Thursday, June 28, 2007

Lapang

Lapangan adalah tempat bermain, ruang publik, dan koridor untuk memandang luas apa saja yang bisa dipandang, memberikan cahaya pandang pada setiap layar yang menjadi fokus sudutpandangnya. Lapangan hati adalah koridor untuk bercermin diri ketika kita ingin menyaksikan pertarungan ego melawan nurani.
Lapang dada adalah serat yang memberikan sinar terang untuk mematut-matut diri dan tahu diri dalam setiap unjuk diri dan mampu membersihkan sudut pandang pada kebeningan air pancuran, segar, sejuk dan menggirahkan bathin. Kepada siapa lapang dada ditunjukkan eksistensinya, tidak lain adalah kepada kebeningan itu jua, pada sosok yang mampu menjalani sinar pandang dengan terang rasa, tenang nada.
Batas maksimal yang ingin ditampilkan adalah mencoba mengais nilai itu dengan sebungkus naluri yang masih tersimpan utuh di lapis legitnya aura, bahwa suntikan halus yang menyemai pada titik nadir bisa ditunaskan kembali, seiring datangnya musim semi yang menyapa. Batas yang didapat pada persimpangan ini adalah traffic light yang memberikan ruang kesempatan untuk melanjutkan, tak perlu menoleh dan membiarkan angin menerpa dengan kecepatan sepoi-sepoi yang menidurkan.
Lapang rasa
Terang rasa
Tenang nada
Tenang aura
(Tidak harus dijelaskan kembali, pada sebuah batas yang diperoleh, kalaupun harus berlabuh, keniscayaan adalah cerita terakhir yang ingin diperoleh dengan sentuhan pelabuhan hati).
****

No comments: