Sunday, December 16, 2007

Ruang, Jalan

Jalan-Jalan Sepanjang Pekan

Jalan-jalan melingkari hari dan menuntaskan catatan yang ingin disamadengankan. Maka jalanlah aku selama sepekan menyambut matahari di timur, barat dan selatan. Menikmati suasana yang memang menjadi pinanganku selama ini. Menikmati aroma kehijauan yang memang menjadi auraku selama ini. Berjalan, menatap, meluaskan siar pandang seluas yang diperoleh, dan mendengarkan bahasa alam dengan catatan hati yang tanpa mengedip.

Ya tanpa mengedip walau tak harus berkata, walau tak harus berucap. Dan sebaris ruang pandang yang kulirik seperti menyambutku dengan kesegaran nuansa dan mempersilakan untuk melanjutkan perjalanan. Dan aku terus berjalan, menelusuri, menjelajah dan menyatukan dengan segenap keindahan yang kuselipkan. Dan jadilah pekan berwarna warni, dan hijau kesegaran adalah naluri yang mampu menciptakan kehalusan etika ketika kejenuhan menjadi headline yang tak tersingkap.

Betapa keindahan itu adalah catatan yang tak berkesudahan dan mampu mendudukkan dan menundukkan tema cerita yang hendak ditulis. Betapa kehijauan itu adalah anugerah yang tak dapat dinilai dengan kurs apapun kecuali kesediaan hati untuk bercengkerama dengannya. Dan jalan-jalan sepanjang pekan ini adalah pendapatan kesegaran yang kutabung pada setiap sendi nadi dan kelak menjadi analogi pada sejumlah catatan dan paragraf yang masih belum selesai.

Bahwa aku merasa dihadapan
Bahwa aku merasa dikedepankan
Bahwa aku merasa didepan kehijauan
Dan kesegaran ruang pandang adalah palung cerita untuk diendapkan pada ruang hati dan menjadi menu tambahan yang memperindah sejumlah alinea, sejumlah baris kalimat.

*****

Sebuah Nilai

Sebuah nilai, dan sejauh itu perolehan yang didapat adalah penjelasan tentang soal yang tak seirama dengan peran selama ini. Dan sejauh itu jua ketika berhadapan dengan perjumpaan yang apresiasinya adalah tidak pernah menjaga rasa apalagi menjunjung kesetaraan. Perubahan, dan bentuk singgungan nilai yang diumumkan adalah memastikan bahwa sejauh perjalanan itu, adalah keniscayaan yang tak beroleh tempat, dan selalu dicontohkan dengan peran yang meminggirkan jurusan.

Bukti adalah perubahan nilai itu, dan bukti waktu adalah keidaksamaan yang diperoleh sebagai catatan yang mengurai pada seumlah sudut pandang, dan seakan tidak punya celah untuk menyalip kesetaraan dan kebersamaan. Lantas tak perlu jua untuk dijabarkan kecuali menyatakan penghapusan pada sub tema yang menjadi judul sepanjang jalan.

Bahwa sejumlah argumen menjadi patah, ada benarnya untuk ditanam dalam, dan menguburnya dengan keyakinan diri bahwa keniscayaan pada nilai itu adalah hakekat yang ingin digenggam tanpa harus mengumbarnya pada setumpuk baris kata di depan trotoar.

Ya sudah,
Toh catatan yang tergaris adalah menafikan segenggam arus kalimat yang tak terbendung pada musim yang tak terdeteksi. Dan nilai perjalanan itu adalah paradigma yang dapat menjelaskan duduk cerita di hadapan keagungan, bahwa ketulusan adalah bening kaca yang mampu mengantarkan hidangan penyegar raga, dan menyemaikannya pada dada keheningan pada sujud dinihari. Betapa Engkau mendengarkan dan mencatatnya selama ini, wahai Zat yang memutlakkan definisi.

*****



No comments: