Wednesday, May 30, 2007

Bunglon Banci

Menjelajah ring road kota sekedar memastikan apakah ada yang berubah, dan tentu saja ada yang gak sama, ada yang baru, ada yang tetap kumuh, ada yang berlubang, ada yang mulus. Sepenggal waktu itu mengisyaratkan adanya kebutuhan untuk menafsirkan sekaligus memperbesar ruang pandang, agar mampu menjelaskan titik simpul yang belum mampu diurai sampai hari ini.

Belum mampu diurai selain menjelmakannya sebagai gumpalan gemuruh untuk ditumpahkan pada sosok yang harus digelontor dengan deterjen gebrakan. Tunggu saat yang tepat sampai semuanya dapat dibayar dengan hukum jual beli yang diproklamirkan sepihak. Banyak cara untuk menjelmakan itu, dan sangatlah mudah untuk menggelontornya ke dalam kondisi basah kuyup dan sekaligus menghajar nalurinya untuk menguji nyalinya yang ternyata hanya mampu kukuruyukk tapi tak punya taji untuk menguji.

Lempar batu sembunyi tangan
Adalah lambang banci isme yang dimilikinya
Merasa bertambah kekuatannya
Ketika ada supporting bermental bunglon

Tapi ternyata hanya bermain di argumentasi
Hanya sampai disitu
Wajah pucat pasinya adalah bukti
Bahwa ternyata hanya mampu kukuruyuuk

(Dan jalan cerita yang harus dikumandangkan adalah bahwa semuanya harus dijelaskan dengan berbagai cara sampai berdarah sekalipun karena ini adalah harga diri, harga mati, harga martabat, dan diamini oleh handaitolan. Tantangan harus dihadapi dengan berbagai cara sekaligus memecah gumpalan gemuruh).
*****

Tuesday, May 29, 2007

Adrenalinku

Perilaku tidak etis dan berkepanjangan mesti dijawab dengan ketenangan dan membiarkannya dengan peran ”bancinya”. Dari beberapa referensi yang kudapat sifat banci itu adalah lambang kepengecutan dan susah menebak kelamin yang sesunguhnya dan dampaknya jelas, tidak menghormati sunatullah seperti misalnya mencari pasangan untuk berbagi cerita dan berbagi masa depan.

Tetapi kesabaran itu bisa meluap menjadi titik didih ketka keliaran dan kezaliman berkedok bancinya itu menantang diri untuk beradu jantan. Ya tentu saja harus dijawab dengan hal yang sama, namun kenyataannya mirip seperti ayam sayur, pucat pasi, dan diam terpaku. Jadi kesimpulannya ya benar-benar banci.

Tetapi karena ini menyangkut harga diri dan kehormatan, tentu tidak sampai disitu ceritanya, Maka episode berikutnya adalah menjelaskannya pada handai tolan untuk mengambil langkah mempertaruhkannya untuk setiap tataran langkah sampai dia basah kuyup.

Ali Imran 120 menjelaskan : ”Jika kamu bersabar dan bertaqwa niscaya tipu daya mereka tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan”.

Dari titik simpul itu, selama ini aku berangkat dan berupaya untuk menetralisir semua tingkah laku non etis yang kemayu itu. Ternyata hanya sampai di sisi itu kadar adrenalinnya, sudah terlanjur basah, dan harus diberikan pelajaran sampai tuntas dan lunas.
****

Monday, May 28, 2007

Kalau Saja

Senin itu indah
Dan matahari pun menyambut dengan senyum
Apakah kemudian hati juga mempertaruhkannya
Apakah kemudian hati juga memperjelas ceritanya

Ya
Kalau saja cerita tidak berkepanjangan
Sebeningnya ingin kurasakan kejelasan cerita
Seputihnya ingin kusimak harmoni angan
Sejernihnya ingin kubacakan testimoni

Bukankah kesetaraan yang dijunjung pada sketsa
Bukankah kesetiaan yang dijunjung pada kebersamaan
Bukankah kesetiaan dan kesetaraan yang dibangun bersama
Bukankah itu yang menjadi cerita sepanjang jalan

Ya
Kalau saja tidak kudengar itu
Matahari pun akan kusambut dengan pelukan
Rembulan pun akan kusambut dengan dekapan
Kalau saja..........

****

Sunday Happy and Busy

Sunday is busy, setidaknya isian hari yang kudekap bersama rencana yang ditulis hati. After Subuh jjp (jalan-jalan pagi) bersama my wife menuju kawasan spl yang ramai itu, rutenya sampai Trlj yang penuh sesak, kayaknya ada seremoni tsel gitu, sampai akhirnya beli jajanan yang kugemari saban minggu, ya itu kue cucur warna coklat.
Berkeringat, memang itu yang dicari, bukankah keringat mencerminkan adanya pembakaran dan itu artinya ada yang dibakar, ya lemak, ya kolesterol, ya asam urat kalee. Yang jelas ada kebugaran, ada keafiatan, ada kesegaran. Aku menikmati kebugaran yang berkeringat itu.
After that, biasalah bersih-bersih jadi cleaning service, kemudian mempersiapkan naskah dan konsep untuk diselesaikan, lumayan juga tebalnya tapi aku yakin bisa kuselesaikan. Tapi melayani tamu yang datang juga perlu waktu, tanpa rencana, dan harus dilayani, apalagi yang datang sahabat dekat yang baik yang ramah. Dan ngajak lunch bareng, oke-oke saja dan kita nikmati bersama.
After that lagi, to office and campus, dua-duanya penting untuk dijalani, berkutat menyelesaikan TM yang harus finis sore ini. Selesai, lega, capek tapi menyenangkan. Begitupun masih menyempatkan diri "mengasuh" kebun bunga, membersihkan dan merawat, sebuah kesibukan yang menyenangkan mengisi hari bersama bunga di taman bunga.
*****

Saturday, May 26, 2007

Coretan Akhir Pekan

Sabtu yang menyenangkan, berbagi, bercengkerana, bercakap, berdiskusi baik yang formal maupun non formal. Semuanya dirangkum dalam kahadiran di cerita akhir pekan bertemu dengan rekan college, berbagi bahan, berbagi suasana dan menceritakan tentang situasi two week yang gak ketemu.
Apa kabar
Baik aja
Salaman
Bagi Senyum
Renyah
Ada yang baru
Lunch bareng
Menyapu sudut ruang
Tertawa lagi
Ramai lagi
Hilang letih
Ganti warna
Siapa dia
Ah peduli amat
******
Mensinkronkan antara rasa dan rasio itu kadang memerlukan rekonsiliasi untuk saling berbaikan waktu, seperti misalnya, rasaku ingin merehatkan diri sementara rasioku ingin menyelesaikan sisa yang harus dituntaskan sebagai take home yang dead linenya sampai Juma sore ini.
Dan rasaku harus mengalah dikit, karena itu kutuntaskannlah dengan segala kemampuanku untuk menyelesaikan take home dengan semangat yang hampir lunglai karena rasa menginginkan rileks. Dengan stimulan yang dipaksakan akhirnya menjelang rembang hari selesailah setelah berjibaku dengan waktu selama pekan ini. Puas, letih dan melegakan dicampur jadi satu dan kuminum bersama juice senang hati. Tidur pun lega dan tinggal menunggu hari menjelang pagi.
*****
(Thanks to Yn, berbagi cerita dengan bungkusan canda dan kedekatan memberikan kehangatan pada hati yang pengen rehat ini. Makasih again, sungguh sangat menyenangkan).
(Thanks to Wl, janjiannya tomorrow aja, sekalian silaturrahmi untuk kesetiaan pertemanan kita, See you next).
*****

Thursday, May 24, 2007

Angan dan Harapku

Mengapa gak muncul tulisannya lagi, kata seorang rekan Purel, maka jawabku adalah lagi nabung tulisan, sekalian berancang-ancang untuk go external, apalagi kalau berada di ruang yang sama, kataku. Maksudnya di medan yang sama adalah sesuatu yang maksimal untuk mengembangkan gelombang talenta ini.
Angan dan harapku seperti itu, setidaknya berada di lingkungan yang memiliki persepsi sama, diskusi sama, cara pandang sama, cara bahas sama dan memberikan nilai maksimal pada kemampuan untuk berbagi peran. Sepanjang ini, bagiku tidaklah mencapai titik optimal ketika harus berhadapan dengan setting beda, belum lagi sudut pandang yang menganggap tidak fokus.
Keinginan dan harap itu semogalah akan disampaikan oleh angin sepoi yang malam ini menghampiriku sembari membisikkan : "ciptakanlah terus tanpa harus mengedepankan area rutinitas. Aku akan sampaikan asamu itu ketika aku singgahi sejumlah pohon dan kebun bunga, percayalah".
Bukankah nilai yang dibangun adalah memaksimalkan peran yang diemban dan sekaligus membuktikan betapa semua itu adalah mengekspresikan kembang hati yang setulusnya ingin membuktikan bakti, di ruang rutinitas, di luar rutinitas, di ruang angan, di ruang harap, di ruang gelap sekalipun.
Dan Tuhan pun tahu tentang bukti bakti yang kukisahkan dengan sejumlah lagu bahasa, tembang paragraf dan nyanyian apresiasi tanpa harus mengumumkannya. Ujiannya itu adalah ketegaran pada sejumlah "catatan autis bathin" yang dibungkus dengan arogansi pada sinar mata elang dan dikumandangkan dengan wajah dengki. Autis bathin itu adalah iri dan khasad yang lebih berbahaya dari autis zahir. Kata-kata bunda yang masih terngiang adalah : "biarkan dia, toh akan menjadi kebangkrutan pada nilai dirinya sendiri". Kunci jawabannya adalah Innalloha maashobiriin.
*****

Wednesday, May 23, 2007

Siraman Itu

Siraman itu sungguh mencerahkan, seperti mengusir arak-arakan awan yang menutupi langit biru, langit hati. Ya, sangat menyentuh ketika berbagai ucap dan lantun salawat mampu menggetarkan hatiku. Nasehat dalam Binroh bulanan itu mampu mengajakku untuk berdamai dengan hati, bersalaman dengan nurani dan mengajaknya untuk memutihkan langkah.
Langkah yang Engkau atur tanpa harus diumumkan adalah bagian pembelajaran pada diri untuk menjalin dan menyulam nilai istiqomah dan disejukkan dengan penyemaian hati pada sekotak asa yang masih ada dan setia. Begitu dalamnya makna yang disampaikan itu sampai-sampai membuatku berkaca hati dan menekuninya bersama kesyahduan dan mengembunkan sinar mata beningku.
Terimakasih Tuhan, ada hal yang selalu mengejawantahkan nilai kasih sayangMu ketika memberikan pelajaran pada nilai, pada hakekat, pada dinamika, pada perjalanan diri, pada perjalanan hati, bahwa tanda-tanda kepiawaianMu dalam mengajarkan hati hambaMu adalah sentuhan pada bilik hati untuk menggapai nilai kembali pada kesejatian diri. Betapa aku merasakan sebuah pelajaran pada nilai ujian perjalanan tanpa nomor soal. Engkau adalah anugerah yang memberikan nilai kasih itu pada kedalaman firmanMu, menggetarkan nadi hati dan bersimpuh pada sudut bening airmata.
Tuhan, betapa dalamnya nilai yang Kau berikan itu
Tuhan, betapa kasihnya rahman yang Kau bisikkan itu
Tuhan, betapa indahnya pelajaran itu
******

Tuesday, May 22, 2007

Aku Ingin

Aku ingin membumikan keniscayaan itu
Dan mengunyahnya bersama permen keprihatinan
Dan mencernanya bersama berita air mata
Dan menerimanya bersama garis diri

Aku ingin membumikan keangkuhan itu
Dan menceritakannya bersama kisah sketsa
Dan memberitakannya bersama kesamaan peran
Dan menggariskannya bersama hakekat diri

Aku ingin menjalani keniscayaan itu
Dan melipatnya bersama kesementaraan fana
Dan mengguntingnya bersama patron sikap
Dan menyeterikanya bersama keyakinan diri

Aku ingin jalani itu
Bersama perjanjian yang sudah kudengungkan
Bersama persetujuan yang sudah kuikrarkan
Testimoninya adalah hari-hari bersama hati
****
(Makasih ya Pa, kata si Ragil ketika yang diingininya kupenuhi di Grm. Sebuah kalimat yang mampu menyentuh relung dan menghangatkan kamar hati).

Monday, May 21, 2007

Perjanjian Dengan Hati

Perjanjian dengan hati
Mengisahkan tentang bening air
(yang ingin kukecup)
Menceritakan tentang pelangi
(yang ingin kuhirup)
Memberitakan tentang persimpangan
(yang ingin kuselesaikan)
Mengikrarkan tentang hakekat putih
(yang ingin kupeluk erat)
Membacakan tentang syariat
(yang ingin kulafal dengar)
Menuliskan tentang sinar jalan
(yang ingin kulalui dengan teguh)

Semoga menjadi bening
Semoga menjadi puitih
Semoga menjadi erat
Semoga menjadi bersinar

Terimakasih Tuhan
Engkau telah menjelajah relung hati ini
Dan sekaligus memberi catatan pada riak hati

(Thanks to Wl, perhatiannya sungguh menggugah, semoga menjadi catatan berkah bagi cerita kehidupanmu)
(Thanks to My, bagi-bagi yang belum selesai setidaknya meringankan beban yang harus dilahap, bertahap diselesaikan, gitu kan).

*****

Sunday, May 20, 2007

Long Weekend di Hospital


Perjanjian dengan hari adalah mengupayakan untuk mengisinya dengan sejumlah catatan. Dan catatan long weekend ini adalah bermain di teritori Hospital, selama libur panjang, menunggu, merawat, menceritakan, memberian nilai kasih yang lebih kepada si ragil yang harus terbaring.

Kunikmati suasana ini sembari merenungkan hakekat perjalanan
Kujalani libur panjang dengan mendengarkan dan menceritakan
Kuisi hari-hari dengan membuka bacaan, dan menjelaskannya pada rasio
Kugenapi langkah-langkah perjanjian dengan hari untuk bermain di hospital

Perjanjianku dengan hari adalah
Menyelesaikan draft untuk memastikan
Menulis catatan yang belum diselesaikan
Merenungkan pelangi sehabis hujan
Mengecup kening dan pipi si ragil tersayang
Menceritakan tentang rasa sayang itu padanya

Lekas sembuh ya sayang
Aku ingin dengarkan celotehmu yang berisik itu
Aku ingin mengganggu ketekunanmu yang fokus itu
Nanda, adalah kebanggaan yang mampu menerangi
Sejauh apapun nilai yang engkau paraskan
Pada bundar wajahmu yang menggemaskan itu
*****

Wednesday, May 16, 2007

Mon, Tue, Wed

Nanda harus dirawat inap ya, ujarku sambil mengusap kening si ragil yang kelelahan dengan panas yang tinggi. Sejak pagi aku harus wira wiri mengunjungi dokter lalu ke lab yang kedua kali dalam duapuluh empat jam ini dan hasilnya Rabu petang ini memang harus masuk RS. Dan kekuatan si ragil untuk menanggung dua jenis sakit itu sungguh menakjubkan, termasuk Dokter sendiri yang mengatakan. Kadang aku guyoni juga dia bahwa sakit itu perlu agar bisa ngurangi berat badan dan sebagai koreksi bahwa pola makan perlu diatur. Dia yang tomboy itu hanya tersenyum tipis dan memukul-mukul lenganku dengan manja.

Beristirahat ya sayang, kataku sembari mendoakan kesembuhannya. Padahal sesungguhnya liburan panjang ini akan diisi dengan traveling dan kunjungan silautrrahmi, namun semuanya harus dibubarkan dan diganti dengan kegiatan mengawal si ragil yang lincah ini. Semogalah lekas sembuh, untuk beraktivitas kembali, untu meramaikan kembali suasana rumah, untuk menyemarakkan kembali dinamika keseharian yang menyenangkan.

Betapa nanda sangat menyenangkan hatiku
Betapa nanda sangat membanggakan asaku
Betapa nanda sangat membahagiakan nadiku
Betapa nanda sangat mewarnakan hari-hariku
******

Aku berupaya mengejar target, maksudnya ada timer yang telah kuplanning dan harus kuselesaikan this week. Maka secuil waktu yang ada di Selasa ini kucoba membukanya dengan mengerahkan segala kekuatan daya pikir untuk menyelesaikannya. HRP yang menjadi judulnya, untungnya adalah aku dapat menginventarisasi masalah dan problemnya sehingga hanya memoles bagaimana tampilan terbaik yang harus dikedepankan.

Aku memang lagi konsentrasi untuk memacu dan menyelesaikan karena aku tidak ingin ketinggalan, aku ingin selesai maka secara bertahap dan terukur aku harus selesaikan dengan mencuri secuil waktu yang ada. Menariknya adalah ini bagian dari proses lay out, dengan mencoba menggali dan menggali. Kalau hanya sekedar bermain di highlight, kayaknya bukan tipe aku. Aku ingin memahami dan mengapresiasikannya dengan segenap upaya dan olah pikir terlepas dari perolehan nilai yang kudapat.

(Si Ragil kurang fit, maka siang ini kubawa ke dokter, kubawa ke lab, sepertinya sakitnya agak serius, kukompres keningnya, duh betapa kuatnya kamu menahan panas tinggi itu. Nanda yang besar lincah, tergolek dan aku menemaninya dengan cerita-cerita yang menyenangkan hatinya sepanjang malam).
*****

Banyak yang harus keselesaikan sepanjang pekan ini setidaknya ada di pola perencanaanku. Tentang tugas rutin yang mulai menumpuk, tentang materi college yang makin menimbun, tentang aktivitas traveling menyambut long weekend. Rencana traveling kali ini adalah membuka rute baru menuju Pct dan Trg. Maka kusiapkan semua, kurembugkan semua, memilah hari, menyelesaikan sesuai jadwal, dan urutan skala prioritasnya.

Sepanjang Senin ini prioritasnya adalah menyelesaikan yang tertinggal sembari meneruskan tulisan HRP yang sudah mulai menemukan bentuknya. Sibuk juga kelihatannya, tapi mengisi hari dengan semangat adalah bagian dari pencapaian yang harus diselesaikan itu. Aku selalu ingin seperti itu.
*****

Sunday, May 13, 2007

Berbagai aktivitas mengisi Ahad yang cerah dan menyenangkan ini. After subuh sudah sibuk menjadi cleaning service, bersih-bersih, apa aja dibersihkan, ya mobil, ya teras, ya bunga. Terus punya hobby baru main basket alone, maksudnya main sendiri memasukkan bola ke keranjangnya yang memang kupasang di depan rumah. Lumayanlah untuk menambah aktivitas fisik yang mengalirkan keringat pagi.
After that, memulai kegiatan Take Home yang menjadi tugas sepanjang pekan, menyelesaikannnya dengan semangat untuk selesai. Banyak tugas yang harus rampung next week sehingga perlu dicicil. Aku memang lagi fokus untuk konsentrasi yang menjadi pilihanku dan waktu akhir pekan adalah saat yang tepat untuk memacunya. Ya moga-moga aja mendapat value yang memuaskan, buat sendiri, upaya sendiri, sibuk sendiri, gak papa, yang penting hasil sendiri.
After that again, menikmati jalan-jalan siang menjelajah pusat perbelanjaan menepati janji pada si sulung yang terus menagihnya, buy several, menikmati camilan, menjelajah lagi dan kembali dengan semangat tetap konsentrasi pada tugas tadi. Maka kulanjutkan lagi, kunikmati lagi sampai senja menyambut.
Aktivitas malam, menghadiri pertemuan rutin warga, biasalah, menyapa, menjelaskan, diskusi, adu argumen, membuat rancangan program, disetujui dan ditindaklanjuti. Memang sejauh ini kerukunan itu adalah kunci dari musyawarah dalam bentuk yang menyenangkan. Tak terasa sudah menjelang tengah malam.
****
Sabtu penuh
Penuh ruang
Ruang pikir
Pikir exam
Exam beragam rupa
Rupanya menyenangkan
Menyenangkan untuk dijalani
Jalani aja sampai senja
Senja datang dan pulang
Pulang sembari menghitung
Menghitung nilai yang didapat
Didapat kepenatan yang jenuh
Jenuh dengan catatan hari
Hari menjelang malam
Malam berakhir pukul 2100.
****
(Met menempuh hidup baru ya fren, kamu memang tipe sahabat yang jujur, terus terang dan menyenangkan. Oke Rd semoga bahteranya senantiasa terang benderang)

Friday, May 11, 2007

Rehat, Ucapan

Berbagai ungkap dan ucap mengalir baik direct or via sms or via imel, fokusnya menyatakan pada tema sudah fit kan, sudah sembuh kan, sudah beraktivitas kan. Ya, jawabku singkat dan memang 4 hari waktu rehat dari aktivitas membuatku merasa “ baru” dalam ruang kerja. Jumat ini walau belum pulih benar kucoba memulai lagi aktivitas pekerjaan dengan sebisa mungkin mengoptimalkan daya dan energi walau hanya cukup sampai setengah hari. Sisanya kembali beristirahat. Respons itu setidaknya mengingatkan aku akan definisi teman dan sahabat sejati, dengan itu semakin meyakinkan aku akan nilai yang digariskan pada etika gaul.

For that, sejuta terimakasih kusampaikan pada sejumlah fren atas atensinya yang begitu dalam, berkunjung ke rumah, ikut merasakan dan menghadiahkan bingkisan yang mampu memberikan semangat. Bahwa seafdholnya begitulah yang kudapatkan, dan itu adalah evidence yang menyenangkan hati, meskipun belum mampu menjawab nilai kesejatian diantara sejumlah catatan.

(Thanks for, My, Dw, As, Ns, Bt, sobat milis dan lainnya yang mampu mengolah semburat noktah menjadi keanekaan warna pada sebuah hati yang memerlukan pelukan warna itu. Sekali lagi makasih banget ya).
*****

Menghabiskan hari dengan membaca dan melahap sejumlah majalah, melepaskan diri dari aktivitas rutin, menjauhkan segala hal yang menyangkut rutinitas dan menggantinya dengan catatan lain yang mampu menganulir keseragaman warna hari. Kamis ini terasa lega dengan membuka jendela hati pada keragaman olah rasa dan rasio.

Sebisanya aku menata itu, sembari berupaya memulihkan kondisi dan memoles langkah berikut dengan sejumlah rambu, bahwa lebih baik menyatakan dengan ketegasan sikap, tidak untuk mengatasnamakan ego diri namun lebih pada jarak sikap sebagai jawaban autis bathin.

Sederhana saja yang kupilih, bahwa sesungguhnya antagonisme peran yang ditampilkan semakin memberikan kesan pada dialog diri bahwa bukankah itu semakin membuka peta peran yang sesungguhnya pada nilai hati yang tidak mampu memberikan warna bening pada sinar mata elang yang ditampilkan. Dia adalah penderita autis yang kronis, kasian banget deh.
******

Wednesday, May 09, 2007

Jelas, Autis Bathin


Kujelaskan agar mereka juga tahu
Kuceritakan agar mereka juga paham
Kukisahkan agar mereka juga mengerti
Bahwa sudah kutuliskan
Bahwa sudah kuutarakan
Bahwa sudah kukirimkan

Dan sudah pula ada jawaban
Dan sudah pula ada penyejuk
Dan sudah pula ada follow up
(Aku ingin istirahat dengan smile)

Dan mereka yang datang adalah kesejatian itu sendiri
Untuk menawarkan yang terasa asin
Untuk menawarkan yang terasa pedas
Dan memberikan kado rasa kebersamaan
Dan membungkuskan kesegaran pada nilai perjumpaan

(Thanks to all fren yang berlabel sejati, sudah memberikan nilai silaturrahmi pada kesejukan hari, dua gelombang bernilai surprise dan membungakan, niscaya waktu jua yang akan menjelaskan sejumlah argumen itu)
*******

Kupelajari dengan seksama sekalian menganalisisnya, bahwa penyakit autis yang paling berbahaya justru adalah autis bathin. Betapa tidak, kalau autis lahir, langsung kelihatan aktivitas si pasien yang gak fokus, nabrak sana nabrak sini, ngerepotin orang sekelilingnya, harus dikawal dan membuat kejenuhan serta rasa iba. Nah kalau autis bathin, lebih menghebohkan lagi, gak kelihatan sepintas biasa aja, namun jika disimak, duh betapa kumuhnya ruang hati yang diselimuti benalu autis itu. Tampilannya adalah, ego yang membesar, rasa superior, rasa mentang-mentang, pendapatnya dirasa paling benar, tega ngumpat orang lain, suka mempengaruhi orang lain untuk ikut opininya. Nama lain dari autis bathin ini tidak lain adalah rasa iri, dengki, khasad dan senang dengan kesusahan orang lain, gak punya tenggang rasa, selalu merasa kurang, maunya harus dipenuhi terus.

Aku sebenarnya kasihan melihat orang yang punya penyakit bathin seperti ini, namun jika sudah tabrak sana tabrak sini, rasa kasihan itu berubah jadi benci, sembari menyampaikan definisi bahwa itulah bagian dari hukum sebab akibat karena mengedepankan silaturrahmi dengan metode premanisme, adu kuat omongan dan merasa sudah kuat pula “kedudukannya”. Padahal jika ditelisik lebih dalam, keroposnya jelas tampak, untuk menutupi keletihannya, untuk menutupi kejenuhannya, untuk menutupi rasa malunya, sehingga sekilas kelihatan seperti jagoan neon padahal mirip lilin yang meleleh sindiri.

Seharian Selasa ini kukupas dan kudiskusikan anomali ini dengan pakar psikologi UI yang juga keponakanku, dan memang secara pembuktian ilmiah psikologi, elemen yang menjadi dasar seseorang menderita penyakit ini adalah keletihan bathinnya menghadapi situasi menahun yang menjadi karma penderitaannya. Bentuk outputnya adalah pemberontakan terhadap situasi hatinya, suasana bathinnya dan melemparkannya pada obyek yang menjadi fokus pelampiasannya. Kasihan juga sih dengan konklusi ini namun ketika itu menjadi titik persinggungan pada diriku, yang dijadikan obyek tendangannya, aku juga punya reaksi dong, dan dia tidak tahu bahwa penyakit bathinnya itu justru akan menghancurkannya sendiri. Mestinya dia harus mampu mengaca dirinya sendiri, bahwa tidak ada kesempurnaan berlabel egosentris yang mampu menggerus hakekat pertahanan diri. Lebih baik banyak beristighfar karena itu adalah tombo ati yang mampu menularkan simpati bukan antipati, jawab itu ada di bantal hati manakala hening menyelimuti gelap dinihari. Kalau saja dia tahu itu, sayang yang dipertontonkan adalah sifat Cowboy berwajah preman. Sebuah Hadits memberikan makna untuk renungan :

Berlindunglah kepada Allah dari kesengsaraan akibat bencana dan dari kesengsaraan hidup yang berkesinambungan, terus menerus dan silih berganti dan dari ketentuan takdir yang buruk dan dari cemoohan lawan-lawan (HR Muslim)
****





Monday, May 07, 2007

Break Sesaat

Istirahat dari kerja Monday ini, capek dan pengen ringan and rilex, lalu mohon ijin, ke poliklnik, dapat dispensasi, dan kembali untuk pulas seharian, lagian puasa, gak ada kegiatan, baca koran lalu istirahat lagi. Nikmat juga menghabiskan waktu di tempat tidur untuk meringankan keletihan yang luar biasa.
Nah setelah berbuka, agak lumayanlah, rupanya ada juga manfaatnya ketika keletihan membahana, diniatkan saja walau gak makan sahur, ternyata memang mampu meringankan jasmani yang terasa lelah dan letih. Ada rasa bugar maka bugar juga rasa yang lain, kucoba membuka catatan kuesioner namun masih menundanya untuk beberapa saat. Kayaknya lebih enak baca majalah Commando yang kucari d Gramed malam ini. Dan kuhabiskan saja sampai terlelap lagi.
*******
After mengantar keluarga yang hendak umroh ke Bandara, tercetus planning untuk menghabiskan Ahad ini dengan traveling, dan semuanya berpaduan suara, setuju.... Maka setelah mempersiapkan bekal dan segala sesuatunya, berangkatlah menuju arah favorit Joglosemar yang menjadi lintasan kesenangan traveling.
Aku pun menikmatinya dengan bersenandung, bercakap dan bersendagurau. Si sulung sangat apresiasi dengan perjalanan ini dan punya banyak kehendak, aku iya iya kan saja. Sementara di ragil lebih banyak berbaring karena sejak awal masih ngantuk, kubawakan bantal dan membiarkannya istirahat di baris belakang, habis melek terus lihat acara tivi kegemarannya, grand prix dan liga Inggris.
Sejumlah titik dikunjungi, lunch dulu di sate kegemaran di ujung batas Salatiga, kemudian berlalu lagi menelusuri jalan, melintas, istirahat, sampai, menghabiskan waktu di Abrk Plz, belanja, menikmati ruang pandang, jalam lagi, menjelajah kota, mampir di pusat Mlbr dan melaju lagi menuju jalan yang disepakati.
Lalu menuju rute ring road menuju Mgl, sepakat dinner di En yang murah meriah itu, istirahat lagi, kemudian melanjutkan perjalanan pulang melintasi lekuk jalan yang berkelok. Senang hati, puas rasa dan letih mengguyur menjelang tengah malam. Lelap benar.
*****
Senangnya hati, mempresentasikan dengan semangat diri yang pede banget, dan semua terkesima ketika aku menjelaskan dan menguraikan dengan yakin, jelas dan lengkap. Prof mengacungkan applaus dan sekaligus menyarankan untuk dijadikan judul yang akan datang. Aku makin yakin, dan Sabtu pagi ini memberikan penjelasan padaku bahwa jika kita meyakininya kita akan dapat menikmatinya dengan keyakinan itu.
Maka kusiapkan lagi
Kurapikan kembali
Kurangkum kembali
(Ketika rasa menjadi kurang hangat, meleburkan semangat itu mampu menjalankan diri sebagai penjelas dan peramu yang dilimpahkan melalui diskusi. Aku menjalani itu dengan senang hati).
*****

Friday, May 04, 2007

Traveling, Syukur

Ada yang harus diselesaikan, maka kesibukan dengan variasi reportase harus kuselesaikan dengan memilah pada urutan kepentingan. Dan semuanya dapat kuselesaikan ketika senja Jumat ini mulai menyelimuti hari. Planning yang ditulis pada halaman harian adalah rambu yang menjadi patron untuk menyelesaikannya. Dan dengan itu aku selesaikan dengan ketekunan, termasuk untuk persiapan uji persentasi next. Aku suka dengan perencanaan sehingga ketika sampai di akhir deadline tidak terjadi penumpukan aktvitas, mending dicicil dan diurai dengan kepastian bahwa akan sampai pada titik hari untuk diselesaikan.

Kabar gembira memberikan nilai planning untuk membagi apa yang diperoleh dengan prioritas pada setting untuk yang masih kurang. Maka nilai syukur kusyairkan pada hati nurani, adalah nyanyian untuk memastikan planning menjadi realisasi. Kuceritakan pada inner cycle dan mereka menyambutnya dengan senyum, dan mudah-mudahan menjadi berkah. Nilai Jumat ini adalah menyerahkan totalitas diri pada kemutlakan yang mengingatkan dan menerangkan, bahwa aku adalah bacaan diriku sendiri, ceritaku adalah tulisan diriku sendiri dan kemutlakan itu adalah equator yang menjelaskan dimana aku berada.
*****


Menjelajah timur, mengikuti traveling di sudut kota paling timur provinsi Kamis cerah ini, mengikuti irama kecepatan dan memastikan nilai perjalanan adalah kembali menerawang pada sejumlah perjalanan napak tilas. Ada banyak perubahan, ada banyak kemajuan, ada lintasan jati, ada kemiskinan seperti dulu, ada lekuk jalan, ada gelombang yang menjadi ciri khas jalur ini, dan sampailah tengah hari dengan sambutan terik yang memanggang.

Kucoba membuka sejumlah halaman dan mencocokkannya dengan cakrawala yang kudapat, dan perlahan kudapati pula sejumlah titik cerita yang pernah menjadi bagian dari perjalanan awal. Kunikmati dengan sejumlah lempar pandang, di sudut dan sisi yang melintasi jalan diri, kadang ada yang berkesan, kadang ada senyum yang tersungging, dan perjumpaan melalui lintasan singgah mampu memetik nilai ketika halaman-halaman lama mengirim memori untuk sekedar diingat sebagai garis tebal.

Kurenungkan dengan sejumlah phrasa
Jajak rekam menjelaskan nilai perjalanan diri
Menghantar kesepahaman pada hati nurani
Bahwa masih ada tenggang yang dipertontonkan
Untuk menghadirkan kembali nilai cerita
Dan mengarsipkan kembali halaman sketsa diri
******

Wednesday, May 02, 2007

Dua Lukisan

Sembari menelusuri koridor Rs Elsb yang panjang ketika menjenguk handaitolan yang mesti rawat inap Rabu sore ini, si sulung nan cantik, setelah kujemput dari sekolahnya yag megah itu, dengan manja menggamit lenganku dan (biasanya begitu kalau ada maunya) : Pa, Adiss pengen pizza loh, boleh kan Pa, udah lama loh kita gak ngunjungi pizza, katanya. Kujawab saja dengan plesetan, ntar kita beli saja pizzang 2 sisir, tuh didepan banyak dijual. Dan jawabanku yang seenaknya itu bikin putri sulungku cemberut sesaat. Memang adatnya begitu, manja, selalu pengen begini pengen begitu

Sebenarnya permintaan Adiss gak muluk-muluk kok Pa, Adiss pengen banget punya Jazz, katanya, juga seeenaknya. Kujawab sambil merangkulnya, Iya doakan saja, semuanya kan untuk ananda, untuk keluarga, semoga rezeki kita melimpah ya Diss. Begitulah Adiss, yang manja, selalu ingin dekat denganku, selalu ingin didengar kalimatnya, selalu ingin dipenuhi permintaannya. Dan sepanjang koridor itu kurangkul dia yang masih berseragam sekolah, dan kita ngomong apa saja yang menyenangkan.

Si sulung ini adalah panorama keindahan yang memberikan kedekatan bathin, kedekatan emosional dan sekaligus pemberi semangatku dalam aktivitas. Begitu dalamnya kontak bathin itu padanya sehingga selalu memberikan apresisasi pada sejumlah harapan, doa dan nuansa. Jujur kuakui bahwa nilai kasih sayangku padanya menempati nilai stimulan yang mampu memberikan motivasi padaku untuk selalu berada di semangat diri, dan mengevaluasinya based on kedekatan itu sendiri. Sementara untuk si ragil, kedekatanku padanya justru untuk memberikannya motivasi, semangat dan pendorong. Ines adalah profilku sendiri, ejawantah dari tampilanku, banyak hal yang harus dijelaskan untuk jalannya, dia banyak tanya, dia pengen banyak tahu, suka gand prix, suka sepakbola, tomboy dan juga sangat manja padaku.

Dua buah hatiku adalah jalinan kasih yang menjalar pada jalan-jalan nurani, keduanya adalah signifikansi yang menjelaskan eksitensi diri, bahwa di jalan yang kudapat saat ini, segumpal pemicu untuk tetap ada di keraton asa adalah memeluk kemanjaan mereka dan menatanya di keraton hatiku.

******

Sudah hampir tujuan, hanya tinggal dua kelokan lagi, sekitar 2 kilometer dengan tanjakan curam, namun hanya sampai disitu saja ketika inova sudah gak mampu lagi meneruskan dan terjebak tanah basah dan Lumpur. Coba dorong untuk membebaskannya tapi justru pakaian tersiram Lumpur dan jadilah seperti off road yang harus mengakui kehebatan alam. Maka traveling dinas Selasa ini adalah yang paling “berkesan” ketika harus turun, menjelajah mendaki, mendorong dan gagal mencapai bukit pringamba yang terjal namun menawan itu.

Tapi tetap saja kunikmati lukisan alam nan hijau segar ini, kupandangi dengan sepuas hati pucuk-pucuk pinus dan holtikultura lainnya, aku berjalan, menjelajah lembah dan perbukitan, mengapresiasikan sudut pandang kebesaran, lukisan alam yang terbentang luas, adalah sebuah pembuktian betapa sebenarnya sebuah karya cipta tidak mampu dijelaskan dengan ruang rasio sebatas ilmu. Semakin jauh terawang itu, semakin jelas view yang kuperoleh, bahwa nilai eksistensi adalah kemampuan untuk membaca diri, mengaca diri dan membandingkan betapa tidak berartinya kekuatan diri untuk disetarakan dengan dengan fenomena yang dibuktikan dengan view hati nurani.

(Thanks to Dw, sepatah dua kata yang terlontar adalah aneka hasrat yang dijelaskan dengan semangat untuk memberikan nilai cerita pada sejumlah hari, ketika sudah lama kita tak bercakap-cakap).

(Thanks to Yn, selalu ada yang baru untuk dikabarkan dan sukses deh dengan reuninya, tapi kok gak ngabarin ya, padahal sudah ada di depan mata loh).

******