Monday, July 09, 2007

Kaliadem, Adem hati

Satu dari lima hari yang menyenangkan itu adalah menikmati udara sejuk di pinggang gunung Merapi dari sisi Kaliadem. Tidak terlalu direncanakan memang namun nikmatnya traveling adalah menikmati apa saja yang bisa dinikmati, dijalani dan di approve sebagai bingkisan sinar mata untuk mencari kesegaran nurani. Maka berjalanlah aku, maka berjalanlah kami menapaki batu-batu dan pasir yang berserakan yang melambangkan keperkasaaan itu. Semakin berjalan, semakin aku merasakan nikmatnya kebesaran itu sekaligus mematut-matut diri untuk tahu diri dan mengaca diri.

Ketika akan pulang, pengen mampir sekedarnya, syukur-syukur bisa ketemu Mbah Maridjan dan ini juga langkah kanan ketika Ashar tiba si Mbah jadi Imam, aku dan keluarga jadi makmum, kusalami dia, tatap matanya menyorot tajam, lalu tersenyum dan mempersilakan kami menuju rumahnya yang sederhana itu.

Kinahredjo adalah lambang kesederhanaan yang memberikan pelajaran tentang persahabatan dengan alam. Warganya yang ramah, selalu menyapa, bergelut dengan keseharian yang sederhana tapi menentramkan. Sungguh sebuah pemandangan yang menyejukkan manakala keseharian itu menjadi layar yang kutonton dengan ruang hati, merenungkannya sembari memaknainya sebagai sebuah cermin diri.

Sekali lagi kujabat tangan si Mbah, yang selalu apa adanya, omongnya yang lepas, guyonnya yang lepas, senyumnya yang lepas, sederhana namun memberikan makna kekuatan bathin yang luar biasa. Kami pun pamit sembari melepas dahaga diri dan menyiram pandangan sekitar dengan wajah dan sinar mata teduh. Si Mbah memberikan banyak pelajaran tentang keteduhan hati, tentang kesederhanaan peran, tentang apa adanya, tentang makna hidup sesungguhnya.

*****

No comments: