Thursday, February 22, 2007

Sekali Waktu

Ada hal yang membuat kita sampai di batas dimana kompromi dinihilkan karena ada yang gak bisa diajak diskusi atau mencari solusi. Demikian yang terjadi, warga pada mengadu bahwa asesories cerita sengaja dilebarkan oleh orang itu untuk mengaburkan makna konten yang sesungguhnya. Kontennya adalah wan prestasi, menyalahi kesepakatan dan tidak melakukan kewajiban sehingga pihak lain perlu melakukan paksaan eksekusi.
Awalnya aku berupaya menjadi mediator sekaligus mendinginkan suasana yang sempat panas, namun akhirnya jalan kompomi itu mengalami titik buntu. Warga menginginkan dilakukan cara lain yang bersifat shock therapy. Oke, aku juga bisa lakukan itu dan sebagai pusat pengaduan tentu saja aku harus memihak pada yang mayoritas. Sejatinya hukuman terberat adalah hukuman moral, dikucilkan dari lingkungan dan gak punya tetangga dan atau teman. Tapi orang ini secara historis memang mentalnya amburadul, bermental monyet, gak tau malu dan pintar ber akting.
Nah, karena dia buka front lagi, maka cerita ke depan mungkin akan menjadi babak kedua yang "mengasyikkan" dengan tokoh antagonis yang dimusuhi, dijauhi, dibenci dan dijadikan bahan cerita yang gak habis-habisnya. Demi yang mayoritas aku akan berupaya melakukan segala sesuatu yang bersifat Fight, sekaligus demi menegakkan "adat istiadat" yang berlaku di lingkungan.
****
(Ada yang menyapa, ada yang disapa, semuanya memberikan rasa juice melon yang menyenangkan hati, membuka kalimat dengan ungkapan yang menyentuh. Thanks to My yang mau berbagi cerita. Thanks to Yn yang merasa ada yang kelupaan. Thanks to Da yang selalu mengabarkan cerita apa saja. Berilah hari senyum, berilah hati aura).
****

No comments: