Monday, February 26, 2007

Kepada Nt

Aku paling gak suka kalau disalahartikan dengan berbagai prasangka, maka ketika itu dialamatkan dan diluruskan oleh telunjukmu kearahku, aku bereaksi. Dan aku juga bisa tunjukkan bahwa aku tidak suka dengan pendefinisian itu. Padahal selama ini aku senantiasa menjaga ritme pertemanan dengan lebih banyak memberikan nilai kepadamu atau kepada siapa saja dengan maksud mempererat jenjang kedekatan dan keakraban. Tapi ketika itu menjadi sebuah pendefinisian dan seolah kamu berada di pihak yang merasa bersih, jelas aku bereaksi. Dan reaksiku adalah membalikkan semua irama yang telah tercipta selama ini, sejauh ini.

Maka ketika kita bertemu di sebuah saat atau di sebuah waktu, jangan harap aku menciptakan dialog, senyum saja aku kunci dengan sejumlah gembok. Maka jangan katakan aku salah ketika kamu menegurku, menyapaku, lantas tak akan ada sapaan lanjutan atau yang setingkat dengannya. Sekali lagi itulah sikapku. Aku merasa dipojokkan dengan argumentasimu, padahal aku merasa telah menjalankan jalinan silaturrahmi dengan senantiasa menggali nilai, menggali angka dan menyemainya dengan senyum dan canda.

Sama ketika siang ini ada perjumpaan itu, kamu yang merasa jaim itu berupaya menegurku. Sorry aja ya kalau kuanggap tidak ada "desir" kata yang terdengar. Dan ketika kamu ulangi lagi, aku sekedar menjawab tanpa ekspresi. Sekali lagi sorry karena engkau telah menumpahkan aku pada sebuah kubangan yang bertuliskan keranjang prasangka. Maka jelas juga sikapku, memamerkan egoku, supaya kamu tahu kalau aku gak suka dengan caramu, sikapmu. Masih berderet barisan temanku, sahabatku yang mampu memberikan nilai senyum pada sunggingan bibir ini.
****

No comments: