Thursday, August 30, 2007

Apapun

Apapun yang hendak kau siramkan
Tidaklah merasa memandang kembang mawarku
Apapun yang hendak kau sirnakan
Tidaklah menjanjikan rembulan gerhana senja
Apapun yang hendak kau simpulkan
Tidaklah meneruskan sebuah cinta tanpa penjelasan
Apapun yang hendak kau sampirkan
Tidaklah bait menjadikan keindahan pantun
Apapun yang hendak kau tuangkan
Tidaklah hati menyampaikan rentang
Apapun yang hendak kau kunyahkan
Tidaklah diri menafsirkan bunga mawar
Apapun yang hendak kau jajakan
Tidaklah sampai di sisi kamar
Apapun yang hendak kau katakan
Tidaklah mengubah kembang setamanku

Sebuah hati adalah pernik yang mampu menyuarakan rasa
Sebuah rasa adalah asesories yang mampu menyuratkan asa
Sebuah asa adalah harapan yang dibungkus pita merah jambu
Dan tidak perlu lagi ada penjelasan
Karena sebuah cinta tidak perlu penjelasan
****

Wednesday, August 29, 2007

Yang Datang Itu

Apakah harus dibiarkan jika ada orang yang datang bertamu dan lagi mengalami kesulitan. Bisikan yang ada di kamar hati mengatakan sambutlah dia walau hanya dengan sepintas dan biarkan dia bercerita dan menceritakan. Bahasa tubuhnya akan menjelaskan itu. Dan malam ini kubiarkan dia bercakap-cakap, bahasanya santun, usia tiga dua, katanya, punya riwayat pendidikan lumayan, pengetahuan agamanya itu yang menarik hatiku padahal dia seorang muallaf.
Kuajak dia terus menggali omongannya yang cukup apresiatif tentang agama, tentang mengapa dia harus terusir dari keluarganya yang Chinese itu karena pilihannya. Dan kupahami kesulitannya, maka kutitipkan sedikit bekal untuk perjalanannya sebagai bagian dari rasa simpatiku.
Pesan hatiku sederhana saja : berikan saja tanpa harus berpolemik, termasuk masukan dari seorang jamaah, bersih saja hitunganku, semoga dia selalu dalam pertolongan Allah. Dan dengan pakaian seadanya, aku yakin dia memiliki sesuatu yang lebih, potensinya itu. Semoga jika sudah bertemu dengan orang yang dia dambakan, semuanya berjalan sesuai dengan cita-citanya. Selamat jalan, teruskan jalanmu, jalan yang benar dan lurus.
*****

Tuesday, August 28, 2007

Pandang Hati

Menikmati puasa hari ini dengan sekuntum asa bahwa nilai perjalanan adalah berupaya memberikan sentuhan pada setiap langkah yang didapat. Dan dialog panjang pun mengedepankan persepsi bahwa memang ada anomali untuk sebuah variabel yang bernama autis ego yang dikedepankan itu. Sayangnya dia tak mampu membungkus pesan itu dengan lapisan yang memberikan cahaya bunga melainkan menendang asumsi yang menjadi catatan sepanjang jalan. Definsiku sudah jelas, tidak ada persimpangan untuk menoleh barang sesaat.
Dan nilai hari ini bagiku adalah mencemerlangkan suasana hati dengan mencoba meraih kedekatan pada asa yang sempat diletakkan di sisi lemari pakaian. Bahwa kemudian ada sejumlah multiple choice yang belum sempat dipilih, asa ku pula yang mengatakan, sepanjang koridor ada selalu jawaban yang hendak kau pilih dengan istiqomah hati. Kau bisa menyampaikan itu pada setiap sudut pandang dan menuliskannya pada sejumlah pandang hati dan pandang nurani.
(Thanks to Dm yang selalu mengingatkan batas akhir itu, kuupayakan dan tentu dengan membandingkan serta menampilkan dengan editing yang baik. Jadi aku ngambil yang akhir saja, biar lebih pas di ruang persentasi nantinya).

Monday, August 27, 2007

Dua tugas kurampungkan sekaligus hari Senin ini, THE MAK, THE ALB walaupun belum finish 100%, ya lumayanlah ditengah rutinitas pekerjaan kusempatkan menyelesaikannya. Untuk yang satu ini setelah harus tertinggal sekarang aku bisa mensejajarkan lagi dengan yang lain namun aku gak mau terburu-buru, karena bagiku ini adalah tahapan penting yang harus "dinikmati" dengan senang hati dan senang pikiran.
Ada respons dari Jkt agar aku mencoba mengeksposnya, lumayan, setidaknya hari ini membuka komunikasi anyar. Thanks to At yang telah membuka jalan itu, thanks juga to Lt yang selalu memberikan support dan publikasi dengan dorongan semangat.
Sementara aku ingin lihat jendela anatominya, balasan dari sana menyatakan akan segera kirim via imel baru, katanya, untuk download yang lebih sempurna, dan kubuat imel yang baru, dan kukirim infonya malam ini.
(Senang rasa, ada pelajaran baru yang mampu membuatku apresiatif setidaknya pagi ini, belajar dengan suasana yang khusyuk untuk menggali makna dalamnya, ternyata sungguh menyenangkan, terimakasih to Ng yang membukakan jalan itu).
(Senang rasa ada dialog, ada sambung rasa, ada yang sama, tentang tema yang disuguhkan, tentang keautisan seseorang yang sudah masuk stadium tiga, sama pandang, sama cerita, sama visi, dan akhirnya makin banyak aku tahu tentang laku sikap yang dikumandangkan oleh keautisannya itu).

Moga-Moga Aja

Ada peluang untuk mengeksposnya dari seorang rekan di Jkt, kucoba saja dan sembari menyelesaikan serial yang menjadi porsi mingguanku juga untuk konsumsi piar internal, kucoba untuk membuka komunikasi itu.
Moga-moga aja menjadi sebuah awal yang baik
Moga-moga aja menjadi sebuah langkah yang baik
Moga-moga aja menjadi sebuah cara yang baik
(Berbenah di Ahad yang cerah, menekuni layout dan membersihkannya bersama ananda adalah mata acara dominan di hari ini. Dirawat dan di tata kembali sembari tentu saja dibersihkan agar kelihatan tampil bagus, jauh dari debu).
(Langkah penyelesaian itu kusimak lagi, untuk memastikan aku sudah sampai dimana. File yang sempat hilang itu kupindah menjadi file yang tak terkontaminasi. Sebuah hari yang menyenangkan walau banyak stamina yang terkuras untuk posisi bab iv yang menjadi inti penyelesaian itu).

Lega

Coba aja pikir, udah dikerjain dengan semangat empatlima, udah diluangkan waktu untuk memolesnya dengan semangat pink, udah diarahkan oleh pembimbing yang bonafide, eh kok tiba-tiba harus ter delete semuanya, ya di flash disknya, ya di laptopnya, ya di PCnya. Pening, bingung, keki menjadi satu dan membentuk sebuah kubah yang bernama guondokk banget.
Dan Sabtu ini lega dan bisa bernafas panjang sembari mengendorkan yang sempat menggumpal. Sudah dibersihkan, dan walaupun harus memulainya dari step tiga tapi sudah agak lumayan, mundur dua langkah memang, tapi gak papa, harus dilarikan lagi kecepatan penyelesaiannya dan akhir pekan ini semuanya dapat tersolusikan dengan baik.
Dan exam Sabtu ini dapat kulakukan dengan oke, sempat terburu-buru, soalnya gak ngerti kalau jadwalnya pagi, untung aja udah mandi, udah sarapan, dan ketika ngebel, katanya pagi ini jam pertama, dan aku tergesa-gesa, sampai, pas baru dimulai dan semuanya berjalan normal
****

Thursday, August 23, 2007

Etika

Etika itu adalah bumbu penyedap yang mampu membawa suasana menjadi kedekatan. Etika itu adalah oli yang melumasi naluri kearifan diselimuti kebijakan bertutur sikap. Ada juga yang menyebut tatalaku yang lazim disepakati untuk ditaati. Tapi kemudian kalau ada pembenaran yang berlabel pembentukan opini untuk menjelaskan etika dari sudut pandang subyektivitas, maka aku menyebutnya dengan munafik.
Ada orang yang berlaku tutur sehalus tepung tetapi sebenarnya memiliki label aji mumpung. Ya itu tadi secara halus mempergunakan yang bukan haknya, ada fasilitas yang dianggap milik sendiri, pakai mobil dinas yang bukan haknya, pakai uang perusahaan melalui mekanisme pertanggungan fiktif dan mark up. Dan semua itu dibungkus dengan laku sikap yang seolah-olah menjadi kabur antara hak dan yang bukan, ditutup dengan opini pembenaran bukan sejatinya kebenaran. Ini yang disebut zalim dibungkus kain batik, seolah-olah merasa yang punya batik, maksudnya yang punya fasilitas.
Ada juga yang bermental autis terutama dalam memelihara bahasa tata krama, mencla-mencle seperti yang paling benar kalimat definisinya. Merasa paling lihai dalam segalanya dan orang lain harus dan wajib menurut katanya. Nah kalau ini adalah zalim sikap, dan dalam konteks nahi munkar, harus diluruskan dengan cara vulgar. Orang banyak cerita tentang amar maruf tetapi jarang yang menyentuh nahi munkar. Maka aku setuju dan sangat mendukung dengan melakukan perjuangan nahi munkar untuk meluruskan zalim kain batik dan zalim sikap.
(Mondar-mandir ke kampus seharian ini untuk menyelesaikan trouble data, alhamdulillah selesai walaupun ada yang belum bisa diambil, besok coba lagi. Malam ini pengen tidur lebih awal, capek).
(Thanks to Di yang jauh nun di seberang sana, kabar baik, biasa aja lagi, semoga baik-baik saja, ya kan).
****

Wednesday, August 22, 2007

Catatan Malam

Semangat yang menyeruput itu adalah sintesa yang merajut ruang luas yang bernama inspirasi. Dengannya bisa kuceritakan tentang keindahan bola mata. Dengannya bisa kulukiskan langkah gemulai yang menawan. Dengannya bisa kunikmati sebuah senyum yang menghias bibir tipis berbalut Revlon. Dengannya bisa kutuliskan tentang kisah cinta berbalut rasa rindu.

Rindu itulah yang menafsirkan pada sejumlah sinar pandang, keindahan sinar mata dan sinopsis tentang cerita yang tak berkisah, tentang kalimat tanpa kata, tentang bait tanpa baris, tentang episode yang tak terselesaikan.

Rasa itu adalah persepsi yang membangunkan analogi pada seraut keindahan, pada sejumlah bingkisan yang menawarkan korelasi keinginan dijemput embun malam. Ya, seperti yang kutulis malam ini, adalah ranting-ranting yang belum mampu untuk diukur dengan hipotesa berlabel: seandainya rindu itu ada di titipan kelembutan jemari.

Maka tertulislah sejumlah bilangan kata hati dan dicerna bersama angin malam yang menyentuh titik singgung asa. Dan kulepas dengan helaan yang mendayu, menghembus dan menghirup kembali kelembutan dan kehangatan angan. Maka terlukislah aura yang menjulang, meninggi dan menembus batas sinar mata dan berjalan diatas angan yang tak terpegang, menyapa sesaat lalu seperti sebuah fatamorgana yang membangkitkan niat tanpa langkah.

Rindu itu adalah persemaian yang tak pernah mencapai tepi
Rindu itu adalah perjumpaan maya yang tak pernah selesai
Rindu itu adalah pertemuan khayal yang tak pernah terjamah
Rindu itu adalah peraduan yang tak pernah disinggahi mimpi
Selamat malam rinduku.
*****

Kabar yang menyenangkan ketika Selasa ini ada yang menyampaikan tentang kampiun itu, dan kusikapi saja dengan warna datar, biar bisa dinikmati, kataku datar juga. Lagian bagi-bagi sesuatu yang berilai mood sangatlah indah untuk disiarkan. Setidaknya bagian dari sebuah episode.

Tidak jua harus berlari kencang, untuk mencapai serial yang kusiapkan, bertingkat aja, sampai temanya tiba di mata hati. Jadi dijalani saja dengan langkah biasa dan biasa juga ketika ada yang menyampaikan terimakasih via imel. Biasa aja lah, toh itu adalah kisah yang diceritakan untuk disamakan, untuk disetarakan agar semua bisa menikmati tanpa harus membayangkan.

(Thanks to Lg atas supportingnya, ntar yang lain menyusul kok).
(Thanks to Wl, yang selalu memperhatikan dan selalu yang lebih awal memberitahukan, makasih ya).
*****

Monday, August 20, 2007

Masih Belum Selesai
Begitupun kucoba
Mengambil waktu dari yang ada
Menuliskannya
Membacanya
Merevisinya
Mengolahnya
Begitupun
Masih belum selesai
Masih banyak yang harus dipugar
Masih banyak yang harus direnovasi
*****
(Thans to Hn yang selalu membantu dengan semangat yang tinggi, mencoba memahaminya dari sudut pandang yang lain, lumayan sebagai pembanding dan referensi).
(Thanks to Ds yang selalu memberikan nilai kebersamaan, menyelesaikan bersama dan membantu mengolah eksperimen data sebagai santunan pada olah pikir yang terbaik, sangat membantu tentu).
(Kurang Fit, dan harus banyak beristirahat, dan melewati hari tanpa rutinitas yang menjadi agenda hari sebagaimana biasa).
******
Menghantar Yang Berangkat

Itulah rahasia Tuhan. Malam tujuhbelasan yang lalu masih bugar, masih kusalami dengan semangat kebersamaan diantara warga tapi hari Ahad ini harus pergi meninggalkan kita yang berduka. Maka kubacakan saja sambutanku sebagai bagian dari seremoni duka cita itu setelah secara berjamaah ikut melakukan shlolat Jenazah pada almarhum yang baik hati itu.

Maka beraraklah mengantar kepergiannya di siang yang terik ini sekaligus mencoba merenungkannya sebagai bagian dari batas perjalanan, perjalanan diri, dan mungkin saja besok atau lusa, semuanya ada dalam daftar tunggu. Kematian adalah kepastian dan hanya when dan wherenya yang tidak disampaikan kepada kita karena dia adalah rahasia Tuhan.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun
******

Sabtu Serius

Menjalani ruang hari dengan berbagi agenda. Maklum semua ada di jadwal Sabtu yang serius ini. Semua ingin kuselesaikan dengan cermat, mengisinya tanpa ruang luang dan tentu saja itu memerlukan perawatan waktu yang jelas. Kusiapkan, diskusi juga kuselipkan, beradu argumen dengan penjelas yang tak mampu menjelaskan dengan semagat optmis selain hanya bisa mencela. Jam kedua kutinggal aja, lalu to Library untuk mempertajam spss yang menjadi aktor presentasi siang ini. Kulalui dan kutampilkan dengan semangat setengah capek, kulewati dan semuanya berjalan dengan pas menurut versiku. Tak banyak yang tanya, tak banyak yang bincang dan selesailah sebuah tahapan yang penting.

Letih juga memikirkannya, seraya menghela nafas dan mencoba membandingkannya dengan versi lain, sama aja bahkan ada yang lebih norak dariku. Artinya selayang pandang tak usahlah membandingkannya toh secara anak tangga tetaplah nilai kepercayaan diri yang menjadi patronnya. Ya, masih dalam batas pandang yang mampu kulakukan setidaknya semakin meyaknkan aku disaat menjelang finish.
******
Catatan Merah Putih (2)

Selamat ulang tahun negeriku
Adalah kejuangan jua yang memberikan nilai dan makna itu
Tidak ada yang terbaik selain sebuah perjuangan yang heroik
Ketika hiruk pikuk militansi adalah menu utama di jantung hati
Ketika derap kebersamaan adalah siar pandang yang bergelombang

Selamat ulang tahun pertiwiku
Nilaimu adalah kebanggaan yang mengisi ruang dada ini
Bahwa sejatinya kebersamaan adalah cerita tentang kesetiaan
Pada republik
Pada rangkaian pulau
Pada keindahan panorama tak ada banding
Pada kehijauan kesegaran mata memandang

Adalah hakekatmu yang memberikan sejumlah hasrat
Pada kesetaraan
Pada kesesuaian
Pada kebanggaan
Pada kebugaran
Yang kau miliki sebagai tambatan hati
Yang kau miliki sebagai keabadian niscaya
(Catatan 17)
******

Catatan Merah Putih (1)

Ya,kita bersama, berkumpul dan bersenandung menyanyikan bersama, mengheningkan cipta bersama, dan berdoa berjamaah. Sebuah malam yang penuh senyum sekaligus mampu menuntaskan semua mata acara yang dirancangkan. Semuanya merasa puas, dan semuanya adalah bagian dari nilai itu, persaudaraan tanpa primordial karena berada di satu lingkungan yang bernama RT.

Tradisi yang berkesinambungan manakala malam menuju tujuh belas diacarakan dengan gegap gempita, semua bergiat dan bahu membahu membentangkan nilai kesatuan yang memang mampu dipeluk dengan sukacita. Malam tujuh belas ini terasa lebih indah dengan lantunan senandung, ungkapan puisi dan menikmati rangkaian hadiah yang menjadi pamungkas rangkaian kegiatan itu. Maka sepantasnya jua aku mengucapkan terimakasih pada sesiapa yang memberikan nilai merah putihnya yang tulus, pada semua warga yang mampu memeriahkan dan memekikkan suara gelegar itu, merdeka.
*****

Sunday, August 19, 2007

Trims GG

Serial Marketing Komunikasi (2)

TERIMAKASIH GUDANG GARAM
Oleh : Jagarin Pane

Sebuah marketing komunikasi yang persuasif, sebuah marketing berbahasa yang menyentuh, sebuah cara mengajak yang beredukasi untuk memproklamasikan keindonesiaan yang kita miliki. Iklan layanan masyarakat dari perusahaan rokok terkemuka Gudang Garam selama Agustus 2007 menghiasi seluruh layar kaca TV swasta saluran manapun. Dan hebatnya lagi Gudang Garam adalah satu-satunya perusahaan yang menggelorakan semangat kebangsaan itu dengan intensitas frekuensi tayang yang cukup tinggi.

Pertanyaannya mengapa hanya Gudang Garam. Apakah hanya Gudang Garam perusahaan yang besar yang dimiliki oleh republik ini. Jawabnya tentu tidak. Lantas dimana yang lain. Apa yang lain hanyut dengan rutinitas mencari keuntungan, atau memang sudah tidak peduli dengan suasana nasionalisme yang semakin pudar ini. Bagaimana dengan BUMN, bagaimana dengan Bank-Bank Pemerintah, bagaimana dengan Telkom kita sendiri.

Nasionalisme itu adalah perekat rantai keutuhan yang setiap saat harus diolesi kembali agar mampu terus berputar dengan kemampuan penuh, dan memacunya di tengah perputaran globalisasi. Nasionalisme itu adalah kesepakatan bersama ketika seluruh jajahan Belanda yang bernama Hindia Belanda sepakat untuk membebaskan diri menjadi sebuah bangsa, bangsa Indonesia. Nasionalisme itu adalah bunga mawar yang selalu memberikan inspirasi cinta pada semuanya, pada semua anak bangsa, pada semua nilai kultur yang dimilikinya, pada semua keindahan yang dimilikinya, pada semua yang ada pada dirinya, Indonesia sayang.

Rangkaian pulau yang membentang di tali khatulistiwa, rangkaian keindahan yang tiada banding, sebuah negara kepulauan terbesar didunia. Sebuah bangsa yang multi etnik dan ragam kultur kebhinnekaannya adalah kehebatan yang tidak pernah kita sadari manakala kita selalu terhanyut oleh riak dan ombak kesangsian dengan apa yang kita miliki.

Duhai, betapa kita belum memahami benar hakekat dan definisi suara kesetiaan matahari yang senantiasa memberikan benderang cahaya dua belas jam penuh pada jamrud khatulistiwa ini. Kita belum sampai pada makna kesetiaan, pada nilai kebangsaan yang telah dibangun oleh The Founding Father. Kita belum tiba pada niat keikhlasan pada terminal akhir yang bernama Indonesia. Kita masih sering terpukau oleh silaunya cara penglihatan mata karena memandang hanya dengan cahaya mata, bukan matahati.

Lalu kemanakah ruang semangat yang telah digegapgempitakan itu enampuluhdua tahun sebelumnya. Dimanakah bersemayamnya rasa syukur yang semestinya disanjung sebagai bagian dari menikmati alam kemerdekaan. Apakah kemerdekaan itu hanya sebuah seremoni yang diperingati sebagai rutinitas tahunan setelah itu kembali ke khasanah perluasan primordial. Siapakah yang merasa bertanggung jawab mengajak seisi rumah untuk bertafakkur, merenungkan sesaat dan menapaktilaskan fragmen kesejarahan yang membuat kita sampai di batas ini.

Begitu sibuknya kita sehingga tidak tahu lagi atau tidak mau tahu lagi dengan national character building itu. Dan ketika Gudang Garam tampil sendirian mengumandangkan tema membangun sisi humanisme keindonesiaan itu, betapa sesungguhnya kita memiliki sesuatu yang luarbiasa, betapa kita memiliki semuanya yang luar biasa.

Gudang Garam adalah sebuah ”dinasti” yang selalu konsisten mengumandangkan semangat kebangsaan. Iklan layanan masyarakat yang dihingarbingarkannya selama tiga minggu ini adalah jawaban tentang konsistensi itu. Point utamanya adalah dia tetap berlari kencang ketika semangat yang lain (baca : Corporate lain) agak memudar dan cenderung biasa-biasa saja menyongsong hari merah putih itu.

Layaklah kita ucapkan terimakasih pada GG yang memberikan inspirasi terutama bagi anak bangsa yang bernama generasi penerus, yang semakin menjauh dari titik episode proklamasi kemerdekaan bangsa itu. Tayangan seperti itu adalah bagian dari pembangunan wawasan kebangsaan kita yang perlu dikumandangkan dengan cara yang persuasif. Membiarkan nilai kebangsaan mengalir dan ada di meja hati anak bangsa ini.

Dan sangatlah dijunjung tinggi manakala inovasi persuasi GG memberikan ruang pencerahan pada setiap ruang dada yang pengap bermain dirutinitas keseharian. GG yang tergeser posisi klasemen puncaknya oleh Sampurna awal tahun ini boleh saja dianggap sebagai bagian dari iklan pencitraan diri. Namun secara konten tetaplah dimaksudkan sebagai pengingat akan pentingnya nilai dan semangat kebangsaaan yang dimiliki bangsa ini.

Harapan kita semoga Telkom juga bisa memberikan nilai dan semangat kebangsaan itu dengan membangun inovasi marketing komunikasi yang tentu saja lebih greget dari yang telah ditampilkan oleh GG. Bukankah kalau kita mau kita bisa melakukannya dengan semangat kebersamaan yang kita miliki. Bukankah Telkom selalu menjadi yang terdepan dalam memberikan ”bingkisan” pada lingkungan bisnisnya.

Bukankah momen proklamasi ini adalah halte yang paling tepat untuk mensiar ulangkan kembali national character buliding yang kita miliki. Bangsa ini adalah bangsa yang merdeka dengan lumuran darah merah. Bandingkan misalnya dengan para tetangga yang merdeka adalah souvenir penjajah. Tidaklah sulit dengan kemauan ikhlas untuk kembali menyegarkan kemampuan inovasi marketing komunikasi itu kepada khalayak yang bernama anak bangsa. Selamat Ulang tahun negeriku.

Semarang 16 Agustus 2007

Wednesday, August 15, 2007

Seremoni, Puisi, Arif

Seremoni adalah tampilan performansi, seremoni adalah testimoni yang dikumandangkan, seremoni adalah karnaval yang ditonton banyak orang, seremoni adalah upacara penganugerahan yang dipastikan akan menjadi titik penting pada sebuah kubah. Ya kubah penceritaan yang berwujud kesenangan, kegembiraan dan benderangnya suasana.

Karnaval kota Rabu siang nan terik ini sengaja kutonton, berbaris di jalan yang dilalui konvoy. Ada senyum, ada gairah, ada tawa, ada bunga dirangkai, ada tepuk tangan, ada yang menyentuh, ada yang menghampiri. Semuanya bercampur dalam riangnya suasana seremoni. Ya hanya seremoni, hanya ungkapan tanpa menyentuh ruang nadi, hanya ucapan tanpa membawa sanubari.

Sama saja dengan orang yang hobbynya berjabat tangan namun perilaku tidak mencerminkan kesejatian pertemanan atau persaudaraan. Sama saja dengan orang yang bermental banci, hanya bisa mengintrovetisasi dirinya sebagai patung tanpa ekspresi. Sama saja dengan orang yang hobbynya ngomong, ngatur, nglantur, gak fokus, mirip penyakit autis, dan bermental iri. Kalau ngomong pinter ngatur ritme padahal kebusukan hatinya sudah menjadi stadium empat kronis.

Seremoni, ditampilkan dalam lipstick berganti wajah, pura-pura baik padahal tidak lebih dari tirai yang menutupi kebusukan diri. Ya semoga saja aku terhindar dari penyakit bathin ini, aku ingin yang polos-polos saja, seirama, seiring sejalan antara suasana dan cuaca, antara hati dan ucapan, antara matahari dan matahati.
*****
Ada yang hangat bersemangat ketika ananda minta dibuatkan beberapa bait puisi kemerdekaan untuk dibacakan di sekolahnya. Kubuatkan dan kusiapkan serta kusempatkan melatihnya untuk membaca dengan ekspressi full hati dan full sentuhan. Dengan iringan musik instrumental, dicoba dan dicoba melantunkannya dengan semangat membakar. Dia ternyata mampu, berbakat dan kuyakinkan kembali agar dapat mempertahankan ritmenya. Si Ragil memeluk manja.

Kesibukan juga terasa, ketika ruang rumah menjadi markas untuk persiapan tujuhbelasan, maklum itu kesepakatan warga, menyajikan setumpuk hadiah yang telah diperlombakan Ahad kemarin sekalian rembug tentang anatomi pelaksanaannya. Ya semuanya mempersiapkan, lingkungan berseri dan bernyala merah putih, warga bergiat bersama, kompak bersama dan memastikan kebersamaan itu dengan semangat menuangkan merah putih pada niat tafakkur itu.
****
(Ya hasilnya memang ada yang harus dikurangi, hasil GCU Selasa ini, setidaknya melihat raport diri sejauh mana nilai yang didapat sekalian memastikan niat untuk mengurangi menu yang menjadi penyubur tiga nilai waspada itu).
(Belum selesai memang namun kuyakin pada Sabtu ini semuanya dapat terselesaikan setidaknya bisa ditampilkan. Ya sibuk juga tapi berbagai langkah hari ini setidaknya ingin memastikan tahapan-tahapan langkah itu).
****

Sebuah tulisan Hasan Al Banna di kalender Senin yang bermakna dalam itu :

Dunia membutuhkan dakwah dan apa yang ada di dunia ini telah menyediakan jalan dakwah. Alhamdulillah kami bebas dari kerakusan pribadi dan jauh dari keinginan untuk memperoleh keuntungan materi. Yang menjadi tujuan kami adalah keridhaan Allah dan kebaikan manusia. Kami selalu menanti bantuan dan pertolongan Allah. Dan barang siapa diberi pertolongan oleh Allah maka tidak ada yang dapat mengalahkannya.

Sementara definisi seorang arif bijak kusimak dengan jernih :

Bekerjalah seoptimal mungkin sebab bekerja dapat menenteramkan hati, mendorong kemajuan, sebagai tempat pelarian, sebagai tempat pelatihan untuk peningkatan dan juga suatu hiburan.

(Perenungan dengan membaca alam pikir dan akal budi yang dicetak oleh kearifan pengalaman perlu disemayamkan sebagai referensi untuk bekal di jalan raya tata etika dan memastikan diri berada di posisi mana sekaligus mengingatkan tentang adanya rambu dan marka yang harus dipeluk hangat).
*****

Sunday, August 12, 2007

Sebuah Pesta

Ahad yang penuh, Ahad yang tumpah, Ahad yang mengalir dan menyatakan kegembiraan bersama, menyemarakkan bersama, lomba bersama, menghias bibir-bibir sepanjang matahari, bersama menyaksikan kelucuan. Bersama melihat tingkah-tingkah lucu dan mengakhirinya dengan puncak kelucuan itu, sepakbola daster, berlari, menendang, dan berkeringat. Kombinasinya tentu saja kebersamaan membangun keceriaan sehingga sempurnalah rangkaian itu dalam kepurnaan sisi kegiatan this week.
Sungguh sebuah pesta yang menyenangkan
Sungguh sebuah kebersamaan yang menggembirakan
Sungguh sebuah sajian yang membungakan
Dan warnanya adalah bermain di keceriaan dan kebersamaan
Sebuah warna republik yang mentradisi setiap tahun
Sebuah warna republik yang membanggakan pertiwi
*****
Bermain dengan dua warna, menghias dengan dua warna, dikombinasikan dengan keikutsertaan semua yang sudah disepakati, bercandalah kita sembari menghias, tertawalah kita sembari mengecat, bercakaplah kita sembari membersihkan. Kebersamaan yang bernilai tentu saja, dengan semangat untuk mwenjelaskan nilai dua warna itu yang tetap mengkilap sepanjang diri, sepanjang masa, tidak tergerus oleh abrasi pantai atau erosi arus. Maka selesailah menjelang Ahad dinihari dan dua warna itu semakin mengkilap manakala sinar mentari menyinarinya dengan tekun, merah putih.
****

Hakekat

Menyimpulkan rangkuman tentang hakekat itu sebenarnya adalah menuliskan tentang versi seremoni. Ada yang pandai banget memainkan seremoni tata gaul dengan selalu berdalih dan bersilat lidah sekaligus jago dalam diskusi tapi gak boleh dibantah. Ada yang hobbynya berjabat tangan seremoni padahal hanya bungkusan pada sebuah isi yang sudah basi. Ada yang pinter banget mengajak untuk bersekutu dengan opininya lewat meyakinkan dialog tanpa tema selain menggempur sesuatu dan menghempaskannya pada sebuah pantai tanpa pasir.
Semua laksana sebuah tayangan, dan memang pelajaran dari tayangan ini adalah untuk menggalinya pada nilai pencahayaan hati, pada ruang yang bernama filter untuk dilontar balik menjadi sebuah sudut pandang dan tak pula untuk diarusbalikkan. Ccukuplah sekedar memberi catatan bahwa si polan bukanlah teman sejati, atau si anu ternyata adalah sahabat terbaik. Itu adalah tema hati yang menjadi rangkuman hakekat. Tidak perlu banyak basa-basi seperti orang yang hobbynya jabat tangan setiap bertemu padahal tampilan dirinya tidak lebih seremoni, bukan hekekat apalagi kebeningan.
Nah itu dia yang menjelang tiba, sekali lagi seperti gaya seorang yang merasa penting (menurut dia), padahal mental sayurnya telah membuktikan hanya seorang yang sebatas mengolah tata kalimat ditambah sedikit bumbu penyedap omong, jadilah seperti lontar kalimatnya sudah menjadi merk jaminan kebenaran. Ketika sekali waktu dikonfirmasi ternyata tidak seluruhnya menjadi definisi, bahkan ada yang mengatakan, hanya lewat pinter omong saja padahal diluar itu gak ada apa-apanya. Aku tersenyum saja melihat tayangan ini.

Thursday, August 09, 2007

Aku, Merkuri dan Pesona

Ketika batik menjadi seragam
Ketika seragam menjadi putih
Ketika putih dan batik menjadi seragam
Apakah kemudian jalinan cerita menjadi seragam juga
Apakah kemudian jalan kisah harus diseragamkan

Tidaklah tidak
Tidaklah jua
Jalan ceritaku hari ini bukanlah seragam kisah
Jalan ceritaku hari ini bukanlah segenggam debu
Jalan ceritaku hari ini bukanlah persetujuan itu
Jalan ceritaku hari ini bukanlah rangkuman itu

Aku adalah pemerhati yang menatap di trotoar jalan
Aku adalah pemuja nurani yang indah permai
Aku adalah pemeluk rasional berbungkus aroma
Aku adalah peserta rally yang tak ingin berhenti
Aku adalah penggemar jalan berliku yang hijau
Aku adalah jejak langkah yang bersafari biru
Aku adalah prolog dan epilog hatiku sendiri
Tidak perlu mendapat persetujuan darimu
******

Sejumlah sinar mata menghantar dialog merkuri ketika benderangnya jalan raya mampu mendefinisikan sebuah pesta. Ya sebuah pesta yang digelar dengan sejumlah argumen yang dipasang di setiap sudut sembari mengatakan : pesta adalah sebuah seremoni untuk menjelaskan sejauh mana persiapan menunju titik puncak klasemen.

Benderangnya suasana adalah mengantisipasi ruang yang pengap untuk dapat dialiri dengan wewangi parfum dan pesona mata yang memandang kerlap kerlip. Apakah kemudian persetujuan tentang nilai jalan-jalan adalah untuk mendelete titik-titik dimana selalu bersemayam cerita versi curiga. Apakah itu yang dimaksud menjelaskan rangkaian alinea yang dirangkum pada sebuah tema dialog tanpa penjelasan.

Sekeranjang bawaan yang dipikul untuk dijajakan pada nilai jual yang dibentang dipinggir jalan adalah ukuran yang dapat disejajarkan pada setiap nilai soal yang tercantum, apapun itu. Fenomenanya adalah selalu mendekap jawaban yang tak pernah didengungkan karena tidak mampu mengurai definisi.

Maka sejumlah sinar mata menghantar jalan-jalan malam untuk diselaraskan dengan cerita baru yang dikumandangkan. Dan benderangnya pun hanya di seputar catatan tanpa garis pinggir. Tanpa garis pinggir.
****



Tuesday, August 07, 2007

Ketika Ide Mengalir

Lagi, sebuah tulisan ketika ide mengalir dan dipublikasikan ke media internal
Fenomena Marketing Pandang Dengar

Oleh: Jagarin Pane

Dua penyiar radio swasta di pagi sebuah hari kerja berdialog dan menyapa pendengar yang sebagian berada di perjalanan menuju sekolah atau kantor. Marketing siar dengar yang lagi ngetrend, bercerita tentang produk. Keduanya bertutur tinular tentang cara membersihkan rambut dari ketombe, maka pakailah sampho merek aiueo. Nah setelah oke, kata yang satunya, gak salahkan kalau kita curhat atau omongin dengan temen kita lewat operator bla bla bla cukup hanya 10 rupiah perdetik. Jelaslah maksud ceritanya, memasarkan dua produk sekaligus dengan bahasa canda dan gaul tentunya.

Lain lagi dengan host termahal Tukul, kita sudah tahu gaya banyolnya dalam memperkenalkan produk dan memasarkannya lewat layar kaca pandang yang ditonton oleh puluhan juta penonton lima kali seminggu. Kemudian jika kita berhenti di persimpangan jalanan kota karena giliran traffic light, ruang pandang kita secara naluri akan melihat dan membaca baliho-baliho raksasa dengan gambar yang aduhai dan spanduk-spanduk yang membentang dihadapan. Kontennya menginformasikan dengan bahasa kontemporer dan menyolok bahwa ada layanan begini ada produk begitu.

Marketing membaca sambil menunggu, bercakap-cakap dan memandang karena ada pandangan, yang model beginian didengar, disimak dan dipandang oleh konsumen merupakan inovasi marketing yang efektif karena didengar dan disaksikan dengan sengaja lewat kesadaran membagi suasana dan “menyediakan waktu”, walaupun bukan untuk iklan itu. Fenomena penguasaan ruang publik seperti ini merupakan siasat yang bagus seiring dengan format waktu yang demikian padat dan kompleks. Banyaknya ruang baca maya, media kertas informasi, jadwal kerja sepanjang matahari bersinar, lalulintas padat merayap, hiruk pikuk keseharian yang padat memberikan kesan waktu yang 24 jam itu jadi seperti berkejaran dengan aktivitas dan waktu edar matahari, tak punya waktu luang yang rileks.

Untuk siar dengar, ruang imajinasi pendengar tentu berbeda dengan media televisi. Radio yang didengar sembari berkegiatan, mengendarai mobil dan lain-lain memberikan kesan ada yang menemani lewat dialog penyiar yang punya kemampuan komunikasi prima. Dan pesan marketing komunikasi yang disampaikan mampu mengajak imajinasi pendengar sampai pada tingkat “menyimpan keinginan dan mengingatnya”. Demikian juga dengan siar pandang layar kaca, kesediaan pemirsa untuk mendengar sembari menyaksikan tentu secara komunikasi lebih menghasilkan nilai tambah dan mampu menyampaikan pesan kalimat lebih bergema di ruang kesadaran rasional konsumen.

Marketing komunikasi sesungguhnya adalah penyambung lidah hasrat yang diceritakan kepada ruang publik every where dan mampu menyentuh ruang privacy konsumen secara persuasi. Setidaknya menampung ruang kesadaran rasio dan emosinya sehingga menimbulkan hasrat pula untuk menggunakannya, mengidolakannya dan bahkan menceritakannya kembali. Ini efek multifliernya.

Konsumen itu sebenarnya adalah massa mengambang, bukan anggota partai politik produk apalagi memiliki predikat loyal. Konsumen kita adalah peselingkuh sejati yang sangat mudah dipengaruhi rayuan gombal produk dan layanan. Mayoritas konsumen adalah arus air yang susah ditebak arah aliran kesetiaannya sehingga perlu jalan raya marketing komunikasi yang menuntunnya ke arah persuasi memakai suatu produk dan layanan. Tidak ada perkawinan abadi antara konsumen dengan sebuah service dan produk. Yang ada hanyalah minat dan keinginan pada keunggulan dan keunikan yang dimiliki, yang tentu nilainya seperti pergeseran klasemen sementara Liga Indonesia.

Apa yang harus dilakukan untuk mensiasati pasar yang gemar berselingkuh itu. Jawabannya ada banyak cara, beri sentuhan hangat pada konsumen dengan komitmen, kejutan yang mampu menohok hati konsumen. Lakukan komunikasi yang pantang menyerah lewat even live, sinetron, presenter, festival, karnaval sehingga ada kesan nilai tambah pada eksistensi produk atau layanan. SCTV mampu menggiring pemirsanya untuk tetap setia pada channelnya melalui media music live dan safari karnaval. Disamping itu perlu memanfaatkan ruang publik lain yang secara pengamatan on the spot belum tergarap secara optimal.

Media marketing komunikasi yang belum tergarap optimal misalnya adalah ruang siar dengar di Bis Kota, Bis Antar Kota, Taxi, Pengumuman di Stadion, Terminal Bis, Stasiun KA, Bandara, Dermaga Kapal Penumpang, VCD / DVD yang mengusung cerita film. Bank Bukopin punya ide bagus dengan preview marketing komunikasinya di awal film Nagabonar jadi Dua, ada sisipan iklan di VCD dan DVD film itu.

Karena belum tergarap secara optimal, Flexi seharusnya bisa memanfaatkan ruang itu sehingga memberikan maksimisasi nilai persuasi. Menyuarakan komunikasi marketing di Bis Kota, Bis Antar Kota, Taxi, Terminal, Bandara dan lain ruang publik diyakini mampu memberikan nilai persuasi lebih sebagai penambah tebal memori konsumen ketika konsumen punya “waktu jeda” sesaat. Teknis penceritaan maupun pola kerjasamanya tak perlu disambungrasakan di alinea ini. Inovasi marketing itu mirip bait puisi Chairil Anwar, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati, maksudnya lakukan inovasi dengan kejutan yang tak terduga, maka penirunya tidak dapat apa-apa. Bagaimana Flexi, apa kabar Speedy?
****
(Thanks to Hn yang ikut kerja bakti menyelesaikan entri dan tentu saja ini memberikan percepatan langkah untuk next process).
(Thanks to Hr yang bersedia menyelesaikan olah datanya, ini juga bagian dari sinergi untuk menghasilkan yang terbaik).
****
Menanti di titik jelas
Mengharap kesediaan angin pantai membawa lembaran
Dan menyinggahi panorama berbukit di sudut barat daya
Dan mengabarkan keindahan pita hati yang bersulam
Dan menceritakan kedamaian pantai hati yang berpualam
Menanti di titik singgah
Sampai mentari mencari peraduan senja
****

Monday, August 06, 2007

Tulisan Itu

Sebuah Tulisan yang mendapat applaus;

Corporate Negaholic
Apakah Inkubasinya Ada Di Sekitar Kita

Oleh : Jagarin Pane

Dunia perkantoran di perusahaan bisnis bisa disebut sebagai pertemuan interaksi karyawan baik yang berlabel manajemen atau staf dalam rangka membangun menara kinerja yang sudah tentu berorientasi bisnis. Interaksi proses bekerja itu persentase standar dominannya adalah menyebarkan formalitas transformasi komunikasi atas bawah dan kiri kanan. Nilai kultur yang menjembatani beragam peran yang diambil adalah menghangatkan komunikasi informal sebagai simpul figuran yang sekaligus menjadi oli bahasa tata krama.

Di keseharian hari kerja sebuah unit bisnis, terekam fragmen fenomena penjelmaan yang membalikkan standar keharusan tadi (yang seharusnya menjadi faktor dominan), dengan lebih mengembangkan wacana, etika dan sikap yang sama sekali tidak memberikan kontribusi pertambahan nilai kinerja apalagi nilai bisnis. Bahasa terang-terangannya kira-kira begini : Komunikasi informal yang cenderung merajai keseharian jam kerja tidak lagi menjadi oli tata krama bahasa gaul namun sudah menjurus ke halte yang bernama definisi subyektivitas keakuan yang merasa bangga dengan perannya, merasa angkuh dengan pendapatnya dan mengobral informasi yang tidak jelas kantor beritanya atau bahkan merasa menjadi kantor berita.

Di level manajemen dalam konteks berbagi struktur peran, tugas-tugas itu masih dapat bertahan di koridornya dan mudah-mudahan dapat terus bertahan. Namun di level dibawahnya, basis pertahanan itu sudah rubuh di beberapa tempat bersamaan dengan bertunasnya ego sektoral dan mengaku menjadi aktor dominan dalam peran tugasnya. Walaupun masih banyak manager dan karyawan yang berperan sesuai arahan sutradara namun kelakuan segelintir oknum itu memberikan kesan adanya disfungsi tugas dan indikasi terjebak dalam apa yang disebut Corporate Negaholic.

Corporate Negaholic adalah sebuah penyakit di perusahaan yang dapat memasuki kehidupan para karyawan dan pimpinannya. Menurut Cherie Carter-Scott penulis buku Corporate Negaholic, virus penyakit ini ada dimana-mana, di bagian administrasi, akuntansi, human resources atau bahkan di front liner yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Mereka bisa saja manager, karyawan atau pimpinan kantor. Cherie Carter-Scott menggunakan kata negaholisme untuk menggambarkan kondisi yang mungkin timbul secara sistematis dalam suatu perusahaan baik secara departemen maupun secara perorangan.

Ciri-ciri perusahaan dan atau kantor yang terinkubasi tunas Corporate Negaholic antara lain keinginan untuk mempertahankan jabatan dan bukan memenuhi misi dan tujuan perusahaan. Sifat pribadi yang suka memaksakan, mengobral informasi dan bermental kuli, maksudnya kalau ada pimpinan rajin sampai jam kerja usai namun kalau tak ada pimpinan ikut keluyuran juga. Tanda yang lain adalah karyawan lebih suka menghakimi rekan sekerja, sistem manajemen yang berlaku, daripada melakukan sesuatu yang berguna misalnya menyumbang saran penyelesaian.

Secara individual struktur Corporate Negaholic dibedakan atas empat jenis yaitu sikap, perilaku, mental dan verbal. Dari sudut pandang antar departemen penyakit ini disebut negaholisme situasional. Masing-masing dan atau keduanya dapat membangkitkan virus corporate negaholic secara cepat dan menyebar ke semua lini interkoneksi komunikasi, informasi dan solusi. Dari titik personal penyakit ini berlaku untuk pribadi apatis dan egois sekaligus autis, merasa paling pintar serta mau menang sendiri.

Hirarki kewenangan yang teradopsi dalam struktur organisasi sebenarnya merupakan rangka yang jelas untuk mengembangkan pola komunikasi yang terukur, terarah dan konsisten. Struktur merupakan konsep pragmatis yang menjelaskan kepada setiap karyawan bahwa proses bisnis berada di seputar kawasan itu. Oleh sebab itu praktisnya pula setiap karyawan dapat selalu mengambil peran yang berada pada garis komando yang bernama job desription.

Tetapi begitulah teorinya, struktur atau bangunan apapun dapat menjadi ajang perdebatan pola kewenangan dan dikalahkan oleh kultur yang mengedepankan egoisme pribadi, ego sektoral dan naluri non intelektual. Dalam pandangan ini tunas egoisme ini masih berada pada tahap inkubasi embrio, namun pernyataan sikap nominal perlu dikedepankan agar paling tidak sebagai bentuk dialog imajiner pada diri masing-masing termasuk yang tidak terkena imbas indikasi inkubasi corporate negaholic.

Apa raut wajah yang terindikasi penyakit corporate negaholic di sebuah kantor? Bisa disebutkan disini antara lain iri melihat keberuntungan karyawan lain, senang mencela orang lain, senang menghalangi sukses rekan sekerja. Suka menyalahkan kondisi kerja, merasa paling pantas untuk tampil sebagai aktor keberhasilan proses kerja, menjadi pemain sinetron yang menjadi tokoh antagonis, penyebar isyu, menghancurkan motivasi kerja, melakukan pembunuhan karakter dan merasa menentukan nasib karir karyawan.

Negaholisme situasional atau antar departemen dapat dilihat dari kondisi seperti terlalu banyak memikirkan sebab, alasan dan penjelasan masalah dibanding mencari solusinya. Kemudian sering tidak konsisten dalam menetapkan tujuan, strategi dan prosedur. Perdebatan dalam rapat antar departemen dengan proteksi diri yang melempar kesalahan, dan waktu yang senantiasa tidak pernah tepat waktu meyakinkan kita bahwa telah terjadi sengatan virus autis yang menghambat nilai kinerja bisnis. Setiap departemen saling berbeda dan berselisih paham tentang tujuan yang akan dicapai. Yang paling parah adalah setiap departemen merasa yang TER ( terpenting, terhebat, terpintar ).

Rentang kendali dalam proses kerja setidaknya dapat menjelaskan apakah prosesi rutinitas kerja telah dijangkiti bakteri corporate negaholic. Cherie Carter-Scott mengambil satu contoh pada sebuah perusahaan yang mengidap virus ini yaitu terlukisnya sikap arogansi dalam berkomunikasi antara karyawan Kantor Pusat dengan karyawan Kantor Cabangnya. Sebagai pemegang kendali kebijakan, patron itu sering digunakan sebagai kalimat akhir ketika terjadi kebuntuan implementasi dengan regulasi yang sudah dianggap kuno oleh aparat Kantor Cabang. “Pokoknya itu aturannya”, kata karyawan bermental birokrat, padahal Kantor Pusat lebih sering ketinggalan kereta dalam membuat aturan.

Lukisan lainnya adalah pemberatan cost ketika awak birokrat tadi berkunjung ke Cabangnya dengan meminta jamuan tamu yang melebihi batas-batas nilai silaturahim atau memang sengaja berkolusi dengan segelintir orang di Kantor Cabang agar programnya selesai secara harfiah. Semua ini terjadi karena rentang kendali belum maksimal dijalankan dan hanya berdasarkan laporan satu arah tanpa melakukan konfirmasi ulang tentang cerita yang sebenarnya terjadi.

Dalam kitab kuno Wulangreh karya Sri Paku Buwono IV jelas disebutkan bahwa penghormatan kepada sesorang bukan karena jabatannya melainkan oleh sikap dan perilakunya. Dalam struktur interaksi kerja yang sudah memiliki role statement, job description, kompetensi dan kinerja, masih sangat diperlukan budi pekerti untuk melumasi mesin-mesin yang “sedang berfungsi”.

Lumuran budi pekerti itu adalah selalu memperhatikan dan mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak, berkomunikasi dan berdiskusi, kemudian ikut pula dipertimbangkan hal-hal yang baik sebelum mengerjakannya sembari memikirkan sesuatu secara serius dan mendalam. Budi pekerti adalah tampilan display yang dengannya kita berupaya membungkus dan menghiden egois pribadi dan egois sektoral, setidaknya meminimalkannya.

Obat mujarab untuk menghambat pertunasan egoisme yang berlabel kebanggan diri dan kekuasaan, sederhana sekali dan karena ini menyangkut kultur yang mengemas struktur, maka tidak salah juga kita simak pembukuan kultur nenek moyang dengan membaca lagi kitab-kitab kuno yang terjamin prosesi kebijaksanaannya. Kebenaran dan kesalahan, keberuntungan dan kerugian, kebaikan dan keburukan semuanya berasal dari perilaku kita sendiri. Pupuh Durma mengatakan dengan jelas : Ajining diri saka obahing lathi, seseorang itu dihargai karena ucapannya.

Warning Cherie Carter-Scott sengaja dikedepankan sebagai bagian dari evaluasi psikologi proses bisnis dengan harapan ada peluang untuk menyadarkan elemen human capital bahwa proses bisnis, proses bekerja dan proses interaksi tetap harus diberi baju yang bernama jahitan kebersamaan untuk memperoleh hasil yang optimal dengan mengedepankan nilai moral dan etika. Beragam peran dan hirarki yang telah dirumuskan melalui regulasi diharapkan mampu untuk dijalankan dengan keikhlasan mutlak. Dan membaca siar pandang dan pandang dengar interaksi diharapkan dengan kebeningan nurani sebagai bagian dari pencerahan cakrawala pola pikir.

Penitikberatan sudut pandang ini diharapkan dapat memberikan efek multiflier kearifan peran yang kita jalankan masing-masing. Tantangan bisnis di depan menunggu kecepatan dan percepatan proses bisnis dan kita tidak ingin dikalahkan oleh kecepatan dan percepatan itu, maka bergegaslah menyambut matahari pagi.
*****


Sunday, August 05, 2007

Hujan Kemarau

Hujan di Ahad malam sangat membantu mendinginkan dan menyejukkan ruang terbuka, ruang publik dan ruang kelegaan. Deras juga jatuhnya hujan ketika aku mengantar ke stasiun dan sepanjang jalan seperti ada kelegaan pada sejumlah ruang yang luang, menyapu debu, menggerus daki kota yang diterpa kemarau basah. Ya kemarau basah seperti dugaan bmg bahwa kotaku akan mengalami kemarau yang basah, kemarau yang diselingi hujan lebat sesaat.
Udara yang sejuk after hujan itu tentu bagi sebagian besar warga kota sangat membantu mendinginkan ruang rumah, ruang kamar dan ruang yang lain terutama tentu ruang hati masing-masing. Memang perlu hujan, perlu membasahkan hati, perlu membeaahkan sukma agar kita bisa menampung keteduhan itu di kamar dada kita, dan merawatnya dengan kesejukan suasana.
Kemarau hati adalah endapan debu yang menerbangkan potensi dan eksistensi dan tidak mampu mendaratkannya pada sejumlah definisi yang sudah dibuktikan. Kemarau itu yang perlu disejukkan dengan hujan atau embun pagi. Kemarau hati adalah ketidakmampuan mengoleksi pertambahan nilai ketika pelangi mempercantik horison sehabis hujan yang menyegarkan.
****

Saturday, August 04, 2007

Menelusuri Maya

Menelusuri google sekali ini cukup mengasyikkan sementara teman pada sibuk berapresiasi dengan spss analisis kuantitatif, ah bodo amat, mumpung di kawasan hot spot kampus dengan sejumlah networkingnya. Aku pun berjalan-jalan dan memandang jendela maya dengan binar pandang, menjelajah. Kan sangat sederhana key wordnya, cukup tulis nama seseorang, lalu muncullah tampilannya, ada gambarnya, ada ceritanya.
Kucoba menulis namaku sendiri, kalau dulu masih sedikit koleksi pagenya maka kali ini sudah berbagai hal dirangkum si google. Dan ternyata beberapa tulisanku ada yang mengumpulkannya kembali dan dijadikan bahan di blognya sendiri, atau komentar di gatra dan lain-lain. Banyak hal yang kudapat, banyak pula yang kurekam, ada berbagai ragam dan gaya, dan setidaknya jalan-jalan di jendela ini mampu mengusir jenuhku jika mengingat berbagai task yang belum rampung. Jadi biar aja kujelajah sesukaku mengisi waktu dan mengisi ruang pandang simak yang menyenangkan, biar aja, toh gak ada yang terganggu, paling cuma satu dua teman bilang gini : lagi asyik ya, kok diem aja, duh ada yang sibuk tuh...menyendiri.
******

Friday, August 03, 2007

Bahwa Engkau

Kutulis lagi
Menjadi dua
Dan kukirimkan
Terserah apa kata dunia, kata Nagabonar
Ia juga, kataku
Tuliskan saja
Jelaskan saja
Agar dunia tahu
Bahwa nilai adalah abstraksi sebuah definisi
Bahwa engkau adalah jelmaan yang tak pernah nisbi
Bahwa engkau adalah kisah tanpa jeda
Bahwa engkau adalah kudis autis yang terkikis
Bahwa engkau adalah antagonis yang berhati bengis
Bahwa engkau adalah epidemis yang pintar mengemis
****
(Dua jadwal terselesaikan dengan manis, ada yang datang ada yang dijemput, ada yang dibawa, ada yang disetujui, ada yang diharapkan, ada yang dijelaskan, senan hati deh)
(Dinner yang menyenangkan, bersama, di tempat favorit, mengisi dengan senandung, berbagi cerita dan kisah, selamat malam cerita hari).
******

Thursday, August 02, 2007

Puisi Untuk Kembang Setaman

Duh, makin cantik aja
Duh, makin indah saja
Sinar bola mata itu (seperti luna maya)
Sinar aura indah itu (seperti mawar putih)
Duh seandainya

Ruang hati bening adalah kavling permai taman bunga
Kembang setaman yang tetap bersemayam
Dilapisi pita ungu dan altar merah jambu
Menggelar perjumpaan incognito yang tak tercatat
Adalah kuesioner yang selalu bernada lagu hati

Begitupun
Koridor catatan tidak ingin mencelupkan diri
Cukuplah sebagai catatan sebuah novel biru malam
Cukuplah sebagai barisan tata hati yang mengagumi
Keindahanmu, keselarasanmu memakai busana santun
Kecantikanmu memiliki nilai cum laude di kamar hati
Duhai, kembang setaman hati
****
(Ada yang mau datang, tentu harus disambut dengan senyum, tentu saja dengan senang hati, dengan tangan terbuka, selamat datang ya)
(Berupaya menyelesaikan dengan membagi waktu, walaupun kurang puas tetapi setidaknya sudah kusiapkan untuk jadwal yang sudah direncanakan this week)
*****

Wednesday, August 01, 2007

Special Thanks

Special thanks for all friend yang telah memberikan sumbangsih pada sebaran kues yang telah kusiapkan. Maknanya berteman itu adalah memberikan nilai ketika kita membutuhkan dan atau sebaliknya. Senang hati menerimanya dan itu adalah bagian penting dari sebuah tahapan yang sedang dan akan kukerjakan.
Semangat, tentu saja wong namanya mengejar asa, menggapai terminal yang sebentar lagi kujelang. Ada juga dinamikanya tentang ini ketika ada sejenis pita penghalang yang mencoba merajut jala untuk no entry, ya kusimpulkan saja dengan serpihan omongan yang sempat tersimpan, memang no entry tadi adalah attitude yang memberikan kesan "hebat deh loh", maksudnya menurut loh hebat padahal menurut temen loh sendiri, maaf cakap, sebuah arogansi. Biar aja deh.
Special thanks for Ning, atas antaran kues itu. Kamu baik deh, kamu memang baik, kamu memang sangat baik, dan memang kamu sangat baik dan menyenangkan.
Special thanks for Jum, yang lumayan lengkap dan itu adalah sebuah apresiasi yang memutihkan hati, makasih banget fren.
Special thanks for Ngd, BbIr, Iwy yang juga memberikan langkah proaktif untuk sebuah tahapan yang menurutku penting. Semoga menjadi nilai tambah dalam etika gaul kita ya.
****