Monday, September 03, 2007

Langkah Sepanjang

Senin Prioritas

Skala prioritas menjadi pemisah yang mengisi waktuku ketika melangkah menuju matahari Senin yang ramah. Dan kusiapkan segala sesuatunya untuk pengisi gelas olah pikir dan olah aktivitas. Pagi rutinitas anyar, mengapresiasikan terjemah untuk sebuah rangkaian paket yang telah disepakati bersama. Ada yang menyenangkan tentu mendapatkan sesuatu yang manfaat sekalian menambah galian aqidah yang dijemput dengan keinginan untuk mengapainya lebih dalam.

Skala yang lain menyelesaikan reporting dan dapat kuselesaikan dengan ritme waktu yang pas dan tanpa jeda karena setelah itu ada aktivitas lain yang membutuhkan waktu seharian di luar kota, menyelesaikan yang sudah direncanakan. Dan sembari menikmati panorama hijau segar yang sudah lama tidak kuhirup, aku mengalihkan dengan bacaan referensi yang memang telah kusiapkan, kubaca, kuyakinkan sebagai penyambung alinea dan kucoba untuk merangkainya.

Malam, kulanjutkan karena harus selesai, dan kutinggal janjian yang lain, musyawarah itu dan deal after ceremony yang harus dibungkus ulang. Biarkan saja, toh masih ada yang lain, jangan aku centris dong, yang lain juga bisa. Kutekuni ruang baca untuk menyelesaikan dan alhamdulillah menjelang tengah malam ini selesai untuk segera di tafsir ulang. Sebuah hari yang melelahkan tetapi juga melonggarkan. Satu selesai, dan kututup dengan sebuah helaan nafas panjang.
***
Ahad Pandang Mata

Pagi berjalan, dan ada yang diinginkan untuk dipandang, ya pameran yang digelar sepanjang jalan, baru kali ini kukira, sehingga menarik, sekedar melihat dan membandingkan kemudian seperti biasa ada oleh-oleh yang dibawa pulang, penganan favoritku seiap Ahad.

Berjalan yang lain adalah menikmati lunch di resto yang kusuka, bonafid dan tentu saja sesuai selera. Berjalan yang lain adalah menikmati pajangan di sebuah pusat perkulakan dan akhirnya yang diidamkan jadi juga dibeli, dibayar dengan jumlah besar. Ya dibawa pulang untuk dirasakan, untuk dinikmati.

Berjalan yang lain adalah merampungkan step yang masih juga belum usai. Begitupun aku baru merasa puas jika referensi yan menjadi pilar kekuatan argumen itu dapat kuyakini mampu menyelesaikan dan memuaskan olah pikirku.

Berjalan yang lain adalah menyelesaikan lembar hari yang makin larut sembari menyatakan langkah berikutnya, menjemput awal hari dengan keyakinan yang pasti.

Sabtu Siar Ulang

Hari menggali dan menjelaskan sesuai dengan jadwal dan meski terlambat, kupastikan aku mampu menyelesaikan dengan konsentrasi diri. Ya begitu memang ritmenya, ketika suasana mengharuskan persyaratan untuk sebuah nilai, semua merasa berkepentingan dan saling membutuhkan. Dan wajar saja kalau berangkatnya untuk kebersamaan sesama angkatan kelas. Maka Sabtu pun siar ulang.

Nah, selesai menjelang siang, and then kuikuti sebuah meeting kecil untuk persiapan akhir agar lebih mampu menawarkan tema yang hendak digelar. Selesai dengan kesepakatan dan next week akan dirinci kembali. Aku pulang karena kembali harus berkutat lagi dengan serombongan alinea yang harus selesai.

Sepertinya tidak ada rehatnya. Tapi bukankah ini untuk mengejar dan memastikan di tanggal berapa aku mampu menjelaskan dan menyelesaikannya dengan spirit olah pikir yang sedang kubuka sepenuhnya. Ya sebuah warna yang sedang kusimak, sebuah alinea yang sedang kulukis, sebuah baris empirik yang sedang kuwarnai. Semoga saja sesuai pula dengan warna yang menghias ruang pikir ini.
***
Jumat, Menyapa Hati

Pagi yang menyapa
Hati yang menyapa
Hari yang menyapu
Membersihan ruang hati
Hati yang menyapu
Membersihkan kamar nadi
Sembari mengabarkan pada matahari
Aku telah sampai pada pelabuhan
Aku telah tiba di garis pantai
Aku telah mendarat di bandara biru langit

Bukankah seiring dering yang menyapa itu
Tak lagi kuhiraukan betapa indahnya sinar matamu
Tak lagi kujelaskan betapa dalamnya ruang rasaku
Tak lagi kusibakkan aura elokmu
Tak lagi
Karena aku adalah sapaan nadiku
Karena aku adalah sapaan hatiku
Karena aku adalah matahariku
Karena aku adalah matahatiku
***


No comments: