Tuesday, February 06, 2007

Kalau Aku Sunggingkan Senyum

Kalau aku sunggingkan senyum, kalau aku bingkiskan senyum, jangan artikan aku suka langkahmu, jangan artikan aku suka gayamu, jangan artikan aku suka langgammu. Tidak lagi untuk menyuarakan semburat aura rasa, tidak lagi untuk membersitkan hasrat, tidak lagi untuk menyanjung nada, tidak lagi untuk menyanyikan hati. Yang aku lakukan adalah semata membeningkan sinar mata untuk tetap menjaga ruang rasa yang penuh pernik.
Silaturrahmiku kutumpahkan pada sesiapa yang senantiasa mengetuk pintu, menyapa hangat dan menyambut tatapan kata dan kalimat untuk diperdengarkan dengan melodi kebersamaan. Tidak pada keangkuhan, tidak pada ambivalensi, tidak pada ambiguitas, tidak pada kesombongan, tidak pada “artikel pribadi yang merasa menjadi cinderella”, tidak pada sesiapa yang melintas di boulevard.

Perfromansi sikap adalah membangun kesetaraan pada etika, memelihara nilai, dan membungkusnya dengan pita merah bertuliskan “tidak untuk diceritakan lagi”. Sudah kubungkus, sudah kutendang, sudah kubuang, sudah kutenggelamkan bersama rantai nilai yang disebut : ternyata hanya ada pada ruang tanpa suara, tanpa nada. So, this is my way dan kuputarkan haluan hati untuk menyambut setiap sapaan dan tatapan pada nilai estetika yang mengedepankan nilai harmoni dan rasa yang sama. Ternyata banyak yang wellcome, ternyata aku ada di kerumunan nuansa yang mampu membungakan hati, menghangatkan matahati.

(Thanks to Wy, atas bingkisannya yang gak diduga itu. Pertemanan kita bernilai estetika, saling menghargai dan memahami baik dikala suka dan suka. Sejatinya kita adalah cermin nilai itu).
(Alhamdulillah, ada solusi yang membahagiakan hati ketika seraut rupa mampu bertukar dengan nilai kebersamaan yang dibangun di landasan jati ulin, sepannjang jalan. Maafkan langkah diri).
(Thanks to rekans CMI, joke via milis membuatku tersenyum simpul pada pertigaan hari. Kita kompak-kompak aja ya).
****

No comments: