Sunday, August 19, 2007

Trims GG

Serial Marketing Komunikasi (2)

TERIMAKASIH GUDANG GARAM
Oleh : Jagarin Pane

Sebuah marketing komunikasi yang persuasif, sebuah marketing berbahasa yang menyentuh, sebuah cara mengajak yang beredukasi untuk memproklamasikan keindonesiaan yang kita miliki. Iklan layanan masyarakat dari perusahaan rokok terkemuka Gudang Garam selama Agustus 2007 menghiasi seluruh layar kaca TV swasta saluran manapun. Dan hebatnya lagi Gudang Garam adalah satu-satunya perusahaan yang menggelorakan semangat kebangsaan itu dengan intensitas frekuensi tayang yang cukup tinggi.

Pertanyaannya mengapa hanya Gudang Garam. Apakah hanya Gudang Garam perusahaan yang besar yang dimiliki oleh republik ini. Jawabnya tentu tidak. Lantas dimana yang lain. Apa yang lain hanyut dengan rutinitas mencari keuntungan, atau memang sudah tidak peduli dengan suasana nasionalisme yang semakin pudar ini. Bagaimana dengan BUMN, bagaimana dengan Bank-Bank Pemerintah, bagaimana dengan Telkom kita sendiri.

Nasionalisme itu adalah perekat rantai keutuhan yang setiap saat harus diolesi kembali agar mampu terus berputar dengan kemampuan penuh, dan memacunya di tengah perputaran globalisasi. Nasionalisme itu adalah kesepakatan bersama ketika seluruh jajahan Belanda yang bernama Hindia Belanda sepakat untuk membebaskan diri menjadi sebuah bangsa, bangsa Indonesia. Nasionalisme itu adalah bunga mawar yang selalu memberikan inspirasi cinta pada semuanya, pada semua anak bangsa, pada semua nilai kultur yang dimilikinya, pada semua keindahan yang dimilikinya, pada semua yang ada pada dirinya, Indonesia sayang.

Rangkaian pulau yang membentang di tali khatulistiwa, rangkaian keindahan yang tiada banding, sebuah negara kepulauan terbesar didunia. Sebuah bangsa yang multi etnik dan ragam kultur kebhinnekaannya adalah kehebatan yang tidak pernah kita sadari manakala kita selalu terhanyut oleh riak dan ombak kesangsian dengan apa yang kita miliki.

Duhai, betapa kita belum memahami benar hakekat dan definisi suara kesetiaan matahari yang senantiasa memberikan benderang cahaya dua belas jam penuh pada jamrud khatulistiwa ini. Kita belum sampai pada makna kesetiaan, pada nilai kebangsaan yang telah dibangun oleh The Founding Father. Kita belum tiba pada niat keikhlasan pada terminal akhir yang bernama Indonesia. Kita masih sering terpukau oleh silaunya cara penglihatan mata karena memandang hanya dengan cahaya mata, bukan matahati.

Lalu kemanakah ruang semangat yang telah digegapgempitakan itu enampuluhdua tahun sebelumnya. Dimanakah bersemayamnya rasa syukur yang semestinya disanjung sebagai bagian dari menikmati alam kemerdekaan. Apakah kemerdekaan itu hanya sebuah seremoni yang diperingati sebagai rutinitas tahunan setelah itu kembali ke khasanah perluasan primordial. Siapakah yang merasa bertanggung jawab mengajak seisi rumah untuk bertafakkur, merenungkan sesaat dan menapaktilaskan fragmen kesejarahan yang membuat kita sampai di batas ini.

Begitu sibuknya kita sehingga tidak tahu lagi atau tidak mau tahu lagi dengan national character building itu. Dan ketika Gudang Garam tampil sendirian mengumandangkan tema membangun sisi humanisme keindonesiaan itu, betapa sesungguhnya kita memiliki sesuatu yang luarbiasa, betapa kita memiliki semuanya yang luar biasa.

Gudang Garam adalah sebuah ”dinasti” yang selalu konsisten mengumandangkan semangat kebangsaan. Iklan layanan masyarakat yang dihingarbingarkannya selama tiga minggu ini adalah jawaban tentang konsistensi itu. Point utamanya adalah dia tetap berlari kencang ketika semangat yang lain (baca : Corporate lain) agak memudar dan cenderung biasa-biasa saja menyongsong hari merah putih itu.

Layaklah kita ucapkan terimakasih pada GG yang memberikan inspirasi terutama bagi anak bangsa yang bernama generasi penerus, yang semakin menjauh dari titik episode proklamasi kemerdekaan bangsa itu. Tayangan seperti itu adalah bagian dari pembangunan wawasan kebangsaan kita yang perlu dikumandangkan dengan cara yang persuasif. Membiarkan nilai kebangsaan mengalir dan ada di meja hati anak bangsa ini.

Dan sangatlah dijunjung tinggi manakala inovasi persuasi GG memberikan ruang pencerahan pada setiap ruang dada yang pengap bermain dirutinitas keseharian. GG yang tergeser posisi klasemen puncaknya oleh Sampurna awal tahun ini boleh saja dianggap sebagai bagian dari iklan pencitraan diri. Namun secara konten tetaplah dimaksudkan sebagai pengingat akan pentingnya nilai dan semangat kebangsaaan yang dimiliki bangsa ini.

Harapan kita semoga Telkom juga bisa memberikan nilai dan semangat kebangsaan itu dengan membangun inovasi marketing komunikasi yang tentu saja lebih greget dari yang telah ditampilkan oleh GG. Bukankah kalau kita mau kita bisa melakukannya dengan semangat kebersamaan yang kita miliki. Bukankah Telkom selalu menjadi yang terdepan dalam memberikan ”bingkisan” pada lingkungan bisnisnya.

Bukankah momen proklamasi ini adalah halte yang paling tepat untuk mensiar ulangkan kembali national character buliding yang kita miliki. Bangsa ini adalah bangsa yang merdeka dengan lumuran darah merah. Bandingkan misalnya dengan para tetangga yang merdeka adalah souvenir penjajah. Tidaklah sulit dengan kemauan ikhlas untuk kembali menyegarkan kemampuan inovasi marketing komunikasi itu kepada khalayak yang bernama anak bangsa. Selamat Ulang tahun negeriku.

Semarang 16 Agustus 2007

No comments: