Thursday, October 04, 2007

Catatan Rantai

Catatan Tiga, Sepuluh

Menikmati suasana hari dengan isian lantunan, isian kajian, isian tadarus, isian tarawih, isian yang memberikan ketebalan pada keyakinan untuk membawanya pada keputihan rasa, sebagai jalinan yang membungkus cerita hari cerita hari ini.

Ada sujud jamaah
Ada penyelesaian juz
Ada tengadah tangan
Ada doa malam
Ada serambi harap
Ada sejuta pinta
Pada sebuah pintu
Pada sebuah nama
Pada asmaMu
(Dan biarkan dia dengan rintihannya yang menjadikannya sebagai pelajaran sebab akibat yang merajam, toh awalnya adalah dia juga)
****

Catatan Dua, Sepuluh

Permisi dulu, ada yang harus diselesaikan sebagai bagian dari nilai deal, memenuhi kebutuhan untuk persiapan dan sekaligus memenuhi permintaan. Bahwa itu adalah prioritas jelas jadi tujuan utama, apalagi yang menyatakan adalah bunda, sosok yang selalu ingin kurengkuh dengan dekapan hangat. Dan sepanjang siang melangkah dengan beberapa halte yang dituju untuk melengkapi, menyetujui dan membawanya sebagai bekal dan tambahan. Ada yang baru sesuai permintaan ananda agar menjadi lebih ramai teaternya, tidak sekedar ganti channel yang kadang membosankan.

Maka sepanjang siang adalah jalan-jalan yang merengkuh
Maka sepanjang siang adalah jalan-jalan yang merambah
Maka sepanjang siang adalah jalan-jalan yang menambah
Maka sepanjang siang adalah jalan-jalan yang menyelesaikan
****

Catatan Satu Sepuluh

Kusampaikan pesan bahwa nilai langkah hari ini adalah keteguhan
Kusampaikan pesan bahwa nilai jalan hari ini adalah ketegaran
Kusampaikan pesan bahwa nilai tangga hari ini adalah ketegasan
Kusampaikan pesan bahwa nilai tandang hari ini adalah kegigihan

Apa yang kau perbuat selama ini adalah catatan yang mampu mendobrak keyakinan bahwa engkau adalah pusat keangkuhan yang mampu memakai baju penggiringan opini. Kau campakkan nilai yang kau ucapkan sendiri dan kau jadikan sebagai pembusukan yang harus dibelatungkan. Betapa engkau adalah persepsi yang memberikan nilai kekerdilan jiwa dengan selalu mengatasnamakan kepintaran yang engkau miliki, padahal hanya sebatas itu. Diluar koridor itu engkau sejatinya adalah kekerdilan jiwa yang mengembara sebagai pelatih pencitraan., Sayangnya pencitraan yang berwarna kelabu dan hanyut dalam ego diri yang merasa sebagai pionir, padahal hanya sebatas pecundang.

Pertanyaan yang selalu menggema adalah apakah aku merugikanmu. Apakah aku mengusik jalan-jalan keseharianmu. Apakah aku menjadi obyek pelampiasan hasrat egomu yang luar biasa kerdil itu. Sejauh yang kutanya pada sepotong hati, ketika dinihari menyentuh selimut dingin, ketika membasuh wajah dengan dinginnya air, dan bersujud, dan bertafakkur, tidaklah kudapatkan sesuatu yang menjadikan aku sebagai awal dari cerita, awal dari fragmen. Aku selalu bawakan diriku apa adanya dengan segala hal yang kumiliki. Dan jalan yang menjadi asaku di setiap hari adalah keyakinan pada sebuah goal bahwa semua yang kulakukan adalah menggali potensi sekaligus menjalankan kewajiban yang menjadi langkahku. Lantas mengapa engkau berbusuk hati. Dalil hati yang selalu menjadi referensi adalah iringan iri dan khasad yang engkau dapatkan manakala jalan kita bersinggungan dengan asumsi bahwa engkau merasa sebagai pengendali opini.

Kusampaikan pesan bahwa aku adalah langkahku
Kusampaikan pesan bahwa aku adalah ragaku
Kusampaikan pesan bahwa aku adalah caraku
Kusampaikan pesan bahwa aku adalah nilaiku

Dan engkau adalah pusat studi tentang kelancangan argumen
Dan engkau adalah pusat pribadi tentang egosentris berlabel angkuh
Dan engkau adalah pusat iri yang mengeksploitasi opini
Dan engkau adalah pusat dengki yang bermain di perelingkuhan omongan
****

Catatan Tigapuluh, Sembilan

Letih menyergap ketika matahari baru menampakkan sinarnya setelah sepanjang malam merayapi jalan-jalan sepanjang tujuan pulang. Ada yang harus dilepas untuk memulihkannya maka sepanjang tengah hari menyelesaikan jatah istirahat dengan lelap lena. Dan kesegaran pun mengalir kembali sembari membasuh diri, membersihkan dan merapikan kembali. Dan selanjutnya adalah tatacara menyelesaikan hari dengan catatan-catatan yang berbaris datar dan wajar.
Bahwa sebuah tujuan sudah diselesaikan dan bunda pun tersenyum ketika kujanjikan untuk melakukan perjalanan suci mendatang bersama keluarga. Semoga perjalanan itu menjadi catatan indah yang mampu dilepaskan ketika matahari dan matahati memberikan pencerahan dan kecerahan pada nilai istiqomah, semoga memberikan semangat pada rangkaian perjalanan sebatas yang kudapatkan.
****

Catatan Duapuluh Sembilan, Sembilan

Selamat pagi kota kembang, aku datang menjemput, aku datang menyapa, aku datang bertandang, aku datang berkunjung, aku datang melepas rindu dan menghampiri catatan-catatan yang mengalir sepanjang cerita. Dan kunikmati pesonamu dengan senyum dan dekapan, pada senyum ananda, pada senyum semuanya, pada kebahagian catatan perjalanan. Dan sepanjang matahari , berupaya memberikan nilai kasih sayang pada keinginan dan kesenangan kedua ananda, mengabulkan apa yang diinginkan dan mengisinya dengan sejumlah bungkusan sebagai penjemput yang melepas dahaga.

Sepanjang hari berjalan
Sepanjang hari menelusuri
Sepanjang hari menyimak kesibukan
Sepanjang hari menyentuh keinginan
Sepanjang hari menyampaikan salam pada kehangatan

Ananda tersenyum
Ananda terkesima
Ananda memeluk manja
Ananda menyatakan
My wife membungakan senyum
Bundapun menjelang
Menyambut buka puasa dengan kehangatan
Dan melanjutkan kisah cerita sepanjang malam
Sembari menelusuri jalur sepanjang utara
Jalan-jalan menuntaskan niat
Dan membawanya sebagai nilai harkat.
****

Catatan Duapuluh Delapan, Sembilan

Dia adalah cermin tiga dimensi
Dan memberikan catatan pada sebongkah hati
Bahwa dia adalah sebatas itu
Seperti pepatah
Menepuk air didulang tepercik muka sendiri
Dikira panas sampai petang ternyata hujan tengah hari

Batas yang dihinggapi dengan bingkai catatan hari ini
Adalah mendefinsiskankembali aroma yang dikeluarkannya
Adalah mencatan kembali sejumlah dengki yang bersemayam
Padanya
Pada sosok berlapis autis
Pada sosok berlapis ego

Catatannya adalah
Hanya sampai di permukaan
Ketika ternyata hanya sebatas argumen
Yang memberikan keyakinan pada cerita hati
Bahwa dia ternyata hanya sebatas itu
Tidak lebih

(Dan sudah kusampaikan pada semua, dan mereka ada dibelakangku menyambut setiap kemungkinan yang menjadi catatan bergaris tebal, bagian dari kisah untuk sebuah judul yang tercipta : bersiap !)
****

No comments: