Monday, June 18, 2007

Berjalan, Bercerita, Berkisah

Berjalan kembali ketika mentari belum berjabat tangan di pagi Ahad nan cerah ini, berpacu dengan semangat keceriaan memandikan jalanan pantura menuju rancangan piknik yang telah dirajut selama sepekan ini. Dan meluncurlah, dan berlarilah, dan berceritalah, dan bersendaguraulah bersama keluarga, menjelaskan titik-titik pesona yan didapatkan sepanjang rute signifikan. Kulalui dengan apresiasi, kulaluii dengan kegembiraan, melewati suasana seharian penuh melintasi jalan-jalan penuh pesona.

Sungguh sebuah traveling yang menyenangkan, melewati kawasan Pml, Rdk, Gc, Mg, Prbl, Bjn, Wns dan kembali dengan semangat yaang sama, semarak dan memuaskan semua walau selimut malam telah membentang. Ya, tentu saja letih namun masih dapat dibungkus dengan rasa puas dan riang hati, sepanjang jalan bertutur kalimat, beradu argumen dan memberikan cakrawala pandang tentang nilai kebesaran alam, keramahan alam, dan kedigdayaan yang dimililkinya.

Kukatakan dengan ketus pada semuanya, bahwa makna perjalanan ini adalah mencoba memahami nilai kebesaran itu dan memperteguh khasanah aqidah bahwa ciptaanNya sungguh Maha banget, Hebat banget, Wonderfull banget, dan pada semua itu terdapat personifikasi yang pantas untuk disematkan dalam ruang hari dan kamar sanubari, yakni menambah rasa tahu diri yang sebenarnya.
*****

Bergabung kembali setelah di etappe lalu memisahkan diri dengan konsentrasi masing-masing. Dan ketika bersua, jabat tangan dan senyum full color melukis suasana, riang, penuh canda dan biasalah selalu ada yang menjadi headline atau highlight. Maka cuaca Sabtu adalah suhu terbaik yang dimiliki selama sepekan ini ketika dipertemukan dengan hati dan asa. Campurannya adalah menandatangani kesepahaman pada nilai kebersamaan dengan keinginan untuk sampai di titik jalan akhir.

Pada sebuah senyum, gairah yang dikumandangkan adalah menyanyikan syair-syair modul yang menjadi bahan bacaan berikutnya. Kusimak dengan semangat diri sembari berharap akan mampu mencernanya sebagai etappe terakhir dari sekian yang telah kulalui sampai di batas ini. Paling tidak aku telah sampai di sudut batas dengan satu kayuhan lagi tiba di seberang cemerlang, moga-moga.
******

Kalaupun harus dilalui, jalannya adalah meluruskan sikap dan tidak ingin menatap mata elang yang telah menorehkan kerikil pada anak tanggaku. Kepastian untuk menjalani itu adalah bentangan hasrat yang bermain di seputar argumen untuk menjelaskan duduk cerita tanpa harus menjelaskannya lagi.

Pelajaran adalah membuka halaman baru namun bukankah halaman lama juga bagian dari cerita itu sehingga tetap saja akan menafsirkan cerita tanpa jeda dan rehat sejanak. Bukankah paku yang pernah dihunjamkan pada sebuah pohon ketika dicabut tetap saja masih ada bekas tusukan itu. Bukankah penceritaan itu telah menghunjam titik ulu hati dan kemudian dinyatakan sebagai sebuah hal yang biasa padahal menjadi luarbiasa, lalu ada permintaan untuk tidak melanjutkan, lalu ada jabat dan peluk, bukankah itu menandakan keluarbiasaan yang senantiasa diproklamirkan sebagai arogansi berwajah ganda.

Pesan Bunda yang terngiang adalah : luruskan saja sikap dan langkahmu, bukankah itu adalah nilai yang hendak diujikan pada titik dimana engkau harus menyelesaikannya dengan ketegaran diri. Ya, benar, dan kebenaran adalah definisi yang tak akan pernah ditolak pada moral sanubari dan senantiasa dinyatakan dengan penjelasan kamar hati yang berbisik di tengah malam.

Dan halaman berikutnya adalah memastikan tataran diri tidak lagi bermain dengan pasir di pantai, tidak lagi memompakan pemberdayaan, tidak lagi menyenandungkan lagu, tidak lagi memainkan biola, tidak lagi menyatakan warna. Sudah habis bab yang ingin dibaca, sudah habis baris yang hendak digaris, sudah habis cerita yang hendak dicoret.

*****
Rinjani itu indah
Ketika matahati mampu menjelaskannya
Dengan seratus delapanpuluh derajat sudut pandang
Indah
Mempesona
Melambai
Kotaku
Jarang kunikmati
Menafsirkan suasana bathin
Bahwa pemandangan adalah karunia
Bahwa view adalah anugerah
Dan penjelasannya di bilik hati
Dan penceritaannya di kamar sanubari
Dan pencuciannya adalah birunya langit
Dan pencerahannya adalah hijaunya pandang
Rinjani itu indah
Walaupun matahari menjelaskannya dengan terik
*****

No comments: