Thursday, September 27, 2007

Hanya Segitu

Sesungguhnya hanya sampai di titik itu
Manakala pandangannya yang kuyu mengejawantah
Manakala sinar redupnya dikalahkan mentari pagi
Dan tidaklah menjadi ruang kedengkian
Seperti dia
Seperti rupanya
Seperti gayanya

Tetapi sesungguhnya perjanjian itu
Adalah membagi nilai maksimal yang dibentuk
Dan pesan akhirnya adalah
Hanya sampai di batas itu
Karena dia tak mampu meneruskan kejantanannya
***

Tuesday, September 25, 2007

Ayam Sayur

Ayam sayur layu sebelum disiram air
Dikira sudah cukup kuat melakukan kukuruyuk
Ternyata hanya segitu saja
Dan wajahnya pucat pasi meminta belas kasih
Dan mulutnya terkatup tanpa omong
Tajinya yang selama ini dipamerkan jadi tulang rawan
Tak bergigi
Tak bergizi

Jadilah gelarnya lengkap ayam sayur bermental banci
Jadilah harinya seperti basah kuyup ditimpa hujan tak berawan
****

Sketsa Jalan

Memacu rangkaian hari, melihat catatan dan bacaan yang harus dituntaskan hari ini, menyelesaikan satu juz lebih untuk memberikan nilai pada sebuah hari dan berupaya mengejar penyelesaiannya agar bisa dipetik menjelang akhir ramadhan. Tambahannya adalah kajian mingguan bersama pada Senin pagi yang telah direncanakan. Sebuah kebiasaan, dan menjadi hal yang biasa dan tambahannya adalah mencoba memaknainya, mengartikannya dan mejalaninya dengan bimbingan, sehingga semakin meyakinkan tatabahasa yang harus ditaati.

Nilainya adalah sesuai yang menjadi target hari, sehingga menjadi langkah penting yang akan menyelesaikan cerita indahnya ramadhan. Dan nilai hari ini adalah memandang ketidakadilan yang difragmenkan ketika atas nama tanggung jawab bisa membalikkan kalimat, begitu saja dengan berbaju argumen. Biasalah karena nilainya adalah mengais dan mengais, kalau tidak akan mengurangi kadar niatnya. Dan itulah sekelumit pesta yang selalu dipentaskan bersama nilai rautnya. Sebuah argumen berlapis pembenaran, padahal yang ada adalah rekayasa.
****

Ahad ini terasa benar nilainya shaum itu dengan keletihan fisik, semalaman tidak tidur karena harus menghadirkan diri bergabung dengan warga lain untuk bertaziah sampai menjelang sahur, dilanjut dengan tahajud di Masjid kebanggaan. Dan pagi ini kembali harus menyelesaikan fardu kifayah itu, memberikan sepatah dua kata untuk disampaikan sebagai kewajiban ngomong, melakukan sholat janazah dan lantas mengantar ke peristirahatan terakhir. After itu, kembali harus menyelesaikan revisi dan mengantarkannya. Dan ini adalah langkah berkah karena semuanya ahirnya dapat kutuntaskan, seperti diberi kemudahan, dan memang aku menikmatinya dengan kemudahan dan lapang jalan. Nah paling tidak siang ini pengennya ingin menuntaskan istirahat siang sebagai bayaran gak tidur semalaman, namun baru menginjakkan langkah di depan ada lagi kabar duka yang harus dijalani lagi, mengunjungi on the spot insiden lalapan si jago merah di rumah saudara, bergegas kesana dan menyaksikan ganasnya api yang membakar. Dan semua dapat dituntaskan dengan 3 mobil pemadam kebakaran. Ya, musibah datang tak terduga ketika sedang menikmati ramadhan yang terik ini. Dan ini adalah rangkaian perjalanan yangtidak pernah disekenariokan, dan harus dinikmati dan dijalani.

Sesuai janji, maka buka puasa kali ini adalah menikmatinya di Pizza bersama keluarga, menikmati keletihan yang terasa itu dan menghirup segelas air manis sebagai pembuka. Alhamdulillah, terasa benar nikmatnya, terasa benar suasananya dan memberikan cahaya pandang yang berwarna ketika rasa nyaman mengaliri sekujur tubuh bersama jalannya energi dan kalori menuju dan merata. Ketika jalan-jalan hari memberikan keletihan seharian, maka nilai buka itu memberikan nilai lebih yang mampu membebaskan dahaga yang sedang memuncak. Dan ketika jam menunjuk angka sembilan, bergegas aku menuju pembaringan untuk melunaskan semua yang menjadi pusat letih serba ada untuk hari ini.
****

Plong rasa, plong rupa, plong langkah, plong angan, plong suasana
Ketika semua menjadi penutup hidangan yang dipandang berlama-lama
Ketika semua menjadi penyibuk waktu yang bersafari
Ketika semua menjadi pengganti cerita sepanjang hari
Dan selesailah sudah
Dan berakhirlah sudah
Sebuah rangkaian, setumpuk modul dan sebuku tulisan
Dapat diakhiri dengan kalimat yang menyenangkan, selesai dengan nilai
Selesai dengan jabat tangan
Selesai dengan senyum dikulum
Dan langkah Sabtu adalah menyelesaikan yang diminta
Sembari memastikan bahwa dapat menjadi catatan selesai
Dan setidaknya sudah menjelang
(Ada yang berduka, maka sepanjang malam berkumpullah, menyumbang dan membesarkan hati untuk tabah. Sebuah kecelakaan yang mengenaskan, dan itu adalah bagian takdir yang membawa catatan pada setiap cerita hari. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun)
****

Sunday, September 23, 2007

Setangkai Nilai

Jumat akhir yang menjawabnya
Ketika semua dapat kulewati dengan semangat yakin
Dan memastikan semua dapat kugenggam dengan keyakinan
Dan memang aku dapat menjalaninya dengan spirit mampu
Sembari menjabat ketiganya yang menyatakan selesai
Sembari menyambut ketiganya dengan senyum full hati
Sembari menyatakan pada ketiganya terimakasih sejati

Dan pulanglah aku menuju lega jalan
Dan memberikan kabar segera yang mengabarkan
Dan menyatakan suara pada sejumlah pernyataan
Ananda menyambut
Ananda tersenyum
Ananda memeluk
Menyatakan bening ramadhan dengan sejuta rasa
Menyatakan malam dengan dialog menyejukkan
Terimaksih pada semuanya
Terimakasih pada kesungguhan
Terimakasih pada keuletan yang dibangun
Terimakasih pada dukungan yang diungkapkan
Bahwa malam ini adalah sebuah langkah
Yang mampu diselesaikan dengan setangkai nilai
*****

Thursday, September 20, 2007

Mendulang Galian


RAMADHAN, MENDULANG GALIAN IBADAH

Oleh : H. Jagarin S.E.

Datang lagi penantian dari sebelas bulan sebelumnya, sebuah bulan purnama bulat bundar berdurasi bilangan qomariyah yang mengantarkan sejuta keindahan dan keteduhan nuraini berwajah bening. Sekuntum bunga cinta dan seikat kembang kasih sayang terbuka dan dibuka kembali oleh Allah dengan password untuk orang-orang yang beriman, melaksanakan interaksi kompleksitas ibadah di kelas utama yang bergaransi penuh. Jaminan terhadap tersenyumnya rahmat, berkat dan maghfiroh dipersembahkan kepada wajah-wajah pecinta sejati Al Quran dan Sunnah Rasul.

Adalah bukti kasih sayangMu yang memberikan sekali lagi kesempatan untuk ummat yang istiqomah melantunkan dan menayangkan pembuktian rasa tahu diri sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan spritual. Itulah sebabnya Engkau selalu memulainya dengan Yaa Ayyuhallaziinaamanu, sebagai pembatas dan kelas akselerasi yang Engkau sekolahkan dalam semester keimanan yang terakreditasi mutlak dalam ijazah ketaqwaan bergaransi jannah. Engkau tidak memilihnya dari kelas Yaa Ayyuhannaass karena Engkau memberikan nilai performansi hanya kepada orang-orang yang tahu diri dan bisa mengaca diri berkat taufik dan hidayahMu.

Adalah bukti kasih sayangMu jua yang tetap setia memberikan kesempatan pintu taubat terbuka setiap saat kepada seluruh sosok berlabel khalifah fil ardhi untuk kembali pada fithrah membersihkan semua daki khilaf, lalai dan dosa dengan deterjen pensucian tanpa harus membayarnya dengan kurs dosa yang telah menggejolakkan dan menghancurkan nilai-nilai istiqomah. Adalah Allah pula yang selalu membuka mata hatiNya untuk menerima pengampunan dalam cucuran air mata dan penyesalan nashuha yang mendalam. Bukankah ini karena rahman dan rahimNya kepada makhluk tercintaNya yang bernama manusia.

Ramadhan, begitu meriahnya sambutan yang dipestakan untuk mempertontonkan kesiapan mempersandingkan rangkaian ibadah dan pembersihan noda cela yang tercarut marut dalam perjalanan kelalaian lakon, ketidaksengajaan peran yang menyentuh titik singgung kewajiban hablumminallah dan hablumminannas. Ruang yang dipersiapkanNya membuktikan masih adanya rentang waktu untuk memutihkan pusat rohani yang terbungkus dalam bilik kamar hati dan mengadoninya dengan bahan-bahan baku rangkaian ibadah wajib dan sunnah.

Mendulang galian terbuka dengan kesempatan ibadah yang dipergelarkan dalam Tournament of Ibadah oleh Sang Khalik dengan Grand Slam Ramadhan Open, adalah karunia termegah yang dilaunching secara spektakuler melalui proklamasi wahyu yang dikumandangkan dengan kebenaran firmanMu pada qalam di surat nomor 2 ayat 183. Hanya tinggal mendulang wahai orang-orang yang beriman, tidak perlu lagi menambang dengan galian bawah tanah atau bawah laut. Sudah terbentang dalam lahan sejuta hektar yang dibentangkan dengan anugerah asma Allah diperdengarkan dan dikumandangkan pada kesyahduan dan kekhusyukan ibadah dan i’tikaf.

Bukankah itu sepenggal fragmen yang digratiskan Allah dari berjuta nikmat dan karunia yang dipancarkan tanpa harus membayar dari persewaan hidup yang diperuntukkan bagi hambaNya yang memikirkan nilai-nilai eksistensial keMahaanMu. Tidak ada nilai lain yang dapat disetarakan atau bahkan didaftarkan untuk membungkus rasa syukur menghitung kalkulasi esensial limpahan rahmatMu dalam kesempatan meraih prestasi Ramadhan yang bergelimang medali ibadah.

Lantas, ego apalagi yang akan kau jadikan sebagai alasan (wahai manusia) untuk tidak meminang Ramadhan yang Allah siapkan untuk mencuci bersih kekotoran mesin-mesin hati yang harus ganti oli. Sindiran Allah tersurat nyata dalam Ar Rahman : Fabiayyi aalaaa irobbikuma tukazzibaan, berulang kali disuarakan dalam surat cinta Allah Azza wa Jalla. Hanya orang yang berhati batu dan yang tertutup ruang hatinyalah yang akan memalingkan wajahnya dari keindahan bulan suci penuh ampunan ini.

Keangkuhan kita sebagai manusia adalah selalu melihat materialitas keduniaan sebagai target pengukur gengsi keberhasilan mengumpulkan barang titipan. Yang bernama kekayaan, jabatan dan kekuasaan. Padahal disamping sebagai barang pinjaman yang dihibahkan Allah sementara, dia juga adalah amanah yang akan dan harus dipertanggungjawabkan pada hari akumulasi perhitungan.

Keangkuhan dengan label kekayaan, jabatan dan kekuasaan sering menjadikan orang berkacamata kuda dan melihat nilai disekelilingnya hanya berukuran satu dimensi. Padahal hanya dengan ketinggian jangkauan pesawat terbang misalnya, dari jendela kabin kita dapat melihat keperkasaan yang sesungguhnya, alam yang membentang hijau dan biru dengan selimut awan yang melukis kebesaran ciptaanMu. Dimanakah bersemayamnya keangkuhan keperkasaan nisbi seorang anak manusia sehingga buta dan tuli terhadap tanggung jawabnya sebagai khalifah. Hanya ada pada sepotong hati yang merah hati, kalau dia rusak maka rusak pula instrumen kendali diri. Summa rodadnahu asfalasafiliin.

Perjalanan hidup tidaklah sekedar mencermati instink dan naluri biologis, namun lebih mutlak mengapresiasikan air hina yang dipancarkan sebagai sumber eksistensi kehadiran seorang anak manusia yang fithrah di bumi pertanggungjawaban. Untuk kemudian memberi kesaksian ibadah vertikal dan horozontal pada buku dunia yang menjadi batas waktu kehidupannya.

Perjalanan yang kita lalui sampai di batas ini dan bertemu kembali dengan bintangnya bulan (Ramadhan) merupakan saat yang tepat melakukan jurnal eliminasi dan closing terhadap setiap transaksi historis dosa dan kemaksiatan yang tidak sesuai dengan accounting treatment aqidah istiqomah. Bersamaan dengan itu marilah kita menjangkau beningnya fithrah dalam meraih kesempurnaan ibadah Ramadhan untuk membuka buku baru yang berjudul Al Fatah (kemenangan).

Selamat datang Ramadhan. Keniscayaan yang Kau hadirkan dalam berkah Lailatul Qadar adalah insentif bonus yang kadar kepekatan nilanya ada dalam genggamanMu. Kami berupaya untuk mencari dan menemukannya, namun bukan untuk menghitung profit margin yang ada didalamnya, karena nilai itu adalah rahasiaMu.

Pencarian kami adalah menjelajah menembus dinding ornamen Ramadhan, menyentuh keperkasaan asmaMu, melantunkan firmanMu, membisikkan doa, menahan beragam keinginan dunia yang tak pernah putus dan tak pernah puas. Penjelajahan kami adalah mencari ridhoMu, mensyukuri rahmat dan karuniaMu, mohon ampun atas segala dosa dan salah. Bukankah dari ridhoMu pula terbukanya semua pintu kerelaan, pintu rahmat dan keselamatan, wahai Allah.

Marhaban ya Ramadhan, wellcome beautiful month. Marilah kita masuki dan nikmati assesment center aqidah ini dengan kebeningan hati untuk memberikan nilai pencerahan iman dan istiqomah. Subhanallah.-
Semarang, 25 Sya’ban.
*****

Wednesday, September 19, 2007

Senang Rasa

Senang rasa mendengar ajakan itu, untuk kembali menapaktilasi jalan-jalan religi dan membawa sejumlah curahan hati untuk diceritakan. Tentu aku mengamininya sekaligus mempersiapkannya sebagai bagian rancangan perjalanan yang akan sangat menyentuh dan membunyikan suara-suara keteduhan. Semoga aja bisa dilaksanakan dalam waktu yang berselang ini, setidaknya mulai mempersiapkan kembali bekalnya, mempersiapkan kembali langkah-langkahnya, mempersiapkan kembali rangkaiannya. Dan Bunda pasti akan bersenang hati manakala diberitahu rangkaian langkah di hadapan ini dengan keikutsertaannya. Semoga Allah meridhoinya sebagai bagian dari pengerukan daki dan penjernihan mata air hati.
Sementara aku juga sudah menjelang selesai. Dan akhir pekan ini akan mempertahankannya sebagai bagian dari persyaratan yang diharuskan. Aku sudah siap dan tentu saja tetap ada nuansa sedikit "ganti cuaca", namanya juga akan mempertahankan, tentu harus mempersiapkan secara jelas dan mantap. Semoga berjalan sukses, semoga aku mampu memberikannya dengan segenap kemampuanku.

Tuesday, September 18, 2007

Cerita Seminggu

Cerita seminggu ramadhan adalah mengisi ruang dan kamar yang lama tak disinggahi dan kembali berupaya menjahitnya dengan untaian benang berjuntai. Ya untaian yang memerlukan jahitan untuk diukir kembali, disulam sebagai bagian dari perkuatan rasa yang berada di koridor keyakinan kebenaran.
Bahwa isian ruang dan kamar memerlukan kejernihan, untuk kemudian berupaya membersihkan kembali debu yang melekat dan tak sempat disapu selama ini. Betapa ada kesempatan yang disilakan untuk dinikmati, betapa masih ada celah untuk memastikan kejernihan adalah keyakinan untuk menggapai dengan kebeningan.
****
(Thanks untuk all fren yang memastikan dukungannya untuk keberhasilan langkah terakhirku)
(Thanks to sahabat yang memberikan sentuhan nilai ramadhan yang indah ini, semoga memberikan cakrawala pandang yang lebih luas atas semua yang bernilai jariah ini)
(Thanks atas imel yang memastikan kedekatan pertemanan grup kita. Bahwa mengingatkan itu adalah bagian dari nilai persahabatan yang telah kita jalin selama ini)
****

Thursday, September 13, 2007

Ketika Berucap

Ramadhan adalah perjumpaan tentang kesetiaan
Ketika kita kembali menyaksikan kesetiaan pintu hati istiqomah
Dan memasukinya dengan segumpal cerita berbalut perban luka
Ya perban luka
Luka pada catatan tahun
Luka pada catatan hati
Luka pada sejumlah omongan
Luka pada segumpal laku sikap
Luka pada segenggam asa di angan
Dia selalu menyambut dan membersihkan luka itu
Dan memeluk nadi hati dengan senyum kasih sayang
Dan membelai lembut sembari membersihkan luka-luka itu
Selamat datang Ramadhan
Mohon maaf atas segala daki khilaf
Mohon maaf atas segala debu dosa
Wassalam
Jagarin & Keluarga

Jawabnya :

Mata kadang salah melihat.... Mulut kadang salah berucap.... Hati kadang salah menduga.....

Ramadhan ‘kan tiba , mari kita sambut dengan suka cita.
Mohon maaf segala kekhilafan yang pasti ada,
"Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan."
Wasswrwb
*****
Kok jadi pinter2 bikin puisi seh...?heheheheeee...(Arum...lebaran pulang kampung gak)......

WALAU JEMARI TAK KUASA BERJABAT...
SETIDAKNYA...KATA MASIH DAPAT TERUNGKAP...
TULUS MEMOHON DIBUKAKAN PINTU MA'AF...
SERTA DO'A YG SENANTIASA KAMI DAMBAKAN...
DLM MENYONGSONG RAMADHAN MUBAROK DIPERTENGAHAN SYA'BAN MUKAROM...
KAMI MOHON MA'AF LAHIR DAN BATHIN ATAS KETIDAKSEMPURNAAN & SEGALA KEKURANGAN...
SEMOGA IBADAHPUASA KITA...DITERIMA ALLAH SWT...AMIN.
*****
Ih...., gile bener ching......Huebat-huebat...puisinya bikin orang mabuk judi eh...mabuk udara alias ngliyeng..hik2...,
Teruntuk kekasih bayanganku......,
Sebenarnya diri ini mendambakan segaris kata,
kata yang keluar dari wicara tulus hatimu yang paling dalam,
Adalah nasihat yang terurai dari katamu , itulah yang aku dambakan...
namun sayang...karena gengsi lebih kuat dari hati ....so... yach...bingung dech...
hik2..opo iku.., aku coba2 buat koq...
*****
Assallamualikum. Wr. Wb.
Saat tiba bulan Suci Ramadhan kita optimalkan upaya, memotivasi diri untuk melakukan banyak amalan-amalan yang penuh dengan kebaikan.
Saat tiba bulan Suci Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat, kita ingin berada dalam keadaan hati yang jernih, ikhlas, lapang dan tenang. Semoga kita menyambut Bulan Suci Ramadhan dengan kesiapan fisik yang kuat dan hati yang ikhlas, dan mendapatkan malam Lailatur Qadar, Amiin.
Jika selama ini saya melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tak disengaja, baik yg kecil maupun yg besar, Saya beserta keluarga mohon maaf lahir dan bathin.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.
Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan ampunanNYA bagi kita semua di bulan penuh berkah ini. Amin
Wassalamualaikum Wr. Wb
****
Aku arep balik mudik ngendi, wong Ibu-Ibuku ning Solo kabeh, wis ora duwe tempat mudik saiki, dadi ngirit gichu

Selamat Buat temen-temenku semua dalam menunaikan Ibadah Puasa ini, semoga di bulan Ramadhon ini membawa berkah bagi Kita semua beserta Keluarga semua
****
Ramadhan adalah bulan yang suci.....
bulan yang penuh rachmad, penuh berkah dan penuh Maghfirah ....
Saat Ramadhan....
Insan yang bertaqwa kepada Allah..
bukan saja wajib berpuasa..
menahan lapar, nafsu dan amarah...,
tapi juga meningkatkan amalan ...
untuk menjadi insan yang lebih bertaqwa...
Amien..

Maafkan segala salah dan khilaf
yang kami sengaja maupun tidak.
****
Tak terasa... hari-hari menjelang Ramadhan segera hadir
Sebuncah syukur pada-Nya yang berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun ini
Semoga Ramadhan di episode ini membuat kita menjadi insan yang lebih mulia dan sesudahkan kita kembali fitri

Mari kita sambut Ramadhan dengan syukur dan Maaf
Maaf untuk semua salah dan khilaf yang telah tertutur dan terlaku

MOHON MAAF kepada semuanya
Semoga Alloh senantiasa memberikan hidayah kepada kita.
****

Monday, September 10, 2007

Aliri Saja

Aliri saja
Seperti memberikan anugerah pada kesunyian yang sejuk
Jalani saja
Seperti memantapkan peran dengan memainkan jemari jangkar hati
Dan
Kesetaraan yang menjadi tema adalah menghapus titik embun di matahati
Kesesuaian yang menjadi judul adalah menganulir garisan yang menjadi batas diri

Ketika harus melangkah
Adalah keinginan pada sejumlah titik simpang
Untuk memberikan bunga pada kemanjaan dua buah hati
Dan menyatakan sejumlah bait adalah untuk dinikmati
Dan menyatakan sejumlah hari adalah untuk hati
Dan menyatakan sejumlah keteduhan untuk menyejukkan hati
Katakanlah
Alirkanlah
Jalankanlah

Thursday, September 06, 2007

Sketsa

Mohon maaf belum dapat merealisasikan pesanan itu, kucoba kirim imel pada redaksinya karena sesungguhnya pilihan konsentrasiku seminggu ini adalah menyelesaikan bab empat dan lima yang sepertinya maju mundur dan penuh coretan. Dan upaya yang kulakukan adalah mencoba mencari lagi referensi yang menjadi landasan untuk tampil nanti, kan gak lucu jika ditanya argumennya aku gak bisa memberikan justifikasi yang memuaskan. Kukatakan saja biarkan agak lambat karena aku ingin menikmatinya dulu, menikmati jalinan bab demi bab itu menghubungkannya, mengilhaminya sembari memaknainya lebih dalam lagi. Silakan untuk yang mau menyalip, toh kadarnya sudah kuketahui seperti apa. Lagian gak ngaruh juga loh, paling cuma duluan menarik nafas panjang.

(Thanks to Dm yang selalu memberikan masukan untuk kesempurnaannya, semakin jelas kadar intelektualitas kamu, dan semakin jelas pula kadar pertemanan yang dibangun dengan semangat kerjasama. Yang lain sepertinya mirip upacara bendera, setelah hormat lalu bubar gak jelas kemana).
*****
Ada persamaannya, kataku via phone ketika sobat dekat Rabu siang ini sedikit curhat.
Hampir mirip, selaku, ketika dia mulai cerita satu alinea.
Apa yang diomongkan sesorang itu adalah cerminan ruang hatinya, kalimat itu adalah ungkapan, jadi kalau ada orang yang hobbynya gembar-gembor apalagi laki-laki pasti mulutnya ember dan hatinya penuh dengan lumpur kedengkian. Ada juga yang senangnya grusa-grusu, kalau mulutnya diam malah seperti ada yang hilang, tapi biasanya cuma bisa ngomong sama lingkaran dalamnya, keluar mirip bagong banci, persis deh.
Trus, biasanya jika diteliti selalu ada yang salah sekrup, misalnya terlalu sering engsel diputar tapi lupa mengolesinya dengan oli, jadilah dia mirip orang yang terserang penyakit autis cangkem, tidak dapat kontrol kalimat dan cenderung jago omong tapi miskin makna.
Ada juga yang hobbynya kalau ketemu atau bersua selalu jabat tangan, merasa akrab padahal sesungguhnya obral dengki dengan menjual cerita dan menyebar riak. Dikira dia sudah merasa paling bersih tapi sekali waktu ada saja yang bilang ternyata luarnya saja yang gemuruh padahal didalamnya penuh dengan bopeng dan kadas. Coba lihat saja, katanya.
Ada persamaannya dan mirip loh dengan barisan yang bercerita itu, kataku.
Oh,ya, kata sobat ini, sempat terperanjat diujung telepon sana. So, kataku, itu yang disebut autis hati, autis mulut, autis sikap dan itu melebihi dari definisi autis itu sendiri, soalnya orang yang kena penyakit autis bathin bisanya merasa paling hebat, cuma ngomong doang dan hanya itu bisanya. Maka ceritamu itu kukunyah saja fren, soalnya disekitar yang bernama taman rutinitas itu selalu ada belalang yang memakan daun, kutu loncat, tapi sesungguhnya hanya mampu mengikis makna. Aku salut dengan sikapmu dan sejak dulu aku tahu konsistensimu itu, kataku mengakhiri.
*****

Tuesday, September 04, 2007

Maksimal

Maksimal dan mencoba menawarkan pada sejumlah pembaharuan yang dikerjakan secara marathon, hasilnya masih ada yang harus diubah, diperbaiki dan disempurnakan. Aku iyakan saja, namanya juga bimbingan sebelum ”dilepas” menjadi penyelesaian akhir yang harus dipertanggungjawabkan. Dan ketika mencapai titik jenuh, maka kulupakan sementara dan menggantinya dengan aktivitas lain agar bisa menjadi refresh lagi pada saatnya.

Aku ingin tambahkan referensinya agar bisa meyakinkan diriku bahwa yang kubuat itu bisa berbunyi ketika dihadapkan pada ruang terakhir. Maka kucoba mencarinya, membacanya, menelaahnya dan memberikan sentuhan pada paragraf sisipan. Semuanya ada sih dalam benak namun untuk merangkainya menjadi sesuatu yang bisa dipahami dan tidak menimbulkan interpretasi beda. Itu yang sedang kupikirkan. Barangkali aja waktu jeda sesaat ini mampu memberikan ruang luas bagi penceritaan empirik dan realitas yang terjadi, dijelaskan dengan argumen yang mampu dicerna dan diyakini, bisa menutup dengan nilai memuaskan. Moga-moga aja.

(Mohon maaf pada Tt, aku belum bisa kirimkan artikel untuk penerbitan magazinenya, maklum lagi konsentrasi pada penyelesaian akhir ini. Moga bisa dimaklumi).
(Thanks to Dr yang tekun mengarahkan demi kesempurnaan sebuah tema yang menjadi sarapan setiap saat. Aku meyakini bisa menyelesaikannya)
(Thanks to Mh, dialognya menyenangkan, ada kesamaan pandangan, mempererat yang sempat terlepas, teruslah berkarya kawan, irama yang kau tuliskan itu sangat pas dengan iklim yang sedang terjadi, moga sukses selalu).
****

Monday, September 03, 2007

Langkah Sepanjang

Senin Prioritas

Skala prioritas menjadi pemisah yang mengisi waktuku ketika melangkah menuju matahari Senin yang ramah. Dan kusiapkan segala sesuatunya untuk pengisi gelas olah pikir dan olah aktivitas. Pagi rutinitas anyar, mengapresiasikan terjemah untuk sebuah rangkaian paket yang telah disepakati bersama. Ada yang menyenangkan tentu mendapatkan sesuatu yang manfaat sekalian menambah galian aqidah yang dijemput dengan keinginan untuk mengapainya lebih dalam.

Skala yang lain menyelesaikan reporting dan dapat kuselesaikan dengan ritme waktu yang pas dan tanpa jeda karena setelah itu ada aktivitas lain yang membutuhkan waktu seharian di luar kota, menyelesaikan yang sudah direncanakan. Dan sembari menikmati panorama hijau segar yang sudah lama tidak kuhirup, aku mengalihkan dengan bacaan referensi yang memang telah kusiapkan, kubaca, kuyakinkan sebagai penyambung alinea dan kucoba untuk merangkainya.

Malam, kulanjutkan karena harus selesai, dan kutinggal janjian yang lain, musyawarah itu dan deal after ceremony yang harus dibungkus ulang. Biarkan saja, toh masih ada yang lain, jangan aku centris dong, yang lain juga bisa. Kutekuni ruang baca untuk menyelesaikan dan alhamdulillah menjelang tengah malam ini selesai untuk segera di tafsir ulang. Sebuah hari yang melelahkan tetapi juga melonggarkan. Satu selesai, dan kututup dengan sebuah helaan nafas panjang.
***
Ahad Pandang Mata

Pagi berjalan, dan ada yang diinginkan untuk dipandang, ya pameran yang digelar sepanjang jalan, baru kali ini kukira, sehingga menarik, sekedar melihat dan membandingkan kemudian seperti biasa ada oleh-oleh yang dibawa pulang, penganan favoritku seiap Ahad.

Berjalan yang lain adalah menikmati lunch di resto yang kusuka, bonafid dan tentu saja sesuai selera. Berjalan yang lain adalah menikmati pajangan di sebuah pusat perkulakan dan akhirnya yang diidamkan jadi juga dibeli, dibayar dengan jumlah besar. Ya dibawa pulang untuk dirasakan, untuk dinikmati.

Berjalan yang lain adalah merampungkan step yang masih juga belum usai. Begitupun aku baru merasa puas jika referensi yan menjadi pilar kekuatan argumen itu dapat kuyakini mampu menyelesaikan dan memuaskan olah pikirku.

Berjalan yang lain adalah menyelesaikan lembar hari yang makin larut sembari menyatakan langkah berikutnya, menjemput awal hari dengan keyakinan yang pasti.

Sabtu Siar Ulang

Hari menggali dan menjelaskan sesuai dengan jadwal dan meski terlambat, kupastikan aku mampu menyelesaikan dengan konsentrasi diri. Ya begitu memang ritmenya, ketika suasana mengharuskan persyaratan untuk sebuah nilai, semua merasa berkepentingan dan saling membutuhkan. Dan wajar saja kalau berangkatnya untuk kebersamaan sesama angkatan kelas. Maka Sabtu pun siar ulang.

Nah, selesai menjelang siang, and then kuikuti sebuah meeting kecil untuk persiapan akhir agar lebih mampu menawarkan tema yang hendak digelar. Selesai dengan kesepakatan dan next week akan dirinci kembali. Aku pulang karena kembali harus berkutat lagi dengan serombongan alinea yang harus selesai.

Sepertinya tidak ada rehatnya. Tapi bukankah ini untuk mengejar dan memastikan di tanggal berapa aku mampu menjelaskan dan menyelesaikannya dengan spirit olah pikir yang sedang kubuka sepenuhnya. Ya sebuah warna yang sedang kusimak, sebuah alinea yang sedang kulukis, sebuah baris empirik yang sedang kuwarnai. Semoga saja sesuai pula dengan warna yang menghias ruang pikir ini.
***
Jumat, Menyapa Hati

Pagi yang menyapa
Hati yang menyapa
Hari yang menyapu
Membersihan ruang hati
Hati yang menyapu
Membersihkan kamar nadi
Sembari mengabarkan pada matahari
Aku telah sampai pada pelabuhan
Aku telah tiba di garis pantai
Aku telah mendarat di bandara biru langit

Bukankah seiring dering yang menyapa itu
Tak lagi kuhiraukan betapa indahnya sinar matamu
Tak lagi kujelaskan betapa dalamnya ruang rasaku
Tak lagi kusibakkan aura elokmu
Tak lagi
Karena aku adalah sapaan nadiku
Karena aku adalah sapaan hatiku
Karena aku adalah matahariku
Karena aku adalah matahatiku
***