Monday, December 18, 2006

Biarkan Saja

Membungkus rasa benci, muak dan yang sebangsa dengannya adalah mempersepsikan adegan, fragmen, episode yang menunjukkan ketidaksukaan, sebuah lakon yang sangat manusiawi dalam setiap perjalanan hati. Kalau hati ini lagi berwarna seperti itu, benci, gak suka, tentu ada sebabnya (kata nurani). Ya, persepsi dan perspektif itu adalah ketika menyaksikan lakon "murahan" yang ditunjukkan dalam peran sudut pandang, siar pandang dan cara pandang.
Maka biarkan rasa itu mengalir
Maka biarkan benci itu bertahta
Maka biarkan adonan itu menggumpal
Maka biarkan semuanya berkulminasi
Maka biarkan semua berunjuk rasa
Biarkan saja
Biarkan saja
(Aku bukanlah sosok yang mampu menyimpan itu dengan bungkusan berwarna coklat. Kalau gak suka ngapain juga dibungkus, mending ditumpahkan saja, dibuang saja bersama aliran sungai menuju titik dataran rendah, dan lupakan....).
*****
(Begitupun, easy going yang menjadi cara pandangku belakangan ini adalah berupaya menumpahkan semua ganjalan yang ada di hati untuk tidak menjadi beban hati, menikmati takdir perjalanan, menikmati takdir karir dan sekaligus melantunkan takdir hati).
(Di sebuah papan baca di sudut jalan, siang ini ada kalimat tanya dan kalimat jawab dari sebuah koran lokal : Apa bedanya gadis rumahan dan gadis murahan, itu pertanyaannya. Jawaban dibawahnya : Kalau gadis rumahan adalah sosok yang menghargai etika, gak gampangan, gak suka kluyuran, memiliki rasa sayang, peduli dengan sesama dan ini yang penting, menghargai estetika. Kalau gadis murahan ya adalah lawan dari itu).
(Satu persatu job kuselesaikan dengan semangat sisa, maksudnya perlu cuti dulu sekalian refressing, sekalian pemulihan, sekalian penyegaran untuk konsentrasi aktivitas next).
(Thanks to Yn, percakapan kita memberikan makna betapa nilai itu selalu dibangun dengan semangat kebersamaan dan saling mengingatkan).
(Thanks to Ay, selalu saja ada yang baru untuk dikabarkan dan dibagi ceritanya, kadang membuat diri tertawa dengan joke-joke hangatmu).
******

No comments: