Sunday, March 16, 2008

Perjumpaan Tidak Harus

Ada perjumpaan yang mengharukan menjelang Subuh ketika pelukan hangat dari seraut wajah tua nan letih menyambut di pintu kehangatan. Rindu bunda untuk menatap, rindu rasa untuk mengadu, rindu kata untuk diucap. Disongsong dan diceritakan tentang suasana dan keseksamaan. Ya itulah kesederhanaan ketika kucoba meyakinkan untuk berangkat bersama, tidak jua harus ada persetujuan dengan mempertimbangkan renta dan kesudahan.

Mengalir cerita tentang titik simpang, tentang penyudahan pada simpul yang dirajut tanpa benang, tanpa sulam. Mengalir cerita tentang penyelesaian tanpa harus terikat lagi karena memang tak ada hirarki yang harus dituju. Dan Bunda mengerti, memahami dan menyapa dengan kelembutan hati. Berangkatlah dengan kesendirian itu dan mohonlah segala tumpahan untuk diceritakan pada rumah suci keakbaran.

Perjumpaan tidak harus pada sebuah argumentasi. Walaupun keinginan untuk berjalan beriringan menjelajah pusat keharibaan yang senantiasa dirindukan adalah jalinan mimpi yang tertayang pada saat menerawang. Tapi itulah bunda, tak harus jua dengan persetujuan karena renta adalah keinginan yang menjadi tak ingin untuk harus, cukuplah dengan tafakkur dan sujid tahajjud dinihari. Duh betapa beningnya suara bunda menyapa dan memeluk hangat diriku dan menjalinkan kalimat untuk dicerna pada kamar hati. Betapa argumen itu memberikan ketulusan pada sikap untuk tidak harus karena matahari sudah mendekati horizon. Doa bunda selalu menyertaimu, kalimat yang mampu menjalankan semangatku untuk kembali dengan senyum. Duhai bunda.

Aku pulang sendirian
Aku berangkat sendirian
Aku menjelajah sendirian
(wajah istri pun berbinar untuk mengantar dan menghampiri)
*****

No comments: