Thursday, January 03, 2008

Kabar

Kabar sesungguhnya adalah gubahan bayu yang dikumandangkan dengan frekuensi kadar telinga based on susunan kalimat yang dicelupkan pada pemahaman isian. Kabarku baik-baik saja, dan sentuhan bunyi itu memastikan bahwa ada yang sudah ditumpahkan dengan lentingan nada dan diterima dengan senyum bergaris lembayung.

Dan kabar yang membawa pada cerita jalan, cerita sepanjang jalan, cerita selama memandang, cerita selama menyapa adalah ukuran yang disematkan pada sejumlah pin dan merekamnya pada perspektif dan persepsi diri. Tak perlu jua memastikan pemahaman orang lain jika cerita hati ingin dilagukan pada senandung harap yang belum tersntuh.

Oleh-oleh dari sejumlah halte yang kusinggahi adalah penyertaan pada pandangan biru muda dan menarikannya dengan irama sentuh. Cerita dari sejumlah ruang yang kusinggahi adalah memastikan bahwa tempat yang telah kupesan adalah keharusan untuk menikmatinya walaupun sesaat dan mencoba mengabarkan pada sekeliling bahwa aku pernah ada, aku pernah datang, aku pernah sapa.

Oleh-oleh dan cerita itu sudah kukemas dan kubacakan pada sebuah prasasti bahwa setiap langkah yang kudapatkan adalah menyertakan kabar pada sejumlah jendela pandang, dan melepaskan rindu hati dengan nyanyian tanpa syair. Dan kabar yang dilepaskan adalah mengurai kata hati dengan segelas minuman dingin, mereguknya dan mengulanginya lagi sembari menjelaskan pada billboard bahwa aku pernah cerita, aku pernah kabarkan ke khasanah luas.

Lama tak berkabar
Karena musim ingin bercerita
Lama tak bercerita
Karena musim ingin menyapa
Lama tak menyapa
Karena musim ingin memandang

Bukankah tidak harus selalu pada dialektika
Ketika genggaman mampu menjamah alunan
Bukankah tidak harus selalu pada jendela
Ketika angin bertiup menyampaikan dingin
*****

No comments: