Monday, November 26, 2007

Keniscayaan

Engkau Adalah

Dataran tinggi yang disapa adalah menjelaskan suasana dialog dengan keramahan yang dijunjung sembari menghirup udara segar yang menebarkan keakraban nilai perjalanan. Ya, seperti untuk menyelesaikan janji, seperti untuk mengamini permintaan dan sekaligus menjawab ulangan pertanyaan, maka sambutan yang digelar sepanjang jalan adalah menilai kualitas janji dan mencoba menaruhnya kembali pada keranjang persepsi. Dan seperti biasa ketika menyapa dan disapa, adalah kesederhanaan yang bernilai silaturrahmi elegan yang engkau pertontonkan dihadapan, menyambut dengan senyum sembari bertutur kata yang menyejukkan.

Engkau memang kesimpulan itu
Engkau adalah kesederhanaan itu
Engkau bernilai kejernihan itu
Engkau mampu menjaga nilai perekat itu
Engkau persepsi substansi berlapis legit
*****

Logika yang hendak kau jawab

Logika yang hendak kau jawab adalah mendefinisikan kembali rantai yang belum lepas dari geriginya. Dan perjumpaan yang diinginkan adalah merajut tepian tanpa benang penyambung. Bagaimana sih logikanya, jelas menjadi sesuatu yang abstrak karena tidak ada yang mampu dipercikkan pada kanvas untuk menjadi lukisan. Tidak jua yang memaknai alinea, manakala hanya sebuah pertanyaan berbasis pernayataan yang tak perlu dijawab.

Oleh itu tidaklah ada sesiapa yang mampu untuk menjawab ruang tanya yang disiapkan sampai tiba saatnya ketika matahari harus pamit di batas cakrawalanya sembari titip pesan : toh aku akan tetap hadir di subuh esok menyambut kukuruyuk ayam jantan sekaligus mendefinisi ulang makna yang belum selesai.

Ya itu saja jawaban tanpa harus mengatakan. Toh sebuah janji tidak pernah melewati batas kesetiaan sebuah matahari yang selalu menjaga estetika kehadirannya. Dan perjanjian yang disepakati bukanlah untuk sekedar menandatangani, namun lebih dari itu, bahwa pagarnya adalah kemampuan untuk menjaga kesepakatan dan bermain di koridor itu. Dan logika definisi yang dikumandangkan tidak jua memastikan untuk merajut benang penyambung.
Maka jangan ada pemaksaaan untuk menyatakan definisi.
*****
Segumpal Kepal

Ada persamaan yang dikumpulkan manakala cerita pagi empat mata dibungkus dengan bahasa kesamaan pandang, apalagi kalau bukan tentang tema pergulatan lini tengah yang menjadi terpaan angin sepanjang musim. Semakin jelas saja jalan ceritanya, semakin luas saja rangkuman kisahnya, tapi aku tak perlu untuk menggoreskannya lagi, tak perlu untuk merambah wilayah hegemoninya karena toh sudah banyak yang tahu tentang jalan ceritanya. Bahwa dia adalah segumpal kepal, bahwa dia adalah seonggok tinju yang melunglaikan mental gabusnya. Dan dia memang gabus.

Bahwa kemudian ada persepsi yang sama adalah sebuah sama dengan. Bahwa kemudian ada jalinan yang dirangkum menjadi cerita searah tidak lagi menjadi jalinan titik bergaris tebal, karena semua yang dijelaskan itu, semua yang di curhatkan itu adalah persamaan linier yang menghasilkan kesimpulan idem. Maka cerita pagi empat mata itu adalah merangkum semua definisi dan menyimpannya dalam flashdisk kamar hati untuk diceritakan kembali kepada sanak saudara yang bermukim di hati. Agar mereka tahu tentang tema yang sudah menahun, agar mereka tahu tentang arogansi peran, agar mereka tahun tentang mental telunjuk lurus kelingking berkait. Agar mereka tahu tentang mental gabus yang dimilikinya. Hanya segitu saja.
*****

Titian hati

Pasanglah rindu di trotoar coklat sepanjang pagi
Niscaya sambutan akan mampu menepikan riak
Pasanglah sendu di seberang titian hati
Niscaya sambutan akan mampu menjanjikan teriak
(Pada sebuah argumen, pernyataan sikap yang menghidupkan suasana adalah sampling yang menyatakan prediksi berbasis hipotesis. Bahwa catatan rindu bukanlah untuk menyampaikan hasrat bukan pula untuk menyatakan aroma. Hanyalah dia yang mampu mengutus sekaligus memutus untuk disimpan kembali, untuk dibungkus lagi dan mengedarkannya sebatas ruang pandang).
(Pada sebuah halaman, tanaman hias yang diperbincangkan adalah mengupas judul keindahan, padahal nilai pandangnya hanyalah barisan dengan catatan : hanya itu saja auramu. Dan bincang angan yang terungkap adalah melepas kerinduan pada sebuah nama).
****

Semakin Jelas

Semakin jelas dan menampakkan kehampaan cara dan sikap. Dan dia telah menjadi catatan pinggir, pinggir comberan yang menghitam, kehilangan hakekat dan makna. Cara pandangnya hanyalah pusaran yang tak mampu mengoyak dedaunan, kecuali membuat deru. Cara pandangnya adalah memonopoli argumen tetapi dia tak pernah mampu memblokir kesiapan uji tanding. Dia tak mampu menjembatani logika kebersamaan dengan dukungan kesetaraan. Dia hanya mampu mendribel dan merasa menjadi pemain dominan. Adalah dia yang selalu mampu menghidupkan teori konspirasi bermental kekanak-kanakan dan menyiraminya dengan cairan berlabel : bahan tanpa etika.

Dengan sekutunya dia hanya mampu berceloteh karena perjumpaan di lingkaran, telah memberikan angka minus untuk seluruh keranjang yang disemayamkan di sisi diri. Dia hanya bisa bermain di episentrumnya dan tak mampu menggetarkan lingkungannya dengan getaran skala richter sekalipun, karena dia adalah pusat organ yang tak mampu menyelesaikan renang lintas pertarungan. Dia telah tercerabut dari akar dirinya sendiri. Dia telah menghunjamkan sebongkah noktah yang menjadikan dia seperti pelari yang tak mewakili siapapun. Tidak jua dengan dirinya. Semakin jelas sudah.
****

No comments: