Monday, April 30, 2007

Ketulusan Itu

Cerita ultah yang dikirim melalui imel itu memberikan kesan kuat di hatiku bahwa sejumlah wajah yang menemaniku adalah kadar kesetiaan yang mampu menggali kemampuan untuk bergandengan tangan bersama, bercerita bersama, dan memiliki kesepahaman tentang nilai naluri yang dibungkus ikatan kedekatan. Ya, aku harus ucapkan itu ketika seorang As adalah yang mampu mengikatkan ruang kebersamaan itu pada jalinan cerita berjudul : Kesetiaan Hati Berjalan Bersama.

Kurenungkan, dan kucoba mencari pilhan lain dengan membangun second opinion, ternyata memang dirimu adalah mutiara itu, mampu memberikan spirit kebersamaan, perekat kebersamaan, dan sekaligus pengingat sejumlah titik tanggal yang menjadi ruang pembaharu di etika pertemanan yang dibangun sekian lama. Aku sangat berterima kasih padamu, nilai itu tidak sekedar membagi ruang dialog, tetapi juga ruang rasa yang mampu mengolah nilai kedekatan, kesamaan dan persepsi. Bahwa kamu adalah sosok yang mampu membagi, sosok yang mampu menjelaskan, sosok yang selalu mampu membawakan diri, adalah itu jua yang kusimpulkan pada sejumlah definisi tentang kamu yang baik hati, bening hati dan luas rasa.

Kutanya pada yang lain, jawabnya emang iya
Lalu kutanya pada yang lain lagi, jawabnya emang iya
Dan kutanya pada semuanya, jawabnya serentak emang iya

Itulah persepsi tentang kamu, yang lurus hati, putih rasa dan damai wajah, dan sejumlah sketsa yang dijelaskan pada beberapa catatan semakin menjelaskan bahwa ketulusan yang bersemayam di hatimu adalah nilai cum laude pada sejumlah persepsi, kamu layak menjadi bintang sanubari dan kesetiaan. Ujiannya adalah bagian waktu yang telah kita lewati bersama sepanjang jalan, sepanjang kisah dan sepanjang cerita.

(Thanks to My, bantuin ya, selesai dua hari lagi, kita bahas dan kita tampilkan sebagai eksistensi yang telah terjalin. Seneng banget jika sesungging senyum itu kamu tiupkan ada pipiku dan memberikan kehangatan pada ruang diri, dan aku memang harus hangatkan diriku dan hatiku).

(Katanya hari ini puasa Ng, kataku, niatnya sih begitu, katamu, tapi tidak harus selalu sama kan, lanjutmu, oke deh, kataku sembari mempersilakan perjalanannya ketika bertemu di depan lift, ntar kapan-kapan ya, katamu, kayak lagu aja, kataku, kamu tersenyum, aku memahami, kamu melewati koridor, aku melanjutkan lagi).
*****

Sunday, April 29, 2007

Sunday Flower

Banyak sudah koleksi kembang di taman yang membuat aku bersemangat untuk merawat dan menyemainya. Ada aglaonema yang sudah berbiak dan mekar, ada samia yang beranak pinak, ada adenium, ada atnhurium muda, ada euphorbia serta banyak jenis yang lain yang mewarnai taman bungaku.
Pagi ini kunikmati aneka bunga itu, kurawat, kuresikkan dan "kubelai dengan sentuhan hati" sebagai ungkapan betapaaku merasa senang dengan kebun bungaku yang bersinar dan memberikan kedamaian hati. Pagi ini kuhabiskan waktuku untuk kembang taman bungaku, setelah jalan-jalan pagi yang bersemangat dan berkeringan, dilanjutkan dengan resik-resik taman, memindahkan letak pot, membersihkan yang kelihatan semak dan menyiraminya dengan sentuhan kelembutan. Aku merasa puas dengan situasi pagi yang cerah ini.
Siang, menjelajah kota dan menyelesaikan lunch bersama keluarga dengan mengunyah santapan yang segar, mengenyangkan dan memuaskan. Kedua putriku yang penuh senyum menandakan mereka juga menikmati hidangan aneka rasa yang mampu memberikan suasana kebersamaan yang mendamaikan. Berlanjut lagi dengan melihat dan memutuskan untuk membeli, menggantikan yang lama agar bisa menikmati tontonan dengan layar yang lebih jernih.
Sebuah Sunday yang menyenangkan
Sebuah Ahad yang membahagiakan
Sebuah Weekend yang mendamaikan
*****

Saturday, April 28, 2007

Cara Pandang

Untuk dosen yang satu ini, aku suka banget dengannya, dengan caranya mengajar, dengan lagu tuturnya yang berwibawa dan memiliki daya karisma yang lumayan. Dia seorang Profesor dalam usia yang relatif muda dan kemampuannya menganalisis sebuah tema memiliki ketajaman dan olah pikir yang cemerlang.
Makanya aku tidak pernah melewatkan mata kuliahnya seperti Sabtu pagi ini, ingin mendengarnya mengupas, ingin mendengarnya menjelajah dan sekali waktu kukomentari dengan argumen yang berbeda. Kali ini aku mampu menjawab dan menambahkan argumen yang dijelaskannya, dengan baik pula, tentang manajemen Jepang, kucoba membacanya dari sudut pandang aku, kujelaskan, historisnya, spiritnya, kebersamaannya dan beliau menyetujui cara pandangku.

Kuliah pada dasarnya adalah menambah cara pandang, mengolahnya menjadi diskusi, berbagi pendapat dan sekaligus juga menguji daya serap yang sudah dijelaskan. So bagiku ini menjadi penting ketika olah pikir di daur ulang menjadi sebuah catatan nilai dan sekaligus menjadi barometer yang mampu menjelaskan di titik mana aku berada.

Maka kuniatkan selalu setiap akhir pekan dengan mengisi hari membaca halaman, berbicara seobyektif dan seilmiah mungkin dan mentransformasikannya dengan jalinan pertemanan, guyon bersama, saling meledek dan sekali waktu serius menyelesaika tugas kelompok. Ya kunikmati dengan sepenuh hati menjalankan irama waktu menambah daya analisis berbaju argumentasi.

Dan seperti biasa pula ketika sore menjelang, tambahan tugas sudah menanti untuk diselesaikan dengan tenggang waktu next week, ada lagi sarapan tambahan, begitu memang metode pembelajaran akhir pekan, terkadang capek dengan tugas, namun juga menyenangkan ketika mampu diselesaikan.

(Thanks to Dn, percakapan denganmu sungguh menyenangkan setidaknya mengobati rasa dan ronaku yang kurang bening. Ada cerita tentang aneka warna yang memberikan nilai personifikasi pada jelajah yang diputarkan melalui obrolan lepas).


Friday, April 27, 2007

Difficult Choise

Aku harus lalui dua plihan sulit ketika ada dua deal yang bersamaan waktunya, yang satu tentang acara ultah, yang satu lagi tentang farewell. Bingung juga memilihnya, acara ultah, aku sebagai host dan tuan rumah dan temen luar kota udah pada datang sementara farewell juga sangat penting dan materinya sama, lunch bareng.

Akhirnya kupilih yang pertama itu dan dengan berat hati farewell terpaksa kutinggal. Ini pilihan sulit tetapi jika farewell disiapkan jauh hari aku rasa aku bias sesuaikan waktunya tapi ketika kutanya teman, jawabanya juga gak jelas: May katanya, may be no may be yes, busyet.

Makasih atas kesediaan fren yang baik hati, fren yang utuh seusia kerja, fren yang memiliki nilai silaturahmi tertinggi di mata hatiku, fren yang mau ngerti aku, fren yang pahami aku, fren yang suka ganggu aku, fren yang mau peduli dengan kesusahan aku, ya semuanya, menjadi catatan sepanjang hati, kita bisa guyon bareng, kita bisa curhat bareng, kita bisa diskusi bareng. Inilah group milis yang paling heboh di mataku, jumlahnya gak banyak hanya duabelasan anggota, tapi mampu memberikan ikatan emosional dan kekeluargaan yang demikian kental.

Mohon doanya ya, kataku. Aku lagi gak mood dalam bekerja, aku lagi konsentrasi di collegeku, aku lagi banyak waktu mengkhususkan diri dengan konsentrasi matakuliahku, aku lagi membeningkan rasaku pada sekuntum anggrek yang menawan pesonanya, aku lagi ingin berdamai dengan hatiku. Ya teman, jawab mereka serentak mirip koor dan kita pun akhiri acara dengan saling berjabat tangan dan pelukan erat. Aku terkesima, aku terharu dan kuantarlah mereka dengan senyum dan canda.

(Sore menyempatkan diri mengunjungi pameran bunga, sekedar cuci pandang, tambah cerita tentang kembang, cek harga, duh mahal banget anthurium itu, terpana di stand anggrek, duh alangkah indahnya koleksi anggrek itu, sayang merawatnya juga agak rumit, kata yang ahli. Gak ada yang dibeli, sekedar lihat-lihat saja).

(Malam, menghadiri pertemuan RW, banyak yang dibahas, banyak yang didiskusikan, banyak yang diceritakan, banyak yang disampaikan, ada pemilihan baru, semua sepakat, aku juga sepakat dengan sejumlah argumen, tak terasa sudah menjelang 23.30, bubar dan kembali ke masing-masing).
*****
Anggrek
Berjalanlah pada sebuah ketulusan dan kebeningan
Berjalanlah pada sebuah kepastian dan kegairahan
Berjalanlah pada sebuah ketenangan dan kedamaian

Aku akan selalu merindukanmu
Aku akan selalu menyayangimu
Aku akan selalu mengasihimu
Aku akan selalu mendoakanmu

Tanyakanlah pada ruang hatimu
Tanyakanlah pada bilik rasamu
Tanyakanlah pada kebeningan nadimu
Tanyakanlah pada ketenangan bathinmu
Jawabannya ada pada ruang hatimu
Jawabannya ada pada kujujuran hatimu
Jawabannya ada pada sinar matamu
Jawabannya ada pada keindahan auramu
******


Thursday, April 26, 2007

Ruang Lain

Kampus hingar bingar, ada outbond kayaknya, dan aku melewati saja kerumunan itu dengan tujuan ke perpustakaan, sesuai deal ketemu dengan rekan college satu group. Dan ketemulah kita, ada juga yang lain meramaikan suasana. Diskusi itu sejatinya adalah menyenangkan, bisa mensinergikan beberapa argumen untuk dijadikan sebagai pengayaan wawasan. Namanya juga ketemu, jadinya rame gitu padahal seharusnya hening adalah suasana perpustakaan, tapi ya itu namanya juga ketemu sekian banyak person jadi gak hening lagi.
Lumayan, selesai framenya tinggal finishing dan polesan asesories namun begitupun ada rasa kurang puas jika ingin mengkaji lebih dalam. Aku inginnya seperti menggali kedalaman sumur sehingga menghasilkan air yang bening namun waktu jua yang membatasi itu, kesibukan kerja, punya jadwal masing-masing dan akhirnya disepakati untuk porsi yang standar saja.
******
(Thanks for Ng, atas atensi dan proaktifnya menjelaskan mekanisme menjalankan ruang kesempatan. Semoga memberikan manfaat bagi kesamaan cara pandang).
(Thanks for Yn, moga jadi beneran ordernya, lumayan dapet banyak loh, kan rezeki selalu ada jika memang sudah menjadi haknya. Yang penting nilai persahabatan itu semakin mendekatkan aku dan kamu, oke !).
*****

Wednesday, April 25, 2007

Aura, Rona, Rasa

Percakapan itu adalah menyampaikan sisi inner yang disuarakan melalui kalimat langsung yang mengalir mengikuti irama kemauan inner. Percakapan itu juga mengidentifikasikan adanya hasrat dan keinginan untuk menyampaikan pesan hati, apalagi ketika yang diextract adalah isi hati itu sendiri, tentu yang disuarakan adalah suasana yang mewarnai sekujur ikatan organ yang menggaris dan membentuk kluster yang bernama “kata hati”.

Anggrek, banyak yang sudah diceritakan sepanjang matahari, banyak yang sudah diungkap sepanjang bulan purnama, banyak yang sudah dituang pada sejumlah kanvas bahwa pesonamu adalah cerita tentang kembang setaman yang menghias pita hati, melapisi setiap langkah kebun hati dan mampu memberikan gairah keharuman pada nilai perjalanan yang kudapatkan. Pada sisi itu jua adalah keniscayaan yang tertoreh pada setiap koridor yang dilewati everyday, menyemai kebeningan rasa, bermandikan parfum keindahan langkah diri.

Anggrek, perjalanan tidaklah harus bersisian pada kebersamaan mengisi ruang tetapi ada saat ketika tidak harus menatap, memandang atau bahkan memetik. Perjalanan adalah ruang bacaan yang dicerna dengan kesanggupan hati memilah antara aura dan rona. Keduanya, aura dan rona adalah pemantik semangat dan spirit ketika mencium keharuman wangi bunga yang mengembang di kamar hati. Dan ketika kebersamaan perjalanan harus melalui titik simpang, maka aku tetap harus menjalankan perjalananku, perjalanan yang aku juga tidak tahu kapan batasnya. Aku meyakini, bahwa halte demi halte yang sudah dan akan kulalui adalah senantiasa mengukir keindahan sekuntum bunga anggrek yang mampu mengharu biru ruang pita hati, kamar hati.

Anggrek, persetujuan tentang kesamaan rasa adalah jalinan yang mampu menganugerahkan nilai cum laude pada judul tesis “kata hati”. Tidak ada definisi yang mampu memberikan titik rasional ketika hati menyampaikan pesan itu. Maka tidaklah salah kalau pesan itu kemudian dialiri saja mengikuti alur rasa dan diucapkan sebagai ungkapan. Tanyakanlah pada ruang hatimu, sejauh mana nilai kesamaan itu mencapai kadar tertingginya. Tanyakanlah pada kamar hatimu ketika dialog imajiner menemani dirimu, apakah memang ada rasa itu pada dirimu, apakah ada aura dan rona yang menyelimuti hatimu untuk sebuah nama. Tanyakanlah dengan kebeningan hati, bukan dengan ego diri.

Anggrek, ungkapan itu adalah kata hati dan pembuktian tentangnya bukanlah dalam konteks timbal balik tetapi adalah pembuktian nilai ungkapan itu sendiri. Meskipun begitu tidak jua aku harus mempersamakan persepsiku untuk dijadikan definisi yang sama ketika engkau memberikan sudut pandang yang berbeda. Aku hanya ingin sampaikan pesan hati dan engkau pun mendengarnya dengan kata hati, tidak dengan asesories yang lain. Maka nilai kata hati itu pula yang akan memberi pesan pada sinar mata bahwa kata hati adalah ungkapan sinar mata.

Anggrek, aku ingin melanjutkan perjalananku, mohon maaf atas segala hal yang tidak pada koridornya, semoga engkau baik-baik saja, karena aku juga baik-baik saja (seperti lirik lagu Gita Gutawa). Tetapi ini bukanlah permainan, bukanlah senda gurau. Ini adalah cerita tentang pesona, cerita tentang rasa, cerita tentang aura dan rona. Dan pesonamu yang mengharu biru kamar hati adalah kisah tanpa epilog yang mampu memberikan keindahan pada rumah hatiku.
*******





Tuesday, April 24, 2007

Signifikansi, Garis-Garis

Memahami makna yang dilepas lewat nafas panjang adalah menggariskan definisi yang sudah disetujui dengan kemampuan komprehensif. Aku hela nafas panjang itu dan mencoba menggali kembali pemahaman pada setangkai makna yang selalu menyampaikan yang tak terbaca. Kucoba cerna dan menggaris-garis signifikansi yang dibangun di atas jembatan keyakinan.

Ya keyakinan itu menjelaskan sejumlah sudut pandang, bahwa kedalaman rasa adalah galian yang tak habis dianalisisi melalui mekanisme tesis sekalipun karena dia adalah kaca dan cermin sepanjang cerita insan yang didapatkan. Galian yang kudapat sejauh ini adalah mengantarkan pola pikir pada ketulusan, kepolosan dan kearifan yang dijelmakan dalam cara pandang dan pola tindak.

Kesimpulannya adalah tidak ada yang salah dalam cara aku berjalan, tidak ada yang salah dalam cara aku bersantun diri, tidak ada yang salah dalam aku bertutur. Biasa saja dan merupakan bagian dari layout yang sudah dibordir di sejumlah titik simpul.

Lantas ketika kelabu dan awan menutupi ruang pandang hanya karena arogansi sektoral dan kedengkian yang ditransformasikan melalui tema iri dan dengki, secepatnya aku menanam pagar keyakinan, bahwa itu adalah penyakit hati yang bernama khasad, senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang. Aku sebenarnya kasihan melihat sosok yang diselimuti dengan karakter model beginian, tetapi juga sebel dengan pembenaran subyektifitas dan pembentukan opini.

Dan itulah fundamen yang kuceritakan agar menjadi perbaikan di kemudian hari, ada teguran, ada bimbingan dan ada arahan. Bahwa interaksi adalah dinamika, aku setuju banget tapi kalau definisi dinamika dipahami sebagai penjungkirbalikan makna, maka jawabanku adalah melakukan umpan balik pada hirarki yang lebih tinggi sekedar menceritakan kabar yang digariskan lewat definisi arogansi.
Intelektualitas dibangun dari kearifan dan kebijaksanaan, bukan pamer omongan dan adu omongan based on kompetensi atau yang sebangsa dengannya. Toh delapan jam itu adalah bagian dari yang duapuluhempat jam, bukanlah jaminan akan eksistensi yang sebenarnya. Jelmaan sikap itu yang diterminasi melalui superioritas niscaya akan memberikan nilai kurang dimata hati, dan sikapku jelas, lebih baik berikan umpan balik ke yang lebih memahami, setidaknya ada obyektifitas yang dapat dikembangkan sebagai second opinion.
*****

Monday, April 23, 2007

Warna Hari

Warna hari adalah aneka warna
Ada warna hijau ketika petinggi Jkt memberikan solusi kesejukan
Ada warna merah hati ketika diskusi menyamakan persepsi
Ada warna pink ketika hati menyanyikan lirik kekasih hati
Ada warna kelabu ketika mengapresiasikan nilai subyektifitas
Dan kujalani saja
Dan kunikmati saja
Dan kujelajahi saja
Dan kucerna saja
Sembari menyatakan persepsi diri luruskan langkah
(Thanks atas advis kesejukan buat Ntg, terhadap olahan cerita dan sudut pandang ketika merespons yang kukirimkan pagi ini. Setidaknya mengetahui suasana yang sebenarnya dilalui ketika berhadapan dengan arogansi bersudut sempit).
(Thanks atas nilai surprise merayakan ultah dengan tumpeng, seingat aku baru ini dirame-ramein dengan segenap rekan, thanks pada yang memberikan nilai surprise itu, setidaknya memberikan value ketika hati berwarna-warni).
(Thanks to Wl, atas souvenir ultahnya, kamu selalu memberikan itu pada sebuah nilai persahabatan yang begitu panjang, tertata, terukur dan terisi. Nanti akan kusetting sebuah acara kecil-kecilan untuk group kita, tinggal menyesuaikan waktu saja).
(Anggrek, pembuktian adalah nilai ungkapan itu, setulusnya, sebuah argumentasi yang dituangkan pada nilai kasih sayang. Maka yakinkanlah itu bukan sebagai timbal balik melainkan ungkapan pada nilai itu sendiri).
*****

Sunday, April 22, 2007

Lintas Ahad

Ada yang datang, ada yang bertandang dan jadilah keramaian mewarnai pagi Ahad yang menyenangkan. Bisa bertemu dan berbagi cerita dengan sanak saudara, ada yang bisa diceritakan, ada yang bisa diberitakan, menjelaskan dan menggambarkan, kedekatan pada situasi informal adalah bangunan yang mampu menjembatani jarak tanpa ukuran.

Maka senanglah hatiku menyambut dengan senyum dan ucapan, bahwa kemudian tidak jadi berangkat keseluruhan sesuai rencana yang sudah matang itu, tidaklah jadi soal karena memang harus demikian yang dijalani. Aku bisa katakan itu karena bagian dari langkah diri adalah ketidakmampuan kita menjelaskan realisasi rencana karena invisible hand. Maka berbincangpun adalah kesukaan membagi suasana dan semakin memberikan makna bahwa nilai persaudaraan itu adalah hal esensi yang mesti dijaga nilai kedekatannya.

(Met jalani hidup baru ya Ness, adalah perjalanan jua yang mampu menjelaskan semua titik singgung yang menjadi catatan sepanjang jalan. Dan kamu adalah bagian dari penceritaan yang menggarisbawahi alinea lintas hari sampai kemudian sampai di batas hari ini yang menyenangkan. Semoga langgeng ya dan tidaklah putus nilai yang sudah kita bangun itu).

(Jalan-jalan melintas Ada tuk kemudian singgah, menikmati, menjelajah, memandang dan memilih sampai akhirnya ada yang dibawa pulang sebagai realisasi rencana. Ada rasa puas tuk menyelesaikan hari dengan berbagi, berucap dan bercakap, itulah suasana yang menutup Sunday dengan kedamaian hati, setidaknya malam ini menyongsong tidur).

******
Membenahi taman kembang halaman
Membelai tanaman bunga di tenangnya pagi
Menyemai kelembutan sembari memberi warna
Taman kembangku semakin mempesona
Taman bungaku semakin mekar mewangi
Senandung nada dilantunkan sembari meresikkan

Duhai anggrek bulan
Engkaulah taman kembang
Sekuntum bunga yang menghangatkan
Dan menghias kamar hatiku
****

Saturday, April 21, 2007

Renung, Ultah

Ada yang menarik sebagai renungan, ketika melepas handaitolan yang hendak umrah, kok tiba-tiba jatuh sakit dan harus opname, sehingga akhirnya batal berangkat. Memang jalan itu selalu kita tidak tahu rahasianya, walau sudah direncanakan, dengan persiapan, dengan keinginan yang kuat namun ada yang harus diingatkan dengan ketidakjadian ini.

Bahwa kita tidak pernah tahu rahasia Allah tentang qudrat dan iradat itulah, yang menjadi catatan renungan. Bahwa kita tidak pernah tahu dengan next step, dengan masa depan, dengan rangkaian perjalanan, dengan adegan apa yang harus kita lalui, itulah yang mestinya menjadi renungan aqidah sebagai pembanding eksistensi diri.

Aku sebenarnya juga punya rencana itu, ingin banget untuk kembali bertamu ke rumah qiblat, baitullah bersama keluarga, untuk memperkuat ikatan aqidah yang sudah mendarah daging di sekujur lahir bathin. Moga-moga tahun ini bisa terlaksana, semoga Allah meridhoiNya. Bahwa perjalanan kita tidak tahu dimana batas akhirnya, itu juga yang menjadi rahasia tentang rencana, tentang harapan, tentang keinginan, tentang doa keselamatan dan akhir cerita yang khusnul khotimah. Semogalah aku mendapatkan itu dengan cerita perjalanan yang fastabikul khoirot.

(Makasih my wife, makasih kedua ananda atas ucapan ultahnya, di subuh Sabtu yang masih hening, si sulung memberikan ciuman manja dan ucapan ultah, kemudian si ragil memberikan sebungkus kado yang menjadi surprise bagiku. Duh sangat menyentuh dan mengharukan, kayaknya mereka memang ingin membuat surprise untukku. Makasih, semoga Allah memberikan perlindungan lahir bathin kepada kita semua, amien).

(Thanks for all college atas ucapannya, atas jabat tangannya, atas atensinya yang mampu memberikan nilai hari pada suasana yang menyenangkan, membeningkan dan sekaligus mendekatkan nilai keakraban itu).
*****

Friday, April 20, 2007

Nilai Itu

Makasih deh atas perhatian dan ucapan-ucapan via imel atau esemes yang menunjukkan nilai persahabatan, nilai pertemanan yang utuh, panjang, menyenangkan dan forever. Untuk As, Ar, Br, Tt dan group milis yang lain aku ucapkan again makasih banget atas nilai ucapannya itu walaupun baru besokkan titik ultah itu dituliskan. Dan itulah nilai persahabatan kita, selalu mendahului untuk dijadikan deal yang merayakan.

Aku janji next week akan lunaskan deal itu, kita ketemu lagi, kita gabung lagi, kita bercakap lagi, kita tutur tatap lagi, kita bersenandung lagi sampai mentari capek menyinari. Aku merasakan nilai itu adalah ketulusan yang membalut silaturrahmi dengan kesejukan berbagi suasana, sungguh menyenangkan, sungguh membanggakan punya sahabat sepanjang usia kerja, bersama lagi, membagi lagi, mengucapkan lagi.

(Thanks to Ng yang mau bagi waktu sekedar bercerita tentang keinginan, kebosanan dan harapan. Kamu ternyata mampu menjelaskan itu dengan kejernihan pandang dan sekaligus memberikan argumen menghadapi next step).

(Ada saja kabar baru yang diceritakan di milis itu, sehingga aku perlu konfirmasi tentang jalan ceritanya, dan ternyata itu adalah yang kedua. Selamat for Ag atas second marriednya, jalan cerita terkadang memang harus menghadapi halte demi halte untuk direnungkan dan disikapi).

(Ada rasa jenuh dan bosan menghadapi rutinitas, pengen ganti suasana, pengen ganti cuaca, masih pancaroba, moga-moga segera berganti musim semi, moga-moga dikabulkan, moga-moga ada balasan dari hati yang dengki dan berdebu itu. Makin kupahami anatomi perilakunya mirip perilaku autis yang tak tersembuhkan, kasian deh lo. Makin pula kuanalisis, makin jelas polahnya mirip orang sakit yang perlu therapy sepanjang hayat, gak sembuh-sembuh, kasian deh lo).

Thursday, April 19, 2007

Anggrek

Anggrek,
Ketika titik rindu menjadi menggebu
Ketika rasa ingin menjadi hasrat yang bersinar
Ketika baris cerita menjelaskan apa saja
Cerita tentangmu adalah merangkai keindahan
Cerita bersamamu adalah keindahan yang mempesona
Memandangmu adalah sketsa yang tak pernah selesai
Menatapmu adalah lukisan yang tak pernah selesai

Maka kunikmati saja semua pesona yang kau miliki
Maka kunikmati saja keindahan yang kau punyai
Maka kunikmati saja keharuman yang kau sebarkan
Maka kunikmati saja kecantikan yang kau pandangkan
Maka kudengarkan saja kalimat yang kau ceritakan
Maka kusampaikan saja bait kata hati untuk kau dengarkan
******
(Aku ikut prihatin atas musibah itu, kadang ada jawaban mengapa kita harus mengalaminya sebagai hikmah, maka kehilangan itu adalah bagian dari sketsa yang akan menjelaskan titik kehati-hatian pada setiap langkah, tabah aja ya).

(Kuselesaikan dengan segenap upaya agar tercapai target yang diinginkan this week, maka sambil menikmati cuti, kuselesaikan satu persatu agar tidak lagi ketinggalan kereta).
****

Wednesday, April 18, 2007

Catatan Tinta

Luangkan waktu menyapa handai tolan
Selamat pagi abang
Selamat pagi kakak

Dan mereka menyambut dengan pelukan
Dan mereka menyambut dengan senyuman
Dan mereka menyambut dengan cerita

Bukankah wisma nusaindah ini penuh bunga, Kak
Bukankah bangunan megah ini penuh harapan, Bang
Maka kuceritakanlah tentang perjalanan selama ini
Maka kuceritakanlah tentang kabar selama ini

Duh,
Mengapa aku selalu terlupakan di sisi ini
Mengapa aku tidak mampu menjalankan bagian ini
Padahal mereka adalah bagian itu
Padahal mereka adalah cerita itu
Padahal mereka adalah berita itu

Iyalah, kata Abang
Kata yang menjadi ciri khasnya
Manakala cerita menggumpal menjadi pasir yang berserak
Dan antaran senyum mengakhiri cerita sepanjang hari
Dan kuakhiri dengan bahasa yang membumikan

Sekali waktu kita akan bersafari lagi
Menelusuri Timur untuk bercerita
Dan menyambung ikatan yang menerangkan
Iyalah, kata Abang
Salam untuk semuanya, kata kakak mengakhiri
(Catatan Bandung Rabu)
******

Bunda
Rentamu adalah jawaban kedatanganku
Riangmu adalah sambutan pada cerita rindu
Meski sakit
Namun sapamu mampu menjelaskan cerita berita
Tanpa harus kujelaskan

Bunda
Ketika kuceritakan tentang kedengkian
Ketika kukisahkan tentang rasa iri seseorang
Jawabanmu sungguh menjelaskan tentang bening
Jawabanmu sunggguh menjelaskan tentang kapasitas
Jawabanmu sungguh menjelaskan tentang ketenangan

“Biarlah orang melakukan itu karena ketidakmampuannya menganalisis personifikasi, biarlah dia melakukan itu, toh akan menjadi kebangkrutan amalan dia. Damaikanlah hatimu”.

Bunda
Begitu cemerlang pilihan kata yang engkau tuangkan
Rentamu, sakitmu, tidak mampu mengeluarkan keluh kesah
Mata tuamu, sekujur tubuh yang tertatih
Tidak mampu menyampaikan rintihan
Engkau adalah dianku
Engkau adalah apiku
Maka
Jadikanlah aku kebeningan itu
Jadikanlah aku ketenangan itu
(Mataku berkaca, setitik bening menggenang di sudut mata)

Bunda
Pelajaran yang kudapat adalah mengilhami cara pandangmu
Engkau seorang guru
Engkau seorang pendidik
Engkau seorang penjelajah
Yang mampu menjelaskan hakekat dan martabat
Tanpa harus mengumumkannya
(Catatan Bandung Selasa)

******

Curhat yang dituangkan adalah menjelaskan semesta kelabu yang menutupi ruang
Curhat yang ditumpahka n adalah menjelaskan titik singgung di sudut pilar
Kemudian mengalirlah cerita tentang gaya dada
Kemudian mengalirlah cerita tentang iri dan dengki
Kemudian mengalirlah cerita tentang superioritas
Kemudian mengalirlah cerita tentang pembusukan nilai
Kemudian mengalirlah cerita tentang aroganisme
Pada sekujur cerita tentang tema yang berhadapan
Mirip tingkah laku autisme yang tak terkontrol

Kadang kasihan menjelmakan personifikasi
Kadang kasihan menikmati rutinitas yang menelikungnya
Tapi semua tergusur oleh tampilan yang bermerk Iri
Tapi semua tergusur oleh tampilan yang bermerk Dengki

Pada naluri itu
Tulisan tentang nilai yang disandangnya adalah berbaris kata
Kutuliskan saja
Kualiri saja
Berbaris, berderet dan menjelaskan
Berjarak, menggambarkan personifikasi
Supaya decision maker tahu tentang lingkup dia yang dengki
Dan membangun second opinion berbasis ungkapan

(Senin malam mengejar tujuan untuk menjemput rindu pada Bunda yang semakin renta dan sakit-sakitan. Kukejar waktu menyapu malam, menikmati malam, menjelang subuh).

****

Sunday, April 15, 2007

Seabreg, Selesai

Walaupun dalam suasana libur, manajemen waktu tetap kuterapkan karena sejumlah jadwal ada dihadapan. Dan semuanya dapat dilakoni dengan spirit hati dan keyakinan untuk diselesaikan. Ya tentu based on semua itu diawali dengan bersih-bersih diri sendiri dong, mandi pagi menjelang subuh, religi, aktivitas pribadi mingguan, baca Koran pagi sambil sarapan, membelai taman bunga, dan merapikannya.

Menyelesaikan kuesioner yang seabreg itu, kerja bakti lingkungan, bersih semua, senang hati melihatnya, menulis sebuah paragraf, antar si sulung untuk mendaki Merbabu sebuah hobby yang menyenangkan, mengunjungi keluarga yang sakit di RS, semoga lekas sembuh karena umroh menjelang, menata kumpulan pustaka yang berserakan, habis dibaca, semrawut, dirapikan. Dan waktu pun beranjak menuju horizon jingga di barat.

Capek, tentu, tetapi ketika semua jadwal dapat diselesaikan, ya senang juga sehingga ada rasa puas dan mengakhirinya dengan dinner kesukaan, sate padang yang rasanya nendang apalagi dibantu cuaca sehabis hujan, sejuk, ingin yang hangat, ya itu makan sate padang. Nikmat sekali.
****

Saturday, April 14, 2007

Ness, Perjumpaan Itu

Lama tak kasih kabar, lama tak tahu berita, tiba-tiba saja kamu muncul seperti sosok yang menantang pandangku. Duhai, surprise, kaget tapi juga mengesankan dengan penampilan kamu yang jauh lebih matang, dengan kerudung Melayu yang khas itu, dengan logat khas tanah semenanjung yang makmur maju itu.
Kapan datang, sapaku menepikan kaget.
Sudah dua hari ni, jawabmu lugas.
Pulang sesaat or…, tanyaku runtun.
Oh ya, awak nak beri kabar bahawa awak ni mahu married.
Duh, beruntung banget ya pria yang mempersunting kamu yang cantik dan menawan itu. Siapa dia.
Orang Indon juga, bekerja di Petronas, jawabmu singkat.
Trus, kapan hari Hnya.
Ahad depan, katamu sembari menyerahkan Kartu Undangan hijau muda berlapis plastik.
Kuraih, kubuka dan kubaca sesaat sembari menyunggingkan senyum.
Iya deh, sebelumnya aku ucapkan selamat ya semoga mampu mendirikan bahtera dengan layar yang kukuh dan tahan banting, ujarku lembut.
Ness tersenyum hangat menyambut kalimatku.
******
Bayangan tentang kisah pertemanan itu menghangat kembali. Ness, sekondan Englishku, dulu aku suka berlatih English with her sembari berguyon ria. Kamu sangat menyenangkan, mampu mengajakku menelusuri kedekatan yang mengesankan, keterusterangan, apa adanya, dan selalu membuatku menafsirkan senyum kamu dengan beragam tanda baca, apakah koma, apakah tanda seru atau tanda tanya bahkan hanya sebuah titik.

Ketika kamu berangkat, pamitan, kuantar sampai bandara, kamu berikan kecupan hangat di pipiku, duh semuanya menjelaskan kembali cerita itu, kisah itu sampai aku bertanya dalam hati, apakah ini sebuah nilai pertemanan atau kedekatan yang tanpa jarak itu.

Kini kamu muncul surprise dengan sebuah kartu undangan, aku terkesima, begitu mempesonanya kamu dengan pakaian sopan khas melayu itu, lebih dari yang kuduga penampilan kamu Ness. Ternyata masih ada sambungan silaturrahmi yang dijelmakan dalam perjumpaan ini. Dan kita pun berjalan sesaat mengisi sore.
******




Friday, April 13, 2007

Telomoyo


Bermain dengan kelok
Beradu dengan tanjakan pinus
Memacu adrenalin ketinggian pass
Mengantarkan selimut kabut
Di puncak view yang menawan itu

Betapa
Inilah yang aku suka
Bermandi kabut serasa di awang
Memandang seluas mata memandang

Aku bisa jelajah sudut pandang sinar mataku
Aku bisa antarkan teriakan bersama bayu
Aku bisa kirimkan setangkai kembang untukmu
Aku bisa titipkan salamku pada anggrek bulanku
Aku bisa goreskan alinea tanpa judul
Aku bisa renungkan kewibawaanMu
Aku bisa kerdilkan eksistensiku
Aku bisa yakinkan kemahaanMu
Aku bisa kalahkan egoku
Aku bisa rajut asaku yang tercecer di jalan

Betapa
Inilah yang aku peluk sejak lama
Menarikan hati bersama kehijauan puncak
Menjanjikan hati bersama langkah lapang dada

(Tuhan, ketika bacaanku tentang kekalahan memasuki bab epilog, ada yang menggariskan kembali bahwa perjalanan adalah cerita tentang perhelatan yang menguji nafas keyakinan untuk tetap menatap biru langitMu yang transedental itu. Tuhan, maafkan aku karena kurikulum itu tidak mampu kucerna dengan sempurna. Tuhan, yakinkanlah aku bahwa sekolahMu sesungguhnya adalah kenaikan tanggung jawab yang sekaligus menjadi rahasiaMu, bahwa boleh jadi rahasia itu belum Engkau ceritakan di hari ini).

(Makasih banget to Ym atas upaya lobbynya itu, setidaknya ada upaya untuk mengganti meja menjadi pembangkit semangat, semoga Allah mengabulkannya).
*****

Thursday, April 12, 2007

Jelajah

Lagi gak mood dengan kerjaan, jadi lebih banyak menikmati hobby, menjelajah internet, menjelajah jalan, menjelajah hati, menjelajah renungan dengan suasana hati yang merah hati. Meskipun begitu aku tetap mampu menyelesaikan beberapa hal yang dianggap penting untuk diselesaikan dan merampungkannya dengan kombinasi putaran waktu sampai jam tiga sore. Karena setelah itu aku ingin melanjutkan tugas yang belum rampung juga di rumah. Aku inginkan itu selesai pada minggu ini sehingga tidak ada tunggakan kewajiban.

(Thanks to ananda Ns yang mau bantuin menyelesaikan itu, biasanya begitulah adanya, selalu perhatian, selalu dengan kemanjaan, selalu mau memahami dan menyenangkan).

(Uji Lab itu menghasilkan konstanta kehati-hatian agar aku memperhatikan sinyal batas ambang yang hampir terlewati dan setidaknya mengetahui aku berada di posisi mana).
*****
Aku nyanyikan saja senandung yang aku suka
Sekedar mengkapling nilai rasa yang berirama
Aku tawarkan saja rasa asin yang menjelajah aroma
Sekedar mengukur nilai aura yang mengharumkan
Aku jelajahkan saja jalan-jalan sepanjang jarak
Sekedar memantik aneka warna yang tersaring pandang mata
*****

Wednesday, April 11, 2007

Road To Library


Mencoba mengganti rutinitas dengan mengganti halaman layout menjadi isian yang bernilai tambahan menu. Maka setelah cek diri ke Poliklinik, aku memulai isian itu dengan memelototi page demi page sekedar menambah menu yang menjadi target this week, pengen tambah dan tambah untuk memastikan nilai Saturday nanti. Walau agak kurang fit, makanya aku absen pada aktivitas hari kerja, namun road to library adalah pilihan yang kutetapkan untuk mengisi layout hari.

Banyak buku, banyak catatan, banyak tulisan, banyak diktat, banyak referensi, banyak banget sehingga memberikan konteks keyakinan untuk bisa mengambil beberapa page yang menjadi titik tumpu variable yang sedang kucari. Sesungguhnya aku senang dengan suasana ini, bisa baca dengan tekun, bisa lupakan dunia sekitar, bisa lupakan aktivitas rutin, bisa apresiasikan dengan lebih yakin dan tentu saja menjurus ke konklusi yang komprehensif.

Library di kampus bunga yang hening menambah keheningan rasio dan rasa. Memfokuskan diri dengan tema dan titik berat, adalah sekeping ruang rasio yang ingin kukelola dan kukedepankan untuk meraih one target setidaknya step minggu ini. Sementara ruang rasaku tetaplah memberikan angin kesejukan sebagai penyeimbang yang mewarnai langkah perjalanan hari. Maka ketika temen-temen lain datang tanpa diduga, kusambut saja mereka dengan senyum sumringah, basa-basi sesaat lalu hening lagi, lalu baca lagi, lalu konsentrasi lagi.

*****
(Thanks to Dt, kabarku baik-baik saja, lagi sibuk ya, selamat ya dengan langkah barunya, semuanya serba baru dan menuju kehijauan dan kesegaran yang diingini).

(Sorry to Ng, janjiannya gak klop, tapi langkah yang disepakati adalah mencoba menggali sebanyak mungkin nilai tambah untuk kemudian direkonsiliasi dengan berbagai alternative, so dicoba dulu dengan argumen masing-masing).
*****


Tuesday, April 10, 2007

Ning, Warna Itu

Lagi ngapain, kataku membuka percakapan pagi menjelang siang.
Biasa lagi ngadepin komputer, katamu di seberang sana.
Ning, selalu saja ada yang menyenangkan ketika menyapa kamu.
Oh ya, kan udah dari dulu emang gitu.
Aku sebenarnya pengen main ke ruang kamu tapi kali ini lewat tlp aja ya.
Ada sesuatu yang bisa kubantu.
Kalau boleh aku dikirimin aturan tentang kompetensi, kamu punya kan.
Ntar aku cariin ya, en aku kirim via imel aja.
Makasih ya, kamu memang selalu menyenangkan.
*****
Gak butuh waktu lama ketika imelnya muncul dengan attachment yang lumayan tebal dan langsung ku RE kan sembari ucapkan terimakasih. Ning adalah keramahan yang berjalan apa adanya. Ning juga adalah temen dekat yang sejak lama memberikan respon-respon lisan menarik tentang apa yang kutulis di media internal.
*****
Kok produktif amat ya dengan tulisannya itu, katamu tadi.
Kan udah dari dulu, kita juga dulu pernah bersaing di lomba itu kan, kataku.
Tapi sekarang kok gak muncul lagi Ning, apa karena sudah mutasi ke Semarang trus males tampil, lanjutku.
Ya, lebih suka baca tulisan kamu.
Tapi kok gak pernah ngerespons di imel.
Kan gak perlu-perlu amat, lagian aku juga udah maklum dengan gaya bahasa kamu. Aku lebih suka ngomong langsung.
Ning, dari dulu kamu itu gak pernah berubah loh.
Maksudnya ?
Ya itu, tetap langsing, manis dan selalu senyum menawan setiap kita ketemu.
Tuh kan.
Emang iya, bener loh, rasanya kalau ngomong sama kamu gak pernah membosankan karena keramahan kamu itu.
Ah bisa aja, abang aja yang suka berlebihan.
Aku makasih banget ya, kamu selalu membantu ketika aku memerlukan.
******
Ning, nilai pertemanan itu adalah prolog dan epilog yang bernilai bunga mawar, selalu mau memahami, selalu mau membantu, selalu dengan senyum yang menyenangkan, dan kamu adalah nilai itu setidaknya di mataku.
******

Monday, April 09, 2007

Diam, Dian

Diam membungkus tetapi dian tetap menyala dalam diriku. Bukankah dian adalah bagian dari kesinambungan yang memberikan kehangatan walaupun harus tetap diam. Dian adalah api, dian adalah penghangat, dian adalah termos yang mampu memelihara semangat kehangatan pada hatiku. Sementara diam ku adalah untuk mengaduk-aduk performa, diamku adalah untuk menyeterika pakaian hati, diamku adalah untuk memberikan ruang dialog bagi diri sendiri dan kemudian mengumumkannya sebagai proklamasi kehangatan matahari.

Diamku adalah dialog itu sendiri
Diamku adalah cerita itu sendiri
Diamku adalah episode itu sendiri
Diamku adalah kisah itu sendiri

Dianku adalah penjaga kehangatan hatiku
Dianku adalah sinar mata berlapis senyum
Dianku adalah penyambung spirit melanjutkan
Dianku adalah hakekat yang menyemarakkan

Sunday, April 08, 2007

Pinus Berbaris

Berjalan menikmati bukit-bukit pinus yang berbaris
Berjalan menikmati kehijauan sehamparan petak
Sepanjang mata memandang menguji indra
Sepanjang pandang yang dilukis lekuk bumi berbukit

Berjalanlah aku
Menelusuri sejumlah lembah menaruh cerita
Berjalanlah aku
Menelisik sejumlah kelokan menggelar alinea
Berjalanlah aku
Menemani diri menghapus barisan tak tergapai

Keindahan itu adalah melambungnya kagum
Keindahan itu adalah menyanyikan prosa monalisa
Keindahan itu adalah menumpahkan logika rasa
Keindahan itu adalah menuangkan jingga

Aku sampaikan pada sejumlah halte
Bukanlah maksud untuk menepis animo hasrat
Bukanlah maksud untuk menjepit ingin
Bukanlah
Hanya untuk membuka jendela hati
Dan menjelaskan sisi
Yang terlewat tanpa ventilasi
*****
(Satu selesai, satu menjelang, maka manajemen waktu adalah jawabannya. Maka ketika ada kumpul-kumpul rutinitas malam ini, kewajibanku kulaksanakan saja, menghimbau, menjelaskan dan mengharapkan. Satu selesai, satu menjelang)
*****

Saturday, April 07, 2007

Weekend Letter

Ketertinggalan itu berupaya aku kejar dengan memacu segenap bangun semangat untuk berupaya menuntaskannya. Berbagai halaman kucerna, kuapresiasikan dengan membandingkannya pada sejumlah referensi lantas mengadunya dengan pembuktian yang terdepan. Hasilnya menurutku belum memuaskan karena konten yang kucari ukurannya itu belumlah klop di ruang rasioku.

Maka aku ulangi lagi dengan mengadopsinya pada setiap judul, membandingkannya dengan sejumlah barisan yang sudah jadi, berupaya mengambil titik simpul dan mengutarakannya pada sejuumlah alinea. Begitu yang kusikapi ketika seluruh hari Sabtu ku isi dengan mengalirkan kaitan tema yang sudah kupegang sejak sebulan terakhir.

Aku lupakan semua yang menjadi cerita asesories, kalaupun ada prioritasnya adalah pada urutan selain pertama. Aku mandikan rasioku sebenar-benar cahaya untuk benderangkan kembali yang tertinggal. Aku ingin menyetarakan kembali dan kalau boleh kembali ke predikat cum laude seperti yang selama ini kuraih.

Sementara tekad untuk tampil di eksternal sudah pula menari, tinggal tunggu gongnya dan moga-moga berjalan lancar. Setitik sinar adalah bagian dari prioritas yang menggunung untuk segera kuraih dan kupeluk.

*****
Kesedihan itu tidak harus dinominalkan pada kesetaraan bernilai sendu atau rintik hujan menggenang hati. Bahwa ada keistimewaan pada logika yang terjadi ketika announcement menyiarkan kuota bukan untuk diri, maka gores garis adalah coretan yang mampu melukis sendu membungkus satire.

Sembari mengetuk pintu resort, pertanyaan yang menggelembung adalah apakah kriteria menjadi pemutus jalur yang menuju ka arah harapan. Maka secara elegi kuubah saja pertanyaan itu menjadi pernyataan bahwa nilai bukanlah persepsi milik pribadi namun diukur dari kepantasan peran pada lingkaran bersudut simpul, terlepas dari hakekat kejernihan yang dimiliki.

Maka alinea berikutnya adalah mencoba mengukur nilai, bahwa kepastian tentang senyum bukan berarti persetujuan, bahwa nilai intrinsik tidak harus digelar pada derajat kemerdekaan diri. Orang boleh saja menilai tetapi ukurannya adalah tingkat kejernihan cara pandang, bukan telunjuk lurus kelingking berkait. Tutur sapa tidak selalu sama dengan tutur hati apalagi kalau sudah disirami dengan bumbu dengki dan iri. Tetapi aku juga yakin bahwa revenge nya tetap tercatat dan akan jadi bagian karma pada sebuah saat.
(Epilog Jumat)
*****


Thursday, April 05, 2007

Anak Kos

Cerita tentang anak kos selalu yang lucu dan greget. Di lantai atas dan belakang rumah, ada hiruk pikuk canda mereka yang pake gen X itu. Jadi selalu ada yang menjadi highlight berita hari atau penyegar isyu tentang apa saja. Kali ini kombinasi mahasiswi dan karyawati menjadi 65:35 berbeda dengan ketika masih didominasi karyawati, lebih mudah diatur, sopan santun jadi menu utama. Nah karena peran mahasiswi itu terkadang ada kisah-kisah lucu dan sekaligus konyol, misalnya suka nangis sendiri ketika ada masalah dengan teman prianya, atau tiba-tiba dua pacar sekaligus ketemu pada sebuah saat di teras, atau kalau ke kamar mandi pakaiannya kurang "terjaga".
Aku kadang tersenyum sendiri melihat lakon itu, tetapi secara keseluruhan mereka orang baik, terarah dan terukur, gaul disamping tentu saja cantik dan manis. Dan aku selalu mampu membuka komunikasi dengan bahasa mereka yang manja dan bisa diajak guyon. Ada kedekatan personal, ada kedekatan informal, hampir tak ada sekat batas sehingga suasana benar-benar menyenangkan. Mereka sendiri yang katakan "betah banget" tinggal di rumah.
Menciptakan bahasa informal, membangun komunikasi dan mencoba memahami eksistensi anak-anak kos itu setidaknya memberikan corak pada apa yang disebut fenomena keseharian, tidaklah selalu dimaknai bahwa kehidupan mereka melewati batas koridor, paling tidak aku menyaksikan sendiri, sehingga persepsi itu tidaklah untuk digeneralisir.
*****

Sukses Juga

Senang juga hati manakala acara religi itu berjalan sukses walau ada kejutan tersendiri justru ketika tausiah inti baru mau akan dimulai, seluruh sound system gak berfungsi. Akhirnya memakai perangkat ala kadarnya, aneh juga, gak ketemu apa penyebabnya, tapi alhamdulillah semua berjalan lancar, ramai, semarak, syiar menggema, dan berakhir menjelang tengah malam. Ketika semua ditata dan dikelola, niat semuanya adalah semoga Allah meridhoinya, berjalan lancar, paling apik rangkaian acaranya.
Tausiah itu adalah mengingatkan eksistensi, bahwa suri tauladan adalah contoh dan patron yang mesti selalu dirujuk ke hati untuk kemudian sebagai lakon peran diri. Memang harus selalu diperbaharui agar keniscayaannya itu tidak kembali berdebu. Maka peringatan atau momentum adalah saat mengkilapkan kembali tauladan dan patron itu.
(Ada rasa keki dan echa ketika harus diomongin berulang. tetap saja dan selalu saja pilihan berganda yang dikumandangkan adalah : a. gak punya time b. insyaAllah c. full time. Dan pilihannya adalah menebak dengan bahasa intonasi dan bahasa tubuh, eh capek deh).
*****

Wednesday, April 04, 2007

Jalan Kehijauan

Ada juga rasa jenuh manakala kunjungan ke sebuah tempat berulang seperti siang ini ketika ada kesepakatan untuk lunch bareng dengan rekan. Yang dikunjungi ya itu-itu juga maka tidak ada greget yang menjadi catatan improvisasi. Hanya karena ini sudah jadi kesepakatan, aku ikuti aja. Yang ingin kunikmati adalah perjalanan menuju titik tujuan, walau gak lama namun mampu memberikan sentuhan keindahan alam yang menawan, aku suka dengan suasana seperti itu, memandang kesegaran, menghapus kesumpekan dan memperluas cakrawala "kedewasaan peran".
Di titik itu aku lebih suka membaca sembari mencoba memahami apa kira-kira yang menjadi prediksi kedepan, tentang tema yang harus kubuat, tentang judul yang harus kucipta. Aku ingin mengisi waktu senggang dengan mengimprovisasi seluruh kemampuanku untuk mempublikasikannya, untuk menyebarkannya. Aku ingin lebih dari sekedar internal, aku ingin melewati batas itu, aku ingin menyeberanginya. Aku sedang mencobanya. Maka aku lebih banyak diam.
Di titik sebuah perumpamaan
Ada hasrat untuk menyeberanginya
Ada nuansa untuk mengukirnya
Ada sinar untuk menghangatkannya
Aku coba untuk membuka
Aku coba untuk memulainya
Aku coba untuk menjalaninya.
Selamat malam anggrek bulan
Keharumanmu adalah perumpamaan itu
*****

Tuesday, April 03, 2007

Fenomena Itu

Fenomena yang diceritakan itu setidaknya memberikan gambaran padaku bahwa tidak selalu keinginan yang diharapkan menjadi kado yang menyenangkan. Oleh karenanya frame yang harus dikembangkan adalah boleh berniat menggapai sesuatu namun jangan terlalu berambisi untuk diraih.
Banyak temen terutama Jkt memberikan argumen itu, mungkin karena kedekatan aku dengan mereka, mungkin juga karena aku selalu memberikan umpan balik pada mereka. Begitupun bingkai yang sama juga ada di seputar mereka, ada harapan, ada yang berharap tapi ada juga yang nggrundel. Cerita seputar tema menguntungkan kelompok tertentu menjadi buah bibir dan aku bisa memahami itu dengan senyum simpul. Bukankah itu juga perputaran.
Cerita seputar dunia perkantoran sejatinya adalah mengungkapkan versi masing-masing dan cenderung subyektifitas, maka saringan pentingnya adalah mencoba memahami sudut pandang itu sebagai ungkapan pengaduan yang setidaknya mampu meringankan beban orang yang menceritakannya. Sekali lagi rekan itu adalah kawasan ring tiga yang tidak perlu digaris-garis penceritaannya. Nanti juga beda topik lagi.
(Melepas penat dengan tennis malam, memukul, mengepal, berkeringat, ringan, puas, capek, pulang dengan rehat dengan lega).
(Sebuah ringtone kadang-kadang dirindukan sebagai persamaan persepsi, maka kadang perlu juga mendengarkannya dengan senandung nyanyian, kunikmati saja, tanpa perlu diangkat loh).
*****

Monday, April 02, 2007

Melepas Yang Akan Berangkat

Melepas yang akan berangkat, sembari merenungkan kebersamaan yang terjalin selama ini, sinergi, koordinasi, kerjasama, interaksi, menjaga ritme, keluh kesah, disposisi, semuanya melintas mengedepankan kisah kebersamaan sampai di batas ini.
Ya ketika harus berhenti di persimpangan ini, bukankah hanya sebuah persimpangan dimana arah yang dituju kemudian berbeda mata angin. Kebersamaan yang dijalin telah melahirkan sikap, tata krama dan mengambil hikmah untuk dicerna. Pilihan adalah bagian yang menjadi decision ketika kaca depan rumah menjadi kabur tertutup kabut.
Selamat jalan
Selamat menempuh karier di lain jurusan
Semoga mampu menjalaninya denganhati jernih dan putih
Maafkan jika ada salah selama kita bersekutu ya..
(Thanks to My atas penjelasan yang jelas banget itu, enak banget ya punya temen yang pintar dan cantik, ya bisa bagi wawasan dan keluwesan tutur sapa)
(Ada yang senang kalau aku susah, ada yang susah kalau aku senang, barangkali itu yang bisa kutangkap ketika melihat environment bermain di kawasan incognito. Begitu pun semua harus kucerna dengan argumen bahwa semua itu adalah kawasan ring tiga, makanya mekanisme layoutnya yang harus kusikapi dengan bening hati).
****

Sunday, April 01, 2007

Menjamu Tamu

Sebagai tuan rumah yang baik tentu aku harus menjamu tamuku yang empat itu sampai ke hal-hal yang detail. Menjemputnya ke hotel, dan ketika mau nganter pulang ke Bandara, disinggahi dulu ke outlet oleh-oleh dan dipersilakan mencari yang digemari ( ya BM gitu, bayar masing-masing loh).
Seterusnya menuju Bandara dan seperti adat istiadat yang berlaku bersalam-salaman, saling menjelaskan, saling berbalas dan diakhiri sampai ketemu. Puas juga menikmati suasana kontemporer yang berbeda, saling mengetahui, teknis shooting, teknis interview, nambah wawasan, nambah teman, ada tim kreatifnya yang ramah menyenangkan, kali-kali sekali waktu ikut lagi.
(Menyelesaikan yang belum selesai, tentang kepanitiaan itu, maka kumpul dengan anggota tuk membahas, menyebar undangan dan konsolidasi perhelatan. Maka di beranda Masjid, malam ini membahas komprehensif sembari bercanda tentang apa saja, sampai larut menjelang dan bubar).
****