Monday, May 29, 2006

Persepsi dan Prasangka

Sejatinya aku ingin membuka jendela matahari pagi dengan matahati bening, tanpa persepsi. Sejatinya jua aku ingin membuka lembaran hari dengan matahari yang mampu memberikan kehangatan matahati, tanpa prasangka. Tetapi justru persepsi dan prasangka itu telah memberikan kelabu awan hangat pada sebuah penceritaan yang menjadi lakon tanpa skenario, hari ini.
Ya, tanpa skenario, tanpa fragmen, tanpa jalan cerita selain "menikmati keharusan" membaca persepsi dan prasangka. Mengapa someone cenderung lebih percaya pada cerita yang dilontarkan dan kemudian memberikan kesimpulan absurd tanpa melalui hipotesa.
Mengapa cerita hati dan suara hati diantagoniskan dengan cerita bertendensi persepsi tanpa memberikan kesempatan pada apa yang disebut ruang penjernihan. Mengapa ruang rasa yang diisi dengan taman bunga warna warni dan keindahan dilempari dengan awan panas prasangka, padahal sejujurnya aku tetap memelihara kamar rasa itu, membungkusnya dengan parfum rasa beraroma cinta kasih dan mengikatnya dengan pita merah jambu.
Hari ini awan panas itu terasa sampai ke relung nadi, relung sendi dan lava pijarnya menyentak menyapu adrenalin. Bergegas aku mengambil wudhu dan bersujud mendinginkan rasa berbumbu marah, mendinginkan rasa beraroma pedas sembari melantunkan tombo ati dan memeluk kamar hati.
Sometimes cerita yang kita lakoni pada sebuah hari tidak memiliki bumbu penyedap selain rasa pedas. Dan hari ini kunikmati pedasnya prasangka dan persepsi yang dituturtinularkan.
****
(Thanks to "Catatan Wulan", imel canda dari Ofie, Arum, Mami, Yanto, Berdit dan Imount. Berbalas imel, berbalas canda memberi warna pencerahan dan semakin mengikat kita dalam kebersamaan group milis, always)

No comments: