Wednesday, May 31, 2006

Sebuah Kampus, Bunga dan "Bunga".

Letaknya agak ke Barat Daya kota, di perbukitan yang rindang, teduh, persis di sebelah jalan Tol. Gedungnya cukup megah bertingkat model joglo, bangunan khas Jawa dan disekelilingnya yang asri itu ditumbuhi pohon dan taman bunga warna warni menambah daya tarik untuk sebuah kampus yang ideal, agak terpencil namun sangat cocok untuk menimba dan mengambil sari ilmu. Dari gedung ini pula aku dapat memandang kotaku yang atlas itu sepuas-puasnya sembari melepaskan kepenatan diri.
Taman bunga yang warna warni tadi semakin diperindah juga dengan "bunga" yang lain, yang elok dipandang mata dan kadang membangkitkan gairah untuk memandangnya lama-lama, dan ini yang kadang bikin greget : semakin dipandang malah ikut memandang balas, duh, sampai hampir lupa tujuan untuk datang ke sini.
Dan mengapa bunga itu begitu "warna-warni", itulah yang menjadikan kampus ini semakin menjadi catatan tersendiri bagi siapa saja yang berkunjung, kuliah atau sekedar berjalan-jalan mampir. Bunga-bunga yang elok dan indah dipandang mata itu setidaknya mampu menyegarkan "jarak pandang" dari sebuah pandangan yang letih memandang warna rutinitas.
Namun hatiku tetaplah menyimpan sebuah bunga, bunga taman hati, bunga sedap malam, bunga yang membuat hati menyimpannya dalam sebuah perhiasan matahati.
*****

Tuesday, May 30, 2006

Kesetiaan Matahari, Keteduhan Matahati

Matahari adalah ikon kesetiaan, matahari adalah perlambang kesetiaan dan dengannya aku bisa menimba banyak asa, ikhtiar dan promise. Kesetiaan dan kehangatan matahari mampu membangunkan matahati yang dingin, tanpa asa dan tanpa promise. Kehangatan matahari adalah sumber inspirasi bagi terciptanya aliran rutinitas yang oleh banyak orang dianggap sebagai hal yang biasa.
Padahal, kesetiaanmu yang terbit di timur setiap pagi adalah realisasi promise yang menampung ikhtiar dan harapan bagi seluruh makhluk. Kehangatan sinarmu mampu memberikan asa, memberikan harapan, memberikan makna bagi setiap proses analisis dan sintesis. Bukankah proses itu hanya terdiri dari analisis dan sintesis dan itu bisa dilakukan karena adanya kehangatan sinarmu yang memberikan energi dan spirit perjalanan.
Matahati adalah seberkas sinar yang mampu mengedepankan eksistensi makna menjadi sebuah warna putih jernih dan mampu memandang ikhtiar dan promise sebagai amanah. Matahati adalah bagian dari kemampuan mengadopsi kehangatan sinar matahari menjadi keteduhan prisma warna yang memberikan keniscayaan pada eksistensi yang tahu diri. Aku ingin menjadi matahari bagi diriku dan menjadi matahatinya matahari agar mampu mengolah ikhtiar dan promise menjadi keniscayaan.
****
(Siang ini aku harus pamit dari ruang kerja karena sekujur badan merasa letih, dan sampai di rumah kunikmati secara total istirahat tidur siang sampai matahari menjelang tenggelam, dan setelah itu matahatiku menjadi bugar dan segar).

Monday, May 29, 2006

Persepsi dan Prasangka

Sejatinya aku ingin membuka jendela matahari pagi dengan matahati bening, tanpa persepsi. Sejatinya jua aku ingin membuka lembaran hari dengan matahari yang mampu memberikan kehangatan matahati, tanpa prasangka. Tetapi justru persepsi dan prasangka itu telah memberikan kelabu awan hangat pada sebuah penceritaan yang menjadi lakon tanpa skenario, hari ini.
Ya, tanpa skenario, tanpa fragmen, tanpa jalan cerita selain "menikmati keharusan" membaca persepsi dan prasangka. Mengapa someone cenderung lebih percaya pada cerita yang dilontarkan dan kemudian memberikan kesimpulan absurd tanpa melalui hipotesa.
Mengapa cerita hati dan suara hati diantagoniskan dengan cerita bertendensi persepsi tanpa memberikan kesempatan pada apa yang disebut ruang penjernihan. Mengapa ruang rasa yang diisi dengan taman bunga warna warni dan keindahan dilempari dengan awan panas prasangka, padahal sejujurnya aku tetap memelihara kamar rasa itu, membungkusnya dengan parfum rasa beraroma cinta kasih dan mengikatnya dengan pita merah jambu.
Hari ini awan panas itu terasa sampai ke relung nadi, relung sendi dan lava pijarnya menyentak menyapu adrenalin. Bergegas aku mengambil wudhu dan bersujud mendinginkan rasa berbumbu marah, mendinginkan rasa beraroma pedas sembari melantunkan tombo ati dan memeluk kamar hati.
Sometimes cerita yang kita lakoni pada sebuah hari tidak memiliki bumbu penyedap selain rasa pedas. Dan hari ini kunikmati pedasnya prasangka dan persepsi yang dituturtinularkan.
****
(Thanks to "Catatan Wulan", imel canda dari Ofie, Arum, Mami, Yanto, Berdit dan Imount. Berbalas imel, berbalas canda memberi warna pencerahan dan semakin mengikat kita dalam kebersamaan group milis, always)

Sunday, May 28, 2006

Libur Panjang, Duka Yogya

Menikmati liburan panjang empat hari sungguh merupakan hari-hari yang menyenangkan. Kamis rencananya akan traveling to Solo namun kondisi kesehatan yang kurang baik ya di cancel aja. Namun begitu aktivitas variasi tetap dijalankan dengan catatan : hilangkan suasana kantor dan ganti dengan kegiatan lain terutama yang bersifat hobby. Maka aku benahi perangkat home theatre di rumah kemudian menikmati musik karaoke dengan lagu-lagu kesukaanku.
Aktivitas Jumat lebih banyak diisi dengan langkah religi termasuk mengajak rombongan keluarga untuk sholat Jumat di Masjid Agung yang besar dan megah itu. Dan tidak disangka bertemu pula dengan sahabat cucak rowo dari Balikpapan yang ternyata sudah pindah ke Bandung itu. Walaupun sesaat setidaknya mampu meraih kembali rajutan tali silarurrahmi.
Saturday, lebih banyak diisi dengan kegiatan bersih-bersih dan belakangan ini aku lebih senang ngurusin taman bunga, ya bunga ya taman sebuah perpaduan yang bicara keindahan dan keindahan. Tak jauh beda dengan sebuah hati yang diisi dengan taman bunga, tentang keindahan dan sinar mata indah. Duh, jadi romantis lagi dan bergegaslah aku menyanyikan lagu di karaoke home theatre. Usai istirahat siang bergegas nonton MI3 di Citra I dan bertemu dengan 2 rekan kerja, ketauan tuh hobbynya nonton juga dan akhirnya saling guyon via sms, duh akrabnya.
Ahad sengaja berkunjung menelusuri kawasan yang terkena bencana gempa, mengambil jalan arah Kartasura, Klaten dan Yogya. Sepanjang jalan itu banyak ambulans dan kendaraan yang membawa bantuan sandang pangan. Suasana duka mewarnai segenap lapisan. Bencana ini benar-benar mengharu biru bathin dan melahirkan duka dan luka psiko yang dalam. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
Sementara Merapi hanya menampakkan tubuhnya sebagian ketika Kaliurang kembali menyongsongku sore Ahad ini dan tak lama kabut dingin menyentuh dan mengharuskan turun untuk kembali menjelajah Yogya yang berduka.
Aku turut berduka duhai Yogya.............
(Tiba-tiba mataku memerah dan terbata menyaksikan puing-puing kehancuran itu)
**************

Tuesday, May 23, 2006

Cahaya Hati

Berjalan bersama nurani (nuraini=cahaya hati) memberikan genggaman makna yang mampu mengedepankan kendali rasa tahu diri, rasa tahu arti, rasa tahu nilai. Demikianlah perjalanan menyelesaikan hari rutin hari ini dan mencatatnya sebagai bagian "apa yang kuniatkan, apa yang kuingini dan apa yang kuperoleh" serta berupaya mendapatkan saldo perspektif yang menjadi capital expenditure menyongsong lisensi hari esok.
Cerita tentang sosok diri yang dikawal nawaitu untuk selalu memulainya dengan menyebut asmaNya, beranjak menuju jalan-jalan yang biasa kulewati dengan senandung dan kumandang nyanyian hati, mengantarkan setiap persimpangan jalan dengan mencoba memahami apa yang ada pada setiap naluri dan keinginan.
Begitulah, perjalanan bersama nurani memberikan rasa kebersamaan yang diadoni dengan bumbu-bumbu penyedap pandangan manakala sinar mata menyentuh alur kesibukan di setiap sudut yang dilewati. Ada yang tergesa-gesa, ada yang bingung, ada yang terbuka roknya, ada yang melirik dengan sinar mata yang nakal, ada yang lurus saja pandangannya. Ya, itulah suasana simpang susun yang menjadi warna, suasana simpang susun yang menjadi catatan perjalanan dan mencoba memaknainya dengan nurani bening.

Monday, May 22, 2006

Biarlah Orang Mau Bilang Apa

Puasa hari ini tidak terasa karena "dibantu" oleh langit mendung seharian dan di ruang kerja sengaja "hemat cakap" sembari berupaya menetralisir suasana hati yang lagi"abu-abu".
Biarlah orang mau bilang apa, biarlah orang mau ngrumpi apa, yang penting aku tetap menjaga nilai-nilai norma dalam etika gaul yang kujalani, toh kebenaran ada didalam hati dan tidak perlu dikumandangkan, meminjam lirik lagu Ebiet, kebenaran ada didalam hati, biar Tuhanlah yang mendengar.
Menjaga nilai norma inilah yang selalu kupegang teguh sekaligus sebagai medan uji ketika berhadapan dengan kemungkinan "berjalan di tangga hasrat". Aku selalu berupaya menetralisir suasana hati dengan lebih baik mengadu pada setiap tahajjud dinihari. Mengadu pada pemilik kemutlakan akan selalu disapa dengan keheningan selimut embun malam yang membisikkan nilai kebeningan hati. Menyapa dan menyapu nadi hati dan mengabarkannya pada sebuah highlight : biarlah orang mau bilang apa, cerita kebenaran ada pada merah hati, pada kejernihan yang menjadi perlambang definisi kejujuran.
Puasa hari ini setidaknya ingin mengajak seluruh komponen diri, memperteguh nilai istiqomah, menjaga nilai agar tidak terpeleset, memastikan keyakinan pada kejujuran bahwa estetika nilai pergaulan terletak pada nawaitu membangun silaturrahmi dan pertemanan serta kasih sayang. Bukankah hati tempat bersemayamnya nilai-nilai itu, dan tidak salah jua jika bungkusan forever love tetap tersimpan pada kamar hati ini.
Subhanallah,-

Sunday, May 21, 2006

Campursari Weekend

Ya, karena kesibukan yang saling tabrakan waktu setidaknya dua deal Jumat ini jadi delay, yang pertama janjian dengan group Wulan Cs utk lunch together after Sholat Jumat gak jadi karena bersamaan dengan pengambilan rekaman gambar MDQ, yang kedua deal dengan dua FL delay too because ada hal yang lebih urgen (katanya sih..).
Weekend Saturday pengennya menikmati Mission Impossible III di Citra I namun karena jam tayang sudah mulai jadi ganti dengan nonton Posseidon di Citra IV, sekedar menjawab rasa penasaran pada iklan film layar lebar ini. Dan memang secara trick Posseidon berhasil sempurna melakukannya, hanya jalan cerita jadi hambar karena tidak ada loving dramatically seperti pada Titanic.
Ada rasa puas menikmati weekend dengan mengalihkan rutinitas pekerjaan ke aktivitas lain misalnya Ahad pagi menjadi cleaning service my car, bersih-bersih taman bunga dan menikmati suasana Mall dengan sejuta keasyikannya. Setidaknya berupaya memberikan variasi pada apa yang disebut kesibukan rutinitas yang kadang membuat diri jenuh.

Thursday, May 18, 2006

Menyanyikan Hati

Boleh juga kalau disebut menyanyi menjadi obat pelipur lara, setidaknya menyamakan posisi hati dengan lagu yang dinyanyikan. Siang ini after lunch, aku dan rekan kerja tiba-tiba saja kok pada demen karaoke, maka dibukalah studio karaoke yang memang selalu stand by di ruang rapat.
Lagu-lagu Ebiet yang kunyanyikan rasanya kok sama dengan suasana hatiku saat ini dan Ebiet memang salah satu favoritku sejak dulu. Album Camelia I, II, III, IV, Langkah Berikutnya dan album seterusnya masih ada dalam koleksi kaset di rumah.
Dan setelah bernyanyi dan "meneriakkan" suasana hati, ada rasa yang mengalir dan mengaliri kembali relung hati untuk bernyanyi dalam hati, ya didalam hati saja dan menyanyikan hati karena hati adalah pusat rasa serba ada termasuk rasa yang ada dalam syair lagu Ebiet.

Wednesday, May 17, 2006

Heartwitness

Dua baris lirik Kerispatih-Kejujuran Hati- versiku :

Sesungguhnya ku (dah) rela
Jika kau tetap bersama dirinya
...................................
...................................
(atau bersama yang lain)
(eyewitness, heartwitness)
(Astro Cafe, tonight)

Tuesday, May 16, 2006

Ringroad Merapi

Idenya sesaat saja, karena penasaran itu, maka berangkatlah kafilah penggemar Merapi sore ini. Sebanyak 9 orang, 5 diantaranya gadis-gadis maniss (putri paman petani, kata lagu KoesPlus) melaju menuju selatan sambil bercengkerama dan tertawa lepas.
Perjalanan sengaja memutar melalui Salatiga, Boyolali, Kartasura, Klaten dan Yogya. Di Boyolali sebenarnya bisa melihat lava pijar tapi yang ditunggu gak muncul, Kafilah meluncur lagi menuju Kartasura dan Klaten dan disini mampir sebentar untuk dinner together.
Memutar ringroad Yogya juga gak mampu melihat si misteri Merapi sampai akhirnya kita berhenti di kawasan Turi bersama warga Yogya yang ramai lancar menyaksikan munculnya si lava pijar. Juga gak muncul-muncul walaupun kita sudah rela hati bergelap-gelap ria di sebuah jembatan bersama barisan orang yang sabar menanti.
Dan karena gak muncul-muncul juga, ya pulang aja deh karena waktu sudah menjelang dinihari. Akhirnya rombongan pecinta Merapi balik lagi menuju Semarang via Magelang. Aku yang dalam kondisi kurang sehat agak sedikit kecewa namun nilai perjalanan itu punya value sendiri, setidaknya mampu mengelilingi ringroad Merapi karena rasa ingin itu.

Monday, May 15, 2006

Maaf ya An,

Maaf ya An,
Meeting yang cukup panjang hari ini tidak mampu mengantarkan kamu sampai take off disamping kondisi kesehatanku yang lagi tidak fit. Tidak ada maksud untuk membuatmu kecewa dan merenggangkan nilai pertemanan kita yang sudah terjalin demikian lama. Selamat jalan dan selamat sampai di tujuan yang menjadi rumah kamu, lahan kamu dan "tanah air" kamu.
(Aku tahu kamu kecewa, buktinya kamu kirim SMS tanpa kata, hanya sebuah garis datar tanpa makna)
Persahabatan, pertemanan dan bahkan persaudaraan kadang harus diuji dengan situasi dilematis yang mengharuskan salah satu harus "mengalah", namun aku yakin nilai silaturrahmi yang telah kita bangun, bina dan kembangkan selama ini akan mampu mengalahkan ujian hari ini.
Maafkan aku ya .....

Sunday, May 14, 2006

Sunday Sun Rise

Sunday Sun Rise, matahari bersinar ramah bersama rasa damai yang menyelimuti sekujur diri. Menjalani hari libur dengan mempersiapkan materi MDQ dan mengambil rekaman gambar MMQ.
Semua berjalan baik, walaupun untuk kesempurnaan akan diulang pada Selasa nanti. Semua berjalan apa adanya dan keinginan untuk "menjenguk" Merapi jadi batal karena ketiduran di siang hari sampai waktu ashar hampir usai.
Semua berjalan normal, bersama nyanyian hati yang selalu bersenandung dan melantunkannya untuk sebuah nama. Ya, lebih baik bernyanyi bersama hati yang bersenandung untuk sebuah tembang : pada sebuah nama.

Saturday, May 13, 2006

Pizza

Tiba-tiba saja kok rindu sama Pizza, maka setelah bersepeda santai dan melakukan korve rumah, halaman dan mobil secara gathering, aku dan keluarga meluncur ke Java Mall naik mobil jam 10 lagi. Maksudnya lokasi Mall itu sebenarnya dapat dicapai dengan jalan kaki sekitar 3 menit dari rumah namun sengaja bawa mobil untuk melanjutkan perjalanan santai lainnya. Mengapa jam 10.00 ya itu tadi biar gak antri, lha wong nggolek panganan kok antri, ya jadi cari waktu yang lebih pagi.
Dan aku pun melahap beberapa menu favorit Pizza 4 rasa dengan jus avocado ditambah brief dan spagheti, diakhiri dengan ice cream. Benar-benar puas menikmati pizza dan sekaligus "membeli suasana". Bukankah kepuasan itu ketika kita mampu "membelinya" untuk kesenangan hati dan sekaligus memberi rasa kenyang pada perut, tak lupa tentunya selalu bersyukur padaNYa yang telah memberi nikmat dan karunia, sehingga aku masih mampu menikmati suasana akhir pekan dengan ceria.

Thursday, May 11, 2006

Lesehan Dibayar Karaoke

Rencananya sih mau lesehan menikmati malam Solo setelah siangnya menghabiskan energi rapat di Comfort Inn dengan rekan kerja, dan memang jadi lesehan tapi ya itu tempatnya gak mutu, menu yang disajikan juga gak uennak banget hingga sempat juga aku melontarkan kejengkelan tentang ketidakenakan itu. dan memang rekan lain yang jumlahnya 9 orang itu "sepakat" menyamakan persepsi bahwa kita salah masuk tempat lesehan, tapi apa mau dikata jalani saja apa adanya(wong sudah terlanjur masuk).
Sepanjang trotoar menuju Comport Inn, aku menawarkan pada rekan lain untuk melepaskan kejengkelan tadi dengan bernyanyi ria, berpaduan suara di Karaoke. Akhirnya yang lain setuju, jadilah kita cari tempat yang "layak datang", maksudnya memang untuk murni berkaraoke bukan untuk yang lainnya, dan itu ada di NAV.
Dan bernyanyilah kita bergantian, beriringan, bersamaan dan menumpahkan isi hati lewat lagu-lagu yang kita minati. Semua bersemangat dan berenergi menyumbangkan vokalnya, meneriakkan irama terukur yang menjadi kesenangan hati. Ya, media ini ternyata mampu "membayar" semua kejengkelan akibat selera yang gak pas di lesehan tadi. Aku sendiri melantunkan beberapa lagu pilihan hati yang lagi menyirami hits suasana hati hari-hari belakangan ini : Boulevard dan Bukan Diriku.
Solo di waktu malam, kejengkelan lesehan mampu dibayar oleh kumandang lagu-lagu Karaoke, dan malam ini tidurku terasa pulas sampai tidak mampu untuk bermimpi.












Tuesday, May 09, 2006

Wellcome

Wellcome to Java Dwipa
I will give you full smile
I will give you confortable traveling
I will give you enjoy with inner city
I promise give you a special souvenir

Nothing To Lose

Kadang ada langkah dan cerita yang kita tidak duga dalam menjembatani lembaran hari bersama matahari yang setia menemani matahati. Ketika harapan tentang dibukanya matahati untuk apa yang disebut berbagi kasih sayang dengan orang yang kita (ingin) sayangi tertutup oleh kabut ungu berbagi rasa kasih, cerita yang dibungkus kemudian adalah pertemuan matahati dengan lintasan-lintasan fragmen yang sempat menjadi bagian cerita past tense. Dan pada semua cerita itu, episode yang ingin diceritakan kembali adalah membuka rangkaian perjalanan yang dikemas dengan perjanjian matahati untuk mencermati dan mengapresiasikan ruang hati dan sudut-sudutnya.

Aku ingin menikmati semua itu apa adanya tanpa harus memproklamasikan lagi apalagi membungkusnya dengan kado berwarna pink. Aku lebih suka cerita dan warna biru malam, sebuah warna yang menjadi favoritku dan sekaligus menemani malam-malam heningku manakala menumpahkan pengaduanku padaNya. Ya, aku lebih senang menikmati suasana hari, pergantian hari dengan mengalirkan seluruh rasa dan rasioku pada genggaman matahati yang disinari matahari sejati.

Kalaupun nanti terjadi pertemuan dengan kisah-kisah (yang berjanji akan datang), aku juga ingin menikmati itu seperti bagian dari perjalanan mengatasi rasa hambar dan berupaya mengadoninya dengan terigu beraroma bunga. Sungguh, menikmati suasana kombinasi antara reality, rasio dan rasa untuk memberikan pelajaran pada hati agar tidak berkubang pada satu rasa dan mengalahkan rasio dan realitas dihadapan. Aku ingin mengaliri perjalananku dengan nothing to lose, apa adanya dan membiarkan matahari dan matahati memberikan kesimpulan. Toh perpaduan tentang kesetiaan keduanya adalah bagian dari kesetiaan menjunjung rasa kasih sayang, berbagi kasih, bercerita tentang keindahan ruang hati yang disinari cahaya violet.

Pada semua kesimpulan itu, decision yang menjadi panduan langkah dan arah my heart adalah berupaya membungkus kembali sebuah nama yang senantiasa menghias dinding hati, menjadi lukisan hati dan menyimpannya sebagai fragmen bertajuk : Forever Love With Beautiful Eyes.

Monday, May 08, 2006

Kesucian Rasa

Wulan memberikan bingkisan lagi, kali ini berupa souvenir untaian pilihan kata untuk dicerna dan dikunyah dengan mata hati. Duh, aku harus berkata apa dan "nak cakap ape" untuk sebuah apresiasi dan cerita siraman air bening nan dingin yang mampu membuka lembaran-lembaran berkisah "Titanic" yang menggerus rasa itu.
Bagaimana sebuah cerita mata hati ditumpahkan dan disaring untuk disajikan sebagai menu pemantik rasa, padahal kisah-kisah yang menjadi tema audiens adalah bagian dari sinetron yang dikedepankan untuk memanfaatkan peluang mengambil yang terbaik sebagai penambah rasa dan pemanis hati.
Wulan, bukankah cerita yang pernah disajikan adalah mempertontonkan nilai etika, moral dan kesejatian rasa dan sekaligus menepis warna seronok yang membuat mata hati berubah menjadi mata kaki, mata yang tak bermata. Bukankah episode itu adalah bagian dari pematangan rasa dan rasio untuk dipersembahkan pada kedewasaan peran. Dan cerita itu telah dibuktikan dengan memberikan nuansa pelangi kesejukan yang mampu menenggelamkan arogansi menjadi keteduhan dan kesucian rasa.

Sunday, May 07, 2006

Mengalir saja

Mengalir saja, seperti air, perjalanan menghabiskan akhir pekan. Sepanjang Sabtu menghabiskan waktu menikmati suasana cuaca Semarang yang lagi susah diprediksi, siang bisa panas banget, nggak lama hujan turun disertai angin kencang, dan banjir satu jam menguasai Simpang Lima dan jalan Pahlawan Sabtu sore. Ini sudah terjadi beberapa hari ini.
Ahad pagi, mengalir saja, mengikuti dan menikmati sepeda santai bersama warga Semarang yang lagi merayakan ultahnya. Menikmati rute-rute keliling kota, berdesak-desak ria diawal start, sambil menikmati musik lewat walkman, jadilah perjalanan bersepeda with my wife dan rekan kantor yang kukenal menjadi nikmat, berolahraga sambil menikmati musik dan "bersekutu" dengan tumpleknya warga Semarang yang memenuhi sepanjang jalan Pemuda.
Ya mengalir saja ketika namaku disebut dapat doorprize, walau hanya sebuah jaket setidaknya ini mematahkan asumsiku selama ini dalam sejarah doorprize hampir gak pernah dapat, kali ini dapat juga walau harus nunggu sampai menjelang siang.
Letih sekujur badan baru terasa ketika sore menjelang, dan tetap saja mengalir suasana menikmati hari-hari libur sambil mempersiapkan jadwal perkuliahan dan sekaligus menyelesaikan tulisan Essay Prize untuk ikut diperlombakan di tingkat Divisi.
Aku ingin mengalir saja
Aku ingin seperti air
Aku ingin mengalir seperti air
Dan menikmati jalannya air bening

Thursday, May 04, 2006

Keki, Prime Time

Mati lampu di jam prime time membuat keki juga, akhirnya daripada bergelap-gelap ria hanya ditemani lampu emergency, mending keluar rumah bersama keluarga menikmati lampu-lampu malam Semarang. Kemudian mencoba menelusuri rute sepeda santai yang akan dilaksanakan minggu pagi nanti, ternyata "lumayan" juga rute yang menjelajah Semarang bawah itu. Akhirnya menuju kawasan jagung bakar di Mugas untuk menikmati makanan kesukaan yang jarang kusentuh.
Kita memang perlu menyentuh suasana lain untuk menghilangkan kejenuhan itu dan melupakan hal yang membuat kita gondok, keki, nesu dan yang sebangsa dengannnya. Dengan begitu setidaknya ada ruang baru yang masih putih untuk dipilih bersama detak detik perjalanan rutinitas.
Malam ini aku mampu menghilangkan itu semua.

Wednesday, May 03, 2006

Jalan-jalan Nurani

Syair lagu Samsons sepekan ini menemani jalan-jalan nuraniku :

setelah kupahami
aku bukan yang terbaik
yang ada dihatimu
tak dapat kusangsikan
ternyata dirinyalah
yang mengerti kamu
bukanlah diriku

kini maafkanlah aku
bila aku menjadi bisu
kepada dirimu
bukan santunku terbungkam
hanya hatiku berbatas
tuk mengerti kamu
maafkanlah aku

walau ku masih mencintaimu
...................................
dst,dst

(Special Thanks to : Farida Uning, Puji, Edy Jamiat, Edy Surianto in Balikpapan)
*******************

Tuesday, May 02, 2006

Sekolah Lagi

Setelah bertimbang rasa dan istikharah selama sebulan ini dan dengan dorongan dari keluarga, dari ibunda, dari abang dan kakak, kuputuskan untuk registrasi MM di salah satu PT di kota ini. Ya aku termasuk tertinggal karena abang dan kakak sudah duluan menyelesaikan S2 ini, tapi gak papa, gak ada istilah tertinggal karena itu masalah kesempatan saja yang tidak kuperoleh ketika masih di luar Jawa.
Setidaknya dengan "sekolah" lagi ini sebenarnya aku ingin menggali kemampuan analisis, kemampuan merangkul disiplin ilmu dan mengasah kembali olah pikir yang belakangan ini agak tumpul disibuki rutinitas kerja. Dengan jadwal perkuliahan weekend Jumat Sabtu moga-moga aku dapat membagi waktu mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini dan Tuhan meridhoinya, amien.

Monday, May 01, 2006

Adelina Siregar

Lin, pagi ini aku sengaja gangguin kamu via sms dan telepon, sekedar berbagi cerita. Selalu begitu Lin, jika aku ngomongin sesuatu, kamu pasti selalu membukanya dengan canda dan tawa hingga aku kadang-kadang lupa mau ngomong apa. Dan itulah ciri khas kamu dan kamu memang sepupuku yang paling dekat karena sejak kita SMP, SMA sampai Universitas selalu bareng, hanya di Univ kita beda fakultas karena kamu lulus di Kedokteran USU.
Kalau aku ke Jkt, kamu selalu sedia menemani, sama seperti Iwan atau Adek, kalian memang saudara yang selalu memberi perhatian padaku. Seperti pagi ini juga kamu menemani ngobrol denganku (padahal ketika aku bell kamu sedang nyetir di jalan kan), dan kamu seperti yang dulu juga, selalu ceria, nothing to lose, easy going dan membuat aku cerah kembali. Ya aku perlu pencerahan Lin, tuk tukar pandangan tentang sketsa, tentang cakrawala, tentang persaudaraan kita, tentang suasana dan tiba-tiba saja aku kok rindu untuk datang ke Cafe Semanggi salah satu tempat usahamu yang pernah kukunjungi beberapa waktu lalu.
Begitulah, Bu Dokter, aku selalu saja terkesima dengan cara pandangmu tentang kehidupan, tentang perjalanan, tentang olah daya yang selalu kau tampilkan manakala aku membutuhkan suntikan spirit dan endurance.
Lain waktu aku akan datang lagi menikmati suasana itu.
Aku akan datang lagi menikmati suasana itu
Aku akan datang lagi