Monday, May 08, 2006

Kesucian Rasa

Wulan memberikan bingkisan lagi, kali ini berupa souvenir untaian pilihan kata untuk dicerna dan dikunyah dengan mata hati. Duh, aku harus berkata apa dan "nak cakap ape" untuk sebuah apresiasi dan cerita siraman air bening nan dingin yang mampu membuka lembaran-lembaran berkisah "Titanic" yang menggerus rasa itu.
Bagaimana sebuah cerita mata hati ditumpahkan dan disaring untuk disajikan sebagai menu pemantik rasa, padahal kisah-kisah yang menjadi tema audiens adalah bagian dari sinetron yang dikedepankan untuk memanfaatkan peluang mengambil yang terbaik sebagai penambah rasa dan pemanis hati.
Wulan, bukankah cerita yang pernah disajikan adalah mempertontonkan nilai etika, moral dan kesejatian rasa dan sekaligus menepis warna seronok yang membuat mata hati berubah menjadi mata kaki, mata yang tak bermata. Bukankah episode itu adalah bagian dari pematangan rasa dan rasio untuk dipersembahkan pada kedewasaan peran. Dan cerita itu telah dibuktikan dengan memberikan nuansa pelangi kesejukan yang mampu menenggelamkan arogansi menjadi keteduhan dan kesucian rasa.

No comments: