Friday, June 01, 2007

Betapa, Ternyata

Titik Tuhan itu kucerdaskan lagi ketika Jumat pagi ini menghadiri tausiah bersama ustad terkenal yang berceramah di sekolah ternama kota ini, sekalian melunaskan undangan yang disebarkan. Bahwa matematika Tuhan yang dijelaskan adalah bagian dari pembelajaran sanubari bahwa tidak semestinya kita berkiblat pada asas ruang pandang eksakta seperti misalnya 10-1 itu tidak harus sembilan, bisa jadi sembilan belas.

Dan itu hanya bisa diyakini ketika kita mengapresiasikan dengan keyakinan bahwa nilai berkah dan manfaat dari kacamata aqidah adalah kemutlakan yan akan menjadi pijakan bekal. Ruang mimpi yang sering digelar pada saat kita tidur pulas adalah bagian dari pembelajaran rohani bahwa ada alam bawah sadar yang berada di luar kontrol untuk meyakini kita bahwa nilai kehidupan itu adalah dalam rangka fastabiqul khoirot.

Apakah kita yang diberi kesempatan hidup ini memiliki raga yang dibungkus ini, jawabannya adalah tidak. Jika ya, buktinya adalah kita tidak bisa mengontrol denyut jantung kita, kita tidak mengatahui proses pencernaan di tubuh kita, semuanya berjalan otomatis dan sudah berproses sendiri. Tak sadar jua kita setiap saat menghirup oksigen gratis, tanpa diatur dan gak pernah lupa. Ya kalau lupa bisa game dong dan itu satu bukti bahwa kita hanya diberi pinjaman.

Subhanallah, betapa nestapanya aku
Subhanallah, betapa papanya aku

******
Menyeterika hari dengan konsentrasi membuat yang 40 halaman itu sekaligus mencoba memahami hakekat dan analogi yang disimak. Kucoba mencernanya dengan semangat penyelesaian dan kalau boleh jujur belumlah maksimal yang kuperoleh dan kudapatkan setidaknya sampai Kamis ini.

Namun hari juga akan menjelaskan nantinya, bahwa pola yang hendak dipatrikan adalah berupaya memahami konten dengan berjibaku sendirian, mengerjakan sendirian, memahami dengan keyakinan, bahwa ini adalah bagian dari penambahan itu yang seharusnya memang dikunyah sendiri.

Ketika aku sedang asyik dengan panorama ini barulah kuyakini ternyata memang asyik juga menjelajah paragraf demi paragraf dan menjalinnya dalam satu kesatuan yang setidaknya mampu membuat aku puas hati dan berkeyakinan untuk bisa mempertahankannya kelak. Bahwa ketika belum dimulai dan malas untuk memulainya adalah handicap yang akan terus menghalangi. Dan hanya dengan modal pede dan keyakinan semuanya dapat dijalankan dengan semangat ”aku harus bisa maka aku harus kerjakan”.

Dan ternyata demikian lancarnya aliran yang mengalir
Dan ternyata demikian luasnya adonan yang dilumuri
Dan ternyata demikian asyiknya bercerita dengan rasio neon
Dan ternyata demikian cerdasnya kalimat yang digariskan
******

No comments: