Tuesday, February 13, 2007

Kabar berselimut salju itu menyejukkan dan memberikan rentang cairnya nilai beku yang sedepa ini menjadi ruang pertanyaan tanpa kalimat tanya. Adalah perbedaan suasana itu (katamu) yang menjadikan sudut tutur ucap dan bagi celah cakap tidak seirama untuk dituangkan, setidaknya ketika itu. Maka sapaan silaturrahmi yang dikumandangkan jelang sore adalah mempertemukan kembali silhoutte dan sekaligus menganulir anggapan yang tak beralasan. Dan diujung gagang engkau katakan sejumlah cerita, dan diujung sana engkau ceritakan sejumlah kisah, dan diujung itu engkau katakan berbagai ungkapan. Dan aku tekun mendengarkan, dan aku tekun melantunkan, dan aku tekun menyimak, dan aku tekun mengapresiasikan.
“Met valentine ya”, kataku mengakhiri.
“Makasih ya, kamu selalu mendahului”, jawabmu lembut.
******
(Ikut berduka ya Tik, atas berita duka itu, semoga tabah dan ujian kesabaranmu, dan aku yakin kamu mampu melewatinya dengan kedekatan nuansa ibadahmu).

(Thanks to Rd, curhatmu menjelaskan kebersamaan dan keterbukaan yang putih, dan aku ikut mendoakan semoga jalan yang kamu rintis untuk membangun bahtera itu mendapat ridhoNya, istiqomah dan berjalan sesuai planning.. Bukankah kamu sudah menetapkan pilihan itu, sejauh ini menurutku dia sangat cocok untuk kamu).

(Thanks to Ln, morning view dan sapaan hangat kamu semakin menjelaskan kedekatan kita. Kamu adalah sepupuku yang selalu memahami penceritaan dan berita keluarga, selalu ceria dan mampu memberikan nilai solusi pada setiap persoalan. Kamu seorang dokter spesialis, tapi menurutku lebih cocok menjadi konsultan solusi. Pagi ini aku menyambut sapaanmu dengan riang, dan kamu mengakhirinya dengan tawa renyah, khas kamu).

(Sorry untuk dealnya Fren, yang gak bisa kupenuhi because banyak yang harus diselesaikan. Tetap semangat aja dan biarkan angin menyejukkan nilai pertemanan kita yang dibangun diatas kebersamaan. Lain kali kan masih ada waktu yang membentang).

No comments: