Friday, June 08, 2007

Puisi Pekan Lembayung

Puisi Pekan Lembayung (4)

Menikmati pernik dengan catatan tanpa koma
Menikmati keniscayaan tanpa harus menyingkap asa
Menikmati alunan tanpa harus memiliki syair
Menikmati syair tanpa harus memakai bait

Kepastian adalah jawaban atas segala penilaian
Dan itu tidak berarti menjadi garis angka atau huruf
Apapun itu, adalah titik tanpa lanjutan
Apapun itu, adalah terminal tanpa lanjutan
Apapun itu, adalah halte tanpa sambungan simpang

Dan tidak usah lagi disinari ungkap dan ucap
Dan tidak usah lagi dicahayakan dengan senyum lapis legit
Dan tidak usah lagi dihangatkan dengan kalimat bersayap
Dan tidak usah lagi diceritakan dengan tembang penyejuk

Pada sejumlah kisah
Pada sejumlah bab
Pada sejumlah paragraf
Pada sejumlah pasal
Sudah tertera materai penegasan
Untuk apa lagu dilantunkan
******

Puisi Pekan Lembayung (3)

Secerah apa yang ingin dibuktikan pada sejumlah hari
Meskipun terik mampu menghantarkan keringat tengah hari
Tak kan lagi menyatakan hasrat untuk dilombakan
Takkan lagi menyatakan tekad untuk bertahan di ruang pengap
Tak kan lagi mengumumkan aura rasa dibungkus kembang mawar

Tidak lagi
Pada apapun sejumlah kalimat yang dihantarkan
Pada sederet kisah yang bertuliskan rasa yang begitu dalam
Pada biru langit
Pada biru angin
Pada biru nadi
Pada biru catatan hati

Tidak lagi
Pada apapun yang terlontarkan dari manisan pace
Pada segelas teh manis hangat yang dihidangkan
Pada sebungkus kado yang dibingkiskan
Pada sebongkah prasasti yang diumumkan
Tidak lagi
(Dan aku memilih untuk berkemas)
(Dan aku memilih untuk berangkat)
*******


Puisi Pekan Lembayung (2)

Kita pahami sebagai anugerah
Kita pahami sebagai gumpalan kelabu
Kita pahami sebagai ungkapan nada
Kita pahami sebagai riak menuju pantai
(Aku hanya membisu dan mendengar)

Apakah sejauh itu penafsiran yang dibuktikan
Bukankah sejalan hari ada haru dan hore
Bukankah sepanjang hari ada haru dan hore
Bukankah sedalam hati ada kehati-hatian
Bukankah sebesar asa ada ruang untuk rasa
(Kukatakan itu pada sosok yang berhati emas)

Biarlah, katanya
Toh ada yang menjanjikan cerita bersambung
Toh akan menjadi bagian dari bab penulisan
Toh akan menjadi paragraf garis tebal
Tanpa harus dicatat ulang
Tanpa harus dicat ulang
Tanpa harus diulang
(Sejumlah nada pun dikumandangkan)
*******

Puisi Pekan Lembayung (1)

Hanya sejumput itu
Pada kalimat yang terlontarkan
Pada seraut yang terdampar
Pada segenggam kepal yang menggumpal

Hanya sebatas itu
Dan mentari lembayung menyapa
Tak perlu diberi awan
Tak perlu diberi hujan
Tak perlu diberi ombak
Tak perlu diberi bayu

Hanya sejengkal itu
Dan menorehkan asa biru malam
Tak jua menyapa hati
Tak jua mengetuk pintu
Tak jua menyemarakkan kata

Wajah itu
Adalah rona yang menggelembungkan
Adalah garis yang menyiratkan gundah
Adalah coretan yang menyapu nadi
Adalah yang tak tertumpahkan
Ketika sendu memeluk diri
******

No comments: