Thursday, November 29, 2007

Titik

Bukankah titik adalah akhir, bukankah titik adalah usai tanpa jeda, bukankah titik adalah closing dan sekaligus menyudahi. Dan gumpalan yang dibawa bersamanya adalah menghempas cakram dan menghunjamkannya pada kedalaman ruang gelap. Dan jangan coba untuk mengolesnya dengan parfum atau bumbu penyedap, atau barangkali mencoba mengangkatnya kembali.

Dan hari yang engkau lalui adalah semesta yang tak mampu mengusir awan apalagi menyentuh dinding kebersamaan, betapapun engkau berupaya untuk memutihkannya. Karena ukiran tentang sosok dirimu adalah perlambang, adalah ikon yang telah mengoyak dinding yang lain selama unjuk sapa dan persentuhan ketidaksetaraan. Engkau adalah kedurjanaan yang mampu menjadi iringan doa, karena engkau adalah kezaliman itu sendiri. Engkau adalah pembawa titik yang tak dapat diteruskan dengan rayuan berwajah sendu seperti yang kau perlihatkan sebelumnya.

Engkau adalah simbol yang telah mencabik. Engkau adalah episode pertunjukan tiga tahun tanpa rehat dengan peran matador tanpa stadion. Yang engkau tunjukkan adalah kehebatan subyektivitas yang sesungguhnya adalah proklamasi keangkuhan tanpa fundamen etika. Etika itu yang telah kau sedot pada sekujur pengulitan diri tanpa merasa telah melakukan transfer pengkerdilan predikat. Dan predikat yang pantas digandeng di sekujur nadi hatimu adalah keangkuhan dengan bumbu penyedap yang bernama kerdil bathin karena engkau telah mengilhami tidak mampunya mengendalikan tata suara.

Dan titiknya adalah jelajah tanpa perlu menyinarkan jingga. Dan titiknya adalah eksplorasi tanpa kepesertaan naluri tenggang rasa. Biar semua tahu bahwa sikap adalah pengumuman pada sejumlah mata angin yang masih mampu menebarkan senyum, dan sekaligus mengirim salam usai tanpa jeda pada sebongkah hati yang tak memiliki nurani. Itulah engkau.
****

No comments: