Friday, February 23, 2007

Invisible Hand

“Aku ingin hatiku menjadi megah seperti rumah ibadah ini”, bisik hatiku ketika menelusuri bangunan megah nan spektakuler berarsitek gabungan tradisional dan modern. Masjid kebanggaan yang besar ini menjadi sangat ramai menjelang Sholat Jumat seperti hari ini. Tidak saja dari dalam kota juga dari luar kota bahkan luar daerah bahkan menjadi pusat rekreasi spiritual yang menjulang.

Sambil bersila mendengar siraman rohani, hatiku juga ingin berbenah, ingin bening, ingin jernih, ingin megah dan mengalahkan segala rasa yang membuatnya butek. Paduan environment ibadah di ruang besar dan luas, dan hasrat hati yang menginginkan kemegahan nan lapang, membantu suasana ruang rasa untuk mengambilnya sebagai definisi mengambil nafas beberapa saat, menghela dan menghembuskannya kembali sebagai buangan kelegaan.

Lingkungan memang dibutuhkan untuk membangun suasana, dan kehadiranku di Masjid Besar ini (walau bukan dalam rencana, melainkan ajakan spontanitas) adalah bagian dari kebenaran hakekat bahwa ada saat manakala kita tidak merencanakan namun jalan itu yang kita jalani. Itu satu tanda bahwa invisible hand selalu memberikan arah bahwa nilai jalan harus diberi angka untuk memberikan makna pada satu catatan diri bahwa ketika ada bagian yang menjadi keruh dan membanjiri, sisi yang lain masih menyisakan titik cahaya dan mengajakku untuk berlari ke arahnya.

Maka ketika lantunan salawat berkumandang diantara dua khutbah dengan intonasi yang setara dengan nada Masjidil Haram, aku terpejam, aku terpaku dan mencoba memaknainya dengan getaran, ya aku bergetar dan menarik nafas sembari menyatakan dalam hati : “Wahai Allah, selalu kudapatkan pelukanmu manakala aku memaknai firmanMu dengan sujud dan titik air mata, maka izinkanlah aku untuk memberikan kemegahan pada hatiku, kebesaran pada hatiku, kelapangan pada hatiku dan izinkan aku untuk cemerlangnya langkahku, perjalananku, rasa kasih sayangku, rasa cintaku, rasa damaiku. Izinkanlah aku untuk membentangkan amanahku yang lebih besar, berikanlah kesempatan itu wahai Allah, amien”.
*******

No comments: