Wednesday, April 18, 2007

Catatan Tinta

Luangkan waktu menyapa handai tolan
Selamat pagi abang
Selamat pagi kakak

Dan mereka menyambut dengan pelukan
Dan mereka menyambut dengan senyuman
Dan mereka menyambut dengan cerita

Bukankah wisma nusaindah ini penuh bunga, Kak
Bukankah bangunan megah ini penuh harapan, Bang
Maka kuceritakanlah tentang perjalanan selama ini
Maka kuceritakanlah tentang kabar selama ini

Duh,
Mengapa aku selalu terlupakan di sisi ini
Mengapa aku tidak mampu menjalankan bagian ini
Padahal mereka adalah bagian itu
Padahal mereka adalah cerita itu
Padahal mereka adalah berita itu

Iyalah, kata Abang
Kata yang menjadi ciri khasnya
Manakala cerita menggumpal menjadi pasir yang berserak
Dan antaran senyum mengakhiri cerita sepanjang hari
Dan kuakhiri dengan bahasa yang membumikan

Sekali waktu kita akan bersafari lagi
Menelusuri Timur untuk bercerita
Dan menyambung ikatan yang menerangkan
Iyalah, kata Abang
Salam untuk semuanya, kata kakak mengakhiri
(Catatan Bandung Rabu)
******

Bunda
Rentamu adalah jawaban kedatanganku
Riangmu adalah sambutan pada cerita rindu
Meski sakit
Namun sapamu mampu menjelaskan cerita berita
Tanpa harus kujelaskan

Bunda
Ketika kuceritakan tentang kedengkian
Ketika kukisahkan tentang rasa iri seseorang
Jawabanmu sungguh menjelaskan tentang bening
Jawabanmu sunggguh menjelaskan tentang kapasitas
Jawabanmu sungguh menjelaskan tentang ketenangan

“Biarlah orang melakukan itu karena ketidakmampuannya menganalisis personifikasi, biarlah dia melakukan itu, toh akan menjadi kebangkrutan amalan dia. Damaikanlah hatimu”.

Bunda
Begitu cemerlang pilihan kata yang engkau tuangkan
Rentamu, sakitmu, tidak mampu mengeluarkan keluh kesah
Mata tuamu, sekujur tubuh yang tertatih
Tidak mampu menyampaikan rintihan
Engkau adalah dianku
Engkau adalah apiku
Maka
Jadikanlah aku kebeningan itu
Jadikanlah aku ketenangan itu
(Mataku berkaca, setitik bening menggenang di sudut mata)

Bunda
Pelajaran yang kudapat adalah mengilhami cara pandangmu
Engkau seorang guru
Engkau seorang pendidik
Engkau seorang penjelajah
Yang mampu menjelaskan hakekat dan martabat
Tanpa harus mengumumkannya
(Catatan Bandung Selasa)

******

Curhat yang dituangkan adalah menjelaskan semesta kelabu yang menutupi ruang
Curhat yang ditumpahka n adalah menjelaskan titik singgung di sudut pilar
Kemudian mengalirlah cerita tentang gaya dada
Kemudian mengalirlah cerita tentang iri dan dengki
Kemudian mengalirlah cerita tentang superioritas
Kemudian mengalirlah cerita tentang pembusukan nilai
Kemudian mengalirlah cerita tentang aroganisme
Pada sekujur cerita tentang tema yang berhadapan
Mirip tingkah laku autisme yang tak terkontrol

Kadang kasihan menjelmakan personifikasi
Kadang kasihan menikmati rutinitas yang menelikungnya
Tapi semua tergusur oleh tampilan yang bermerk Iri
Tapi semua tergusur oleh tampilan yang bermerk Dengki

Pada naluri itu
Tulisan tentang nilai yang disandangnya adalah berbaris kata
Kutuliskan saja
Kualiri saja
Berbaris, berderet dan menjelaskan
Berjarak, menggambarkan personifikasi
Supaya decision maker tahu tentang lingkup dia yang dengki
Dan membangun second opinion berbasis ungkapan

(Senin malam mengejar tujuan untuk menjemput rindu pada Bunda yang semakin renta dan sakit-sakitan. Kukejar waktu menyapu malam, menikmati malam, menjelang subuh).

****

No comments: