Monday, December 29, 2008

Sampai di Titik Simpang

Engkau datang ketika kulminasi mencapai titik sentuh, dan matahari enggan untuk menceritakan kehangatan. Dan kabar yang kau perlihatkan pada puluhan alinea seakan ingin menceritakan tidak usahlah bergumul pada satu simpul sedangkan simpul yang lain adalah cerita tentang keluasan pandangan, bukan hanya pada satu sudut yang sering membuat merah hati, merah nadi.

Dan ketibaanmu kusambut dengan kipas hati, hening ucap untuk memberikan jalan pada nafas diri yang sedang menjelajah angan. Kuceritakan jua pada pendamping hati, pada sosok yang selalu menjadi pakaian diri, pada seorang yang senantiasa tabah dan sabar mengisi hari rutin sepanjang asa, sepanjang cerita tentang asa.

Itulah pilihan ketika engkau datang mengabarkan asa yang lain ketika satu asa menjadi hitam tanpa bacaan, tanpa huruf dan tanpa warna. Bukankah pilihan itu jua yang akan memberikan ruang untuk menghirup udara segar hijau manakala ada otorisasi yang memberi bukaan portal untuk berjalan tak kembali. Bukankah itu pilihan yang akan mencari tahu sejauh mana pencapaian diri dapat memaksimalkan potensi untuk dikembangkan tanpa harus melihat kebelakang lagi. Tidak lagi karena sudah ada ruang luas yang bercerita berbaris-baris.

Kusambut engkau wahai titik kulminasi
Kusambut engkau wahai titik simpang
Kusambut engkau wahai titik finish
Kusambut engkau wahai titik koma
Untuk menuju titik selesai di satu halte
Dan memberi ruang pada tanda koma
Untuk sebuah kesempatan lain
Aku telah sampai di titik simpang
***

No comments: