Wednesday, March 02, 2011

Kali Gendol, Sebuah Siang

Jalan basah adalah kehati-hatian manakala sepanjang jalan di tengah remang memantulkan cahaya bias bagai cermin yang memantul, ketika pulang. Begitupun nikmatnya suasana ini adalah keceriaan bersama bunga hati dan buah hati mengikuti petunjuk yang tak perlu diarahkan karena jalan yang dilalui telah sampai tanpa rencana.

Ya tiba-tiba saja kita ada disini dengan bukit pasir yang diantar amarah Merapi. Betapa dahsyat muntahan yang kau lemparkan sampai menimbulkan titik belerang panas di beton perkasa ini. Amarahmu menjadi berkah karena ratusan truk siang ini mengutili sekaligus menguliti muntahan yang engkau ledakkan.

Bahasa Tuhan bukanlah sekedar ungkapan tetapi evidence pada sebuah contoh di sebuah aliran untuk dipertontonkan dengan tntunan nurani iman bahwa sesungguhnya kita bukan pemilik, bukan penguasa. Kita hanya pemakai, kita hanya pengguna, tanpa perlu menyewa, tanpa perlu ongkos untuk menumpang karena Tuhan tak memerlukan rupiah kita.

Bukankah tontonan ini untuk mengajak nurani
Bukankah pemandangan ini untuk meraih nurani
Bukankah aliran ini untuk menegaskan keperkasaan
Bukankah kerumunan ini untuk memberikan baju nilai diri
Bukankah itu Tuhan...

(Yogya, 28022011)

No comments: