Wednesday, March 07, 2007

Dua Puisi

Puisi Cinta

Puisi itu adalah noktah cahaya yang dengannya aku bisa melagukan nyanyian kesukaanku dan menyiraminya dengan embun hati yang jernih dan bening. Puisi itu adalah lantunan irama hati yang dengannya aku bisa berjalan diatas angan, diatas awan dan menyampaikannya pada sebuah pohon, pada sebuah asa, pada sebuah halte, pada sebuah nama. Puisi itu adalah nyanyian kamar hati yang diceritakan dengan gemerlapnya keindahan melewati terminal rasa dan membunyikannya tanpa harus bersuara.

Sejuta ungkapan dikemas dengan semburat pipi memerah, bibir tipis nan basah, keindahan tatapan, rambut sebahu yang tergerai. Tidak perlu harus bercakap dan berdialog karena ungkapan itu adalah dialog imajiner yang bermarkas di titik singgung inspirasi kegairahan hati. Maka elemen utama yang menjadi catatan tanpa titik itu adalah pesona yang dibangun dari sosok diri dan mengantarkannya ke depan pintu gerbang sebuah kebun bunga nan indah warna warni. Maka suara puisi itu adalah mengapresiasi keindahan anthurium jenmani, pesona aglaonema tiara atau romantisme anggrek bulan. Puisi yang tercetus itu adalah letusan magma yang mengalir dan membasahi sekujur diri, kemudian menyuburkan rerumputan, memberikan kehangatan dan bumbu kasih sayang serta cinta sepenuh hati.

Dan kunikmati saja aliran-aliran yang membasahi itu
Dan kunikmati saja letusan-letusan yang menggelora itu
Dan kunikmati saja kehangatan yang menyelimuti itu
Dan kunikmati saja ruang kasih dan cinta sepenuh hati

****


Puisi Sepanjang Jalan Selasa

Lurus bergaris empat tidak menampilkan tulus
Lengkung gelombang menafsirkan goncangan tak bertepi
Melaju seratus empatpuluh memberikan sendok adrenalin
Melewati dadakan yang tak terduga, diimbuhi helaan luas
Menjalani catatan yang dirancang dengan barisan keheningan

Hening
Menikmati sembari mengaliri dengan ruang pandang jelajah
Melakoni situasi dengan mengubur segumpal baris dan bait
Menerangi ilustrasi bertuliskan kesamaan karakter berjemur diri
Menyeberangi lintasan tanpa menunda senandung yang disemayamkan

Berhenti
Menyirami dahaga yang diseret keinginan untuk segera tiba
Menyuapi rasa yang diselenggarakan keinginan untuk mengisinya
Mengunyah adonan pilihan dan mempersilakan masuk ke ruang cerna
Menghela keringat dan menyeruput kehangatan dengan titik koma

Tidak ada yang disemayamkan pada kejelasan cahaya jalur cepat
Tidak ada yang disuarakan pada kecepatan mengarungi garis demi garis
Tidak ada yang dipersepsikan selain membathinkannya dalam hati
Tidak ada yang dipersimpangkan selain menuju titik akhir cerita
Tidak ada yang dicatatkan pada titik-titik pencahayaan itu
Tidak ada yang dikoridorkan pada sejumlah kanal yang diluruskan
Tidak ada yang dinyanyikan kecuali nyanyian sepanjang jalan

(Maaf beribu maaf, ada yang gak klop, jadinya deal yang dirancang minggu lalu sebagai janji tidak kesampaian karena bertubrukan waktu. Aku mohon maaf pada all fren yang mempunyai jadwal Selasa Siang ini, gak sempat ikut gabung, padahal sudah kuiyakan. Sekali lagi maapin aku ya).

No comments: