Monday, April 30, 2007

Ketulusan Itu

Cerita ultah yang dikirim melalui imel itu memberikan kesan kuat di hatiku bahwa sejumlah wajah yang menemaniku adalah kadar kesetiaan yang mampu menggali kemampuan untuk bergandengan tangan bersama, bercerita bersama, dan memiliki kesepahaman tentang nilai naluri yang dibungkus ikatan kedekatan. Ya, aku harus ucapkan itu ketika seorang As adalah yang mampu mengikatkan ruang kebersamaan itu pada jalinan cerita berjudul : Kesetiaan Hati Berjalan Bersama.

Kurenungkan, dan kucoba mencari pilhan lain dengan membangun second opinion, ternyata memang dirimu adalah mutiara itu, mampu memberikan spirit kebersamaan, perekat kebersamaan, dan sekaligus pengingat sejumlah titik tanggal yang menjadi ruang pembaharu di etika pertemanan yang dibangun sekian lama. Aku sangat berterima kasih padamu, nilai itu tidak sekedar membagi ruang dialog, tetapi juga ruang rasa yang mampu mengolah nilai kedekatan, kesamaan dan persepsi. Bahwa kamu adalah sosok yang mampu membagi, sosok yang mampu menjelaskan, sosok yang selalu mampu membawakan diri, adalah itu jua yang kusimpulkan pada sejumlah definisi tentang kamu yang baik hati, bening hati dan luas rasa.

Kutanya pada yang lain, jawabnya emang iya
Lalu kutanya pada yang lain lagi, jawabnya emang iya
Dan kutanya pada semuanya, jawabnya serentak emang iya

Itulah persepsi tentang kamu, yang lurus hati, putih rasa dan damai wajah, dan sejumlah sketsa yang dijelaskan pada beberapa catatan semakin menjelaskan bahwa ketulusan yang bersemayam di hatimu adalah nilai cum laude pada sejumlah persepsi, kamu layak menjadi bintang sanubari dan kesetiaan. Ujiannya adalah bagian waktu yang telah kita lewati bersama sepanjang jalan, sepanjang kisah dan sepanjang cerita.

(Thanks to My, bantuin ya, selesai dua hari lagi, kita bahas dan kita tampilkan sebagai eksistensi yang telah terjalin. Seneng banget jika sesungging senyum itu kamu tiupkan ada pipiku dan memberikan kehangatan pada ruang diri, dan aku memang harus hangatkan diriku dan hatiku).

(Katanya hari ini puasa Ng, kataku, niatnya sih begitu, katamu, tapi tidak harus selalu sama kan, lanjutmu, oke deh, kataku sembari mempersilakan perjalanannya ketika bertemu di depan lift, ntar kapan-kapan ya, katamu, kayak lagu aja, kataku, kamu tersenyum, aku memahami, kamu melewati koridor, aku melanjutkan lagi).
*****

No comments: