Friday, April 28, 2006

Suasana Bathin

Pahitnya Rasa
Bermain di seputar rasa akan merasakan berbagai rasa, dan menghasilkan rasa “nano-nano” ramai rasanya. Dan pilihan paksa rasaku hari-hari ini adalah mencoba memahami pahitnya rasa dengan bumbu masak tanpa kecap. Aku harus merasakan rasa pahit itu agar aku dapat memahami hakekat obat sesungguhnya dan mengambil pelajaran dari suasana hati yang pahit ini.

Kadang kita memang harus menelan kepahitan itu sebagai takdir untuk dikunyah, dan ditelan sebagai bagian dari pembelajaran attitude dan endurance, daya tahan untuk ketahan menahan rasa yang tidak kita inginkan. Kita perlu menjalani “proses bisnis” untuk mengajari hati agar mampu bangkit dan menyuarakan nilai dan hakekat rasa. Kita perlu menjalani suasana tidak enak hati agar perjalanan ke depan bisa menjadi lebih nyaman jika kita mampu memberikan tema pembelajaran.

Aku mencoba keluar dari terminal dan menata kembali struktur organisasi hati untuk tidak lagi terbuai dengan keindahan sinar matanya yang bening itu, dan wangi bunga sedap malamnya yang menjadi catatan berkepanjangan di ruang hati. Tidak lagi tuan, dan untunglah masih banyak teman sejati dan sahabat yang mampu mengajak dan membuatku kembali ke pangkuan rasionalitas. Seperti malam tadi setelah mengantar rekan dari Jakarta ke Stasiun Tawang, aku berbincang hangat dengan Anton Timur sambil menyantap soto ayam di lantai 2 Citraland. Suasana hangat, sambil menyapu pandangan mata ke seluruh sudut, perbincangan dengan rekan kerja seputar persepsi dan prediksi serta perspektif bisnis Telkom menjadikan aku bersemangat untuk kembali produktif menulis dan menulis. Bukankah menulis itu terasa indah ketika sampai di kamar hati. Dan aku akan terus berkarya. Bukankah begitu...

No comments: