Monday, March 20, 2006

Sketsa Ruang

Kesetiaan Seekor Anjing

Naluri pembelaannya luar biasa, walaupun kadang-kadang lidahnya sampai terjulur dengan dengus nafas tersengal-sengal. Belum lagi gonggongannya yang dapat mengganggu tidur orang se RT. Jenis gonggongannya dibagi dua jenis ditinjau dari segi nada dan irama. Jika nadanya terputus-putus itu adalah symbol yang biasa karena “musuhnya” kelihatan oleh panca indra. Dan jika nadanya melengking tinggi memanjang apalagi di tengah malam buta, yang dapat mendirikan bulu roma, itu suatu pertanda ada sesuatu yang tidak kelihatan yang menggerakkan bunyi pita suaranya.

Karena kesetiaannya pula, dia banyak dimanfaatkan sekelompok orang untuk berburu, melacak dan menjaga rumah. Kesetiaannya adalah sebuah Gen yang sudah turun temurun sejak jaman sebelum masehi. Kesetiaannya adalah sebuah lambang, sebuah fenomena, sebuah keyakinan yang sudah menjadi rutinitas kehidupannya.

Tetapi begitulah eksaknya logika, keterbatasan tetap ada pada naluri Gennya. Ketika pertama kali “disuntik” oleh nenek moyangnya, mereka lupa menginisialkan abjad “tikus” sebagai musuh abadinya sehingga kucing yang mendapat job itu masuk kategori kesayangan si empunya rumah. Walaupun kucing dapat mengejar tikus sampai pontang panting, sayang sekali dia bermusuhan dengan anjing sehingga riwayat tikus yang lari ke luar rumah diselamatkan oleh “kewibawaan” anjing.

Makanya tetap saja kepintaran tikus mengobok-obok dengan rakusnya menjadi sebuah galian yang membosankan untuk dikaji. Kesetiaan anjing tetap saja berada di koridor “ring tiga” yang tidak berwenang menjelajah area pelayanan sang kucing yang kesetiaannya diragukan berlogo malu-malu kucing. Pertanyaannya adalah apakah anjing kecewa dengan batas kewenangannya yang diberi baju kesetiaannya dan hanya menjaga halaman rumah ? Sementara tikus rakus membuat rute-rute zigzag dengan pakaian yang cukup elegan.

Sekolah pengawasan sang anjing mengajarkan bahasa tubuh dengan seragam kesetiaan menghargai uraian tugas tanpa harus melintasi selat perbatasan. Ketika si empunya menghardik, tetaplah dia dengan kesetiaannya yang utuh karena kelasnya tetap bernama anjing. Ketika ada jejak-jejak mencurigakan disekitarnya segera dia menggonggong memberitahu si empunya, tetapi ketika kakinya terinjak, haruskan dia menggigit dan menjerit ?

(Pagi tadi, anjing tetangga sebelah kelihatan kuyu, melintasi jalan Purnawirawan Kampung Bugis)

*****

No comments: