Tuesday, July 31, 2007

Bisikan Itu

Teman hati membisikkan seperti ini :
Tahukah engkau bahwa kedengkian itu adalah iri dikali dua, maksudnya kalau sekedar iri, itu maknanya sama dengan ketidaksukaan orang pada orang lain namun tidak sampai mempengaruhi temannya. Kalau dengki ya itu sudah iri, terus mulut embernya kasak kusuk menjual fitnah dan mirip sales mempromosikan produk berlabel iri. Dan engkau harus tahu, orang seperti ini ada di sekitar kita, pintar memainkan peran dan pintar pula bertukar kalimat layaknya seorang berwajah putih tetapi sebenarnya hatinya busuk. Iri dan dengki itu adalah produk hati yang kurang siap menjalani takdir dan berupaya memahami dirinya dengan semangat 'rak trimo" sehingga nilai dan potensi orang lain dianggap sebagai pesaing dan harus diupayakan untuk ditepikan.
Engkau juga harus paham bahwa dengki yang dimiliki oleh makhluk itu adalah ritme yang harus engkau sikapi dengan semangat: biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu, berjalan dan menikmati karunia yang dilimpahkan untuk disyukuri. Engkau pun bisa mentertawakannya sembari mengatakan, tapi dalam hati saja loh, bahwa nilai dirinya hanya sebatas itu, banci sikap, pengecut dan hanya bisa jualan kalimat tanpa bisa membentangkannya dalam ruang dan koridor kearifan. Perhatikanlah secara lebih teliti : biasanya bahasa tubuhnya selalu gelisah, cari perhatian, ngoceh gak karuan, trus merasa menjadi komandan lapangan, trus kalau argumennya gak diterima mencak-mencak, sampai mukul-mukul meja, selalu ingin mendikte orang lain, meremehkan orang lain. Dan ini yang menjadi label kesehariannya: Keki banget jika ada orang lain mendapat sesuatu entah itu berupa kesempatan atau yang bernilai karunia.
Pesanku singkat saja : nikmati itu sebagai catatan dosa horizontalnya, simak saja perilakunya sembari berdialog dengan hatimu, anggap dia sebagai pemeran yang sedang berpameran ego. Engkau tidak perlu mengunyah kisah ceritanya dengan memamah biak, ngapain juga, simak saja dan ceritakan pada hatimu dan menjadi alinea yang mampu mengukur nilai diri. Itu saja.
****
(Terasa penat menyelesaikan tugas, namun belum selesai jua, dan sampai habis hari, belum juga memuaskan harapan).

No comments: