Tuesday, July 25, 2006

Diary In Flower Campuss Tonight

Ketika harapan itu membunga, yang terjadi kemudian adalah pembenaran prasangka. Ketika harapan itu membuncah, yang terjadi kemudian adalah pembenaran persepsi. Apakah nilai ketulusan pada sebuah kamar hati harus tergerus abrasi omongan tanpa evidence ? Apakah nilai ketulusan berlabel kasih sayang harus dikotori dengan asumsi dan hipotesis berinisial kecurigaan ?
Tidaklah mungkin, bungaku. Sedalamnya rasa ini menyentuh getar nadi tuk selalu menempatkan keindahan pesonamu pada titik kedalaman rasa. Tidaklah mungkin kekasih hati, seluasnya rasa ini memagari asumsi-asumsi itu untuk tidak bermain di wilayah rasa pada kembang setaman yang lain.
Tetapi tidaklah jua aku harus paksakan argumenku. Tidaklah jua aku ingin berbantahan untuk sebuah nilai pembenaran dan kebenaran. Cukuplah aku menyatakannya dalam monolog with my heart sembari berupaya menggelontorkan goresan luka rasa. Cukuplah aku menyatakannya dalam dialog imajiner bersama ruang hati yang membuncah, membunga, mengembang dan terhempas.
Ketusnya intonasi yang kau suarakan memberikan penegasan pada titik ambivalensi yang mengedepankan keniscayaan nisbi.
Maka,
Biarkan saja prasangka itu berbalut persepsi abrasi
Biarkan saja dia berada dalam persepsi prasangka itu
Sampai waktu akan menjawab semua asumsi hipotesis berlandas omongan
Bahwa ketulusan hati tidak bisa dianulir oleh penggerusan persepsi
Bahwa ketulusan hati tidak bisa digerus oleh membran kolaborasi prasangka
(Selamat malam Bunga, belum selesai aku bercerita tentang kisah ketulusan hati, ketika ajakan itu dibayar dengan keketusan sikap)
******
(Cepat sembuh ya Bude, sakit tua itu ternyata tidak menghilangkan ingatan Bude pada siapa yang berkunjung. Tetapi perubahan fisik yang drastis itu menghibakan hatiku untuk tidak mampu menyuarakan kalimat).
******
(Sorry, agak terlambat Fren, couz harus menyelesaikan kewajiban silaturrahmi pada keluarga yang sakit. Toh kelompok kita malam ini mampu menyelesaikan Case tanpa perlu melirik historis pada cerita terdahulu. Pede aja lagi, lagian nanti di diskusi pleno kita akan bersaing ketat mengedepankan argumen tanpa harus meniru historis, dan aku akan berjuang untuk itu. Percaya deh dan selamat malam untuk Maya).
******

No comments: