka aja melewati bagian aktivitas hari
Dan
Mampu mengisi hari menjadi sesuatu nilai tambah
Sembari menikmati keindahan taman bunga
Sembari menikmati keindahan kampus bunga
****

Thursday, December 07, 2006

Rantai Pertemanan

Kalau temen lama ngajak deal lunch itu tandanya dia (setidaknya) sedang berada dalam kondisi syukuran atau apalah namana, seperti juga deal hari ini untuk menentukan when nya. Dan mengundang temennya itu juga artinya dia ingin bagi-bagi info syukurnya. Maka ketika ada ajakan untuk itu, aku oke-oke saja. Dan ini yang menjadikan aku “terhormat gitu”, siapapun diantara anggota group yang ngajakin lunch bareng selalu mengatakan begini : Menunggu kesiapan waktu sampeyan (aku) tersedia.

Nah inilah rantai pertemanan yang sohib, tidak pernah renggang ikatannya walaupun tidak memasuki wilayah privacy masing-masing. Ketika ada yang perlu “dirayakan” entah itu moment apa aja, selalu pos pertanggungannya adalah kumpul bareng dan makan siang bersama sembari menyambung kalimat dengan respons ceria (Lagian ngapain juga cerita yang bikin susah hati).
****
(Naskah cerita itu dipending dulu aja lagi, diendapkan dulu, sampai tiba saatnya untuk diberikan dan dipublikasikan..)
(Thanks to Yn atas cerita bersambungnya yang menceritakan kisah-kisah mata rantai yang hilang. Asyik juga ndengerinnya loh..)

Wednesday, December 06, 2006

Semoga Mabrur, Fren

Ada yang mau pilgrim, dan kita pun lunch bareng, sembari mendoakan, mengharapkan dan meniscayakan semuanya berjalan based on time with spirit, spirit of Hajj, to become attitude mabrur and come back to your country bring kebeningan sikap, gitu loh Fren.
Selintas bayangan tentang Tanah Suci membayang. Betapa kesyahduan, kedamaian mewarnai langkah-langkah ibadah. Ya 3 tahun lalu, menapaktilasi perjalanan Rasul, sembari selalu memanjatkan doa, memeluk Ka'bah, tak mampu membendung air mata, bersujud, tawaf, sai, wukuf, mina, jamarat, Subhanallah.
Banyak pengalaman spiritual yang kudapatkan, dan itu tidak masuk dalam wilayah rasio dan logika. Pengalaman itu adalah wilayah aqidah, wilayah hati, wilayah bathin dan Tuhan mempertunjukkannya dan membalasnya dengan tunai. DitunjukkanNya kekuasaan dan kebesaranNya tanpa harus "mengumumkannya" dan semakin memberikan suasana kedekatan hati. Allahu Akbar.
Ya, moga-moga aku masih bisa berkunjung ke rumahMu, Baitullah
Ya, moga-moga aku masih bisa memeluk rumahMu, Ka'bah
Ya, moga-moga aku masih bisa bersujud di Masjidil Haram
Ya, moga-moga aku masih bisa bersimpuh di Masjid Nabawi
Amien..
****

Tuesday, December 05, 2006

Last Two Days

Tuesday Notes
Mengisi hari dengan aktivitas rutin, dan berkonsentrasi pada penyelesaian job yang menuju reporting. Meskipun begitu, tidak ada yang perlu diburu karena semua telah disetting untuk selesai pada waktunya. Maka silaturahmi yang lain mengisi sejumlah menit percakapan, membagi kabar, membagi cerita, membagi berita, membagi kisah sembari mengatakan sambung kalimat yang berbalasan tanpa koma.
Lembar catatan sesungguhnya adalah silaturrahmi pada hati seperti juga ketika kita bertemu wajah, beradu senyum dan saling mengungkapkan headline kabar yang perlu dikabari. Silarurrahmi itu sendiri adalah catatan sekian lembar yang menjadi penyejuk suasana, pencair situasi dan jembatan komunikasi yang menyentuh wilayah rasa dan rasio.
(Malam, mengisi kebugaran dengan tennis, dan memang jadi bugar dan ringan)
(Thanks to Dw atas make spirit of my heart. Semoga aku bisa menjalaninya dengan semangat yang going concern ya..)
(Ada yang menyejukkan di sinar mata indahmu dan senyum cerahmu ketika aku menyentuh jemarimu yang lembut itu..)
*****
Monday Notes
Ada beberapa hal yang surprise (kalee aja gak tahu infonya), dengan kedatangan top institusi bersama barisannya. Dan suasana jadi menyenangkan manakala obrolan informal diselingi canda mengisi ruangan. Ketika aku ditawarkan untuk mengisi pos di pusat institusi, langsung kujawab tidak, karena aku lebih senang menikmati kota yang sudah menjadi idamanku sejak pertama kali menyentuhnya. Biarkanlah semuanya apa adanya, kunikmati saja hari-hari rutin dengan biasa-biasa saja sembari mengharap mudah-mudahan ada celah tangga yang dapat kunaiki pada saatnya.
Penjelasan formal melalui orang pertama tentu saja menyejukkan sekaligus memberikan spirit baru tentang nilai, tentang kegunaan, tentang value, tentang reward. Semuanya kucerna dan menjadi siraman yang menyejukkan manakala hati terasa kering dan ingin berlari sejauh mungkin.
(Letih mengguyur diri, maka pulaslah aku ketika waktu masih beranjak ke 20.00).
*****

Monday, December 04, 2006

Sebuah Cafe, Sebuah Saat

Biarkanlah semuanya mengalir apa adanya
Persetujuan tentang janji adalah deklamasi hati
Biarkanlah semuanya berjalan apa adanya
Persetujuan tentang fragmen adalah kenyataan hari

Sembari menyeruput cappucino dingin
Dan mencicipi breef berselimut tepung manis
Menunggu saatnya keberangkatan
Menyimak hiruk pikuk keramaian koridor
Ditingkahi deru mesin yang hendak take off

Sekali lagi
Aku dengarkan kisahmu
Aku apresiasikan perjalananmu
Aku intimasikan rangkaian kalimatmu
Aku tempatkan kado bingkisanmu
Aku bentangkan karpet merah untukmu
Persetujuan tentang judul cerita yang kamu bawa
Adalah pertemuan dua naluri yang berlapis legit
Persetujuan tentang tema kisah yang kamu bingkiskan
Adalah perjamuan titian kesepakatan berlapis hot mix
(Serena, Sebuah Saat, Adtjp, 0212)
****

Biru Malam Sepanjang Malam

Lampu temaram menemani
Persinggahan beberapa saat menoreh catatan
Untuk kemudian menuju episode perjalanan
Membelah, memecah dan menjelajah
Menapaki, meluncur bersama laju kecepatan
Menyelesaikan perjanjian tiket yang diterakan
menuju tujuan yang disempatkan datang

Ceritamu kudengarkan
Ceritamu kusimak
Ceritamu kuberi senyum
Ceritamu kuberi noktah
Ceritamu kuberi catatan

Sembari mengatakannya berulang-ulang
Terkesima
Terpesona
Terhanyut
Terbawa
Irama kamu adalah keterpesonaan itu
Nyanyian kamu adalah kehangatan itu
Lagumu adalah suasana itu
Nadamu adalah cerita tanpa koma
Biru malam sepanjang malam
Menjelajah lintas selatan
Bersama dingin malam
(Serena, sebuah saat, 0212)
****

Sunday, December 03, 2006

Serena, Sebuah Saat

Duhai tak kusangka
Duhai tak kuduga
Begitu indahnya
Begitu cantiknya
Tak dapat terlukiskan

Betapa persinggungan ini menjadi kejelasan
Betapa perjalanan ini menjadi kebersamaan
Betapa hitungan perjalanan ini menjadi catatan
Betapa akhirnya keanggunan yang kau tampilkan
Betapa akhirnya kerelaan yang kau limpahkan

Maka boulevard senja di keramaian rintik hujan
Adalah testimoni perjalanan pedesterian
Menikmati pizza sembari mengulang barisan kata
Menikmati keindahan kamu pada sejuta pesona nada

Ya kamu adalah nada yang menjadi harmoni hati
Ya kamu adalah selendang sutra bermandi rindu
Ya kamu adalah ungkapan pesona tanpa harus berkata
Ya kamu adalah bingkisan kado pita merah
Ya kamu adalah persimpangan yang tak pernah hilang
(Catatan 01122006)










Catatan Cipanas

Bertemu itu adalah jabat tangan
Bertemu itu adalah silaturrahmi
Bertemu itu adalah perluasan nilai
Bertemu itu adalah ungkapan berdurasi senyum

Maka banyak yang bertanya
"Oh ini yang namanya....."
Terus kujawab : "Oh ya, inilah aku".
Maka kita pun berjabat lagi
Sembari memberikan kabar seputar diri

Banyak yang kudapat
Banyak yang kutimba
Banyak yang kuperoleh
Banyak yang kugali
Ketika mentari bergerak menuju senja
Semua kutinggal tuk menyetarakan bugar
Dan begitu sesaknya rasa diri
Seakan tidak tahu berada dimana

Begitupun
Kebersamaan dinner adalah ruang keakraban
Yang mampu menghilangkan rasa jenuh
Yang mampu menumbuhkan rasa kolektif
Yang mampu membangkitkan rasa ingin
Dinginnya pegunungan ini memberikan rasa teduh di hati
Selamat malam, selimut malam
(Catatan Thursday 301106)
****

Ketika Mau Tumpah

Ketika mau tumpah
Tumpahkanlah
Agar menjadi jelas titik singgungnya
Agar menjadi jelas titik kulminasinya

Maka kutumpahkan saja
Maka kualiri saja
Seperti air yang mengalir
Seperti air yang menuju
Seperti air yang mengarah
Biarkan saja
***
(Malam, menjelajah lintas utara, sendirian, menikmati kesendirian, bersama ayunan, bersama lantunan, bersama hati, menjelajah perjalanan yang sedang kunikmati tanpa harus berandai-andai).
(Catatan Tuesday 291106)